11. A Broken Heart

182 39 21
                                    

Gemercik air telah berhenti beberapa saat lalu dan tak lama kemudian lelaki dengan bathrobe hitamnya keluar dari kamar mandi yang menjadi bagian dari ruangan besar di lantai teratas gedung Uni'V Mines.

"Aku di sini seperti sedang di rumah dan menunggu istriku selesai mandi." Suara lelaki lain menginterupsi kegiatan Taehyung yang tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

Dengusan terdengar dari Taehyung. "Jaga ucapanmu!" Lelaki itu pun mengenakan kembali pakaiannya kembali. Tidak perlu waktu lama, Taehyung kembali duduk di singgasananya dengan penuh wibawa untuk memulai mengurus perusahaan.

"Bagaimana?" tanya Taehyung langsung. Suara ketukan jari menghipnotis lawan bicara untuk mendekat dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Taehyung. Ia bersandar dan memandangi plafon molding besi dengan lampu yang menjuntai indah mengkilat seperti kristal.

"Operasi pertambangan nikel di Republik Dominika berjalan lancar sesuai dengan perkiraanmu sebelumnya," lapor lelaki itu sembari melayangkan tangannya di udara dan mengukir empat huruf sehingga tertulis namanya sendiri, Suga. "Pengujian seismik pada lokasi proyek pengeboran minyak ada kendala, tetapi sudah kuatasi," lanjutnya.

Taehyung mengangguk sekali. Seperti biasa, laporan dari orang bernama Suga selalu memuaskan. Semua berjalan dengan baik dan jika terdapat masalah, dapat dipastikan akan teratasi tanpa Taehyung turun tangan.

"Aku ada pekerjaan lain." Suga pergi tanpa ada sergahan dari Taehyung. Percuma saja, Suga bertindak sesuka hatinya. Bahkan, Taehyung pun tidak dapat berkutik jika berhadapan dengan lelaki itu. Ya, hanya Jin dan Suga-lah yang patut ia waspadai. Sayang, kehidupannya dikelilingi oleh dua orang itu.

Suga bukanlah sekretaris di perusahaan pertambangan ternama.  Ia memang berperan sebagai tangan kanan Kim Taehyung, namun pekerjaan yang sesungguhnya adalah menyelesaikan masalah apa pun dengan segala cara. Tidak sedikit orang yang menyewa jasa Suga dalam dunia bisnis yang kejam, termasuk seorang Kim Taehyung.

Bayaran untuk setiap tugas tidaklah rendah, tetapi Taehyung sangatlah puas dengan kinerja Suga sehingga tidak masalah banyaknya uang yang harus dia keluarkan. Walau sangat membantu, Suga juga merupakan ancaman tersendiri baginya. Semua tentang uang, siapa pun yang membayar lebih tinggi maka orang itulah yang berhasil mendapatkan manusia layaknya mesin pembunuh tanpa cela.

Setelah tiga jam berkutat dengan tablet, Taehyung memilih untuk segera pergi melampiaskan kemarahannya yang tertunda. Perusahaan Joomines milik Namjoon-lah yang menjadi tujuanya. 45 menit waktu yang ditempuh dan Taehyung sudah berdiri tegap di depan pintu pemilik perusahaan.

Ruangan di depannya kosong tidak berpenghuni. Taehyung masuk dan terus berdiri di depan tempat biasanya Namjoon duduk. Memakan waktu 10 menit hingga Namjoon muncul sepulangnya makan siang bersama klien pentingnya.

"Taehyung," sapa Namjoon lembut. Melihat raut tak mengenakkan yang ditunjukkan Taehyung, sang ayah dapat menebak bahwa sebentar lagi kalimat tidak pantas akan terdengar olehnya. Hampir setiap hari seperti itu, walau begitu Namjoon masih tidak terbiasa dengan kelakuan Taehyung, mungkin tidak akan pernah terbiasa.

"Duduklah," suruh Namjoon namun lelaki yang di depannya hanya memandang sofa sekejap lalu kembali menatapnya penuh amarah.

"Anak sialan itu telah membawa seseorang ke rumah."

Namjoon terdiam dan menunggu kelanjutannya. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. Bahkan ia sangat tahu Taehyung murka karena apa.

"Apa kau ingin aku menguliti anakmu yang tidak tahu malu itu?" Taehyung tidak perlu jawaban iya atau tidak, kata maaf pun tidak ingin ia dengar dari seorang Namjoon. Hanya saja, Taehyung ingin menyakiti lelaki itu.

Bibir tipis Namjoon sedikit melengkung ke bawah. "Dia adikmu, Taehyung-ah. Lagi pula dia istimewa bagimu," ujar Namjoon dengan suara memelas.

"Istimewa?" Tawa sumbang menggelegar di ruangan kantor Namjoon. Sesaat kemudiam Taehyung menghentikan tawa ejeknya dan kembali melayangkan sorotan tajam. "Dia kesialan bagiku. Kenapa kau bisa menganggap hidupnya istimewa?"

"Aku tahu kau membencinya, tapi jangan sakiti dia ... dan juga wanita itu, aku yang membawanya ke rumah." Namjoon menelan ludahnya seiring dengan Taehyung yang melebarkan kedua matanya.

"Apa? Kau yang membawanya?" Lagi-lagi Taehyung tertawa sumbang, namun dengan intonasi lebih rendah dari sebelumnya. "Kau pikir siapa dirimu yang berani-beraninya membawa wanita ke rumahku? Apa kau ingin mengulang kejadian yang lalu?"

Namjoon tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia akui dirinya salah telah membawa Stella pulang ke rumah Taehyung. Seharusnya dia melakukan hal-hal biasanya, mendapatkan seorang wanita lalu membawanya ke apartemen miliknya.

"Bawa wanita itu pergi dari rumahku. Saat esok hari aku masih melihat wajahnya, maka dapat kupastikan kau tidak bisa melihat Jungkook lagi." Ancaman itu menjadi sebuah penutup percakapan di antara mereka.

Tinggallah Namjoon sendirian dengan hati hancur seperti hari kemarin. Taehyung-lah yang menyebabkan suasana hatinya memburuk setiap saat. Seharusnya sekarang Namjoon menghibur diri dengan pergi ke Only1 dan kembali mengeluarkan uang yang banyak untuk seorang wanita. Ya, Namjoon akan melakukannya lagi untuk hari ini.

Tidak terasa waktu berjalan sangat cepat dan Namjoon telah bersandar di headboard  dengan wanita yang terbaring takut di sampingnya. Koktail bernama B52 yang dibuat dengan gaya pousse-cafe menjadi pilihannya untuk kali ini. Berbeda dengan rasanya yang manis, alkoholnya sangatlah keras.

"Kumohon biarkan aku pergi," lirih wanita ber-lingerie merah darah itu. Rambutnya yang hitam pekat sangatlah kontras dengan warna kulitnya. Kali ini, Namjoon menghabiskan 900 juta untuk wanita yang tengah ketakutan itu.

Permohonan dari wanita yang tidaklah penting namanya itu telah diacuhkan begitu saja oleh Namjoon dan memilih untuk terus menyesap sedikit demi sedikit minuman beralkohol di tangannya.

Sejurus kemudian, Namjoon meletakkan gelas yang sudah tandas dan mencari posisi ternyaman untuk membaringkan tubuhnya yang penat. Dua orang di temaram tidak melakukan apa pun selain menatap kosong dan yang satunya lagi memberikan sorotan ketakutan.

"Jangan menatapku seperti itu. Tugasmu hanya tetap di sampingku sampai pagi lalu aku akan membebaskanmu." Sontak sang wanita terheran-heran. Bukan maksudnya ia senantiasa memberikan tubuhnya kepada lelaki yang telah membelinya.

"Kau serius? Jangan berbohong." Terselip sebuah harapan bahwa dirinya dapat hidup normal kembali setelah menjadi korban penculikan. 0l

Namjoon memberi anggukannya. "Jika kau terlalu takut, kau bisa membelakangiku. Aku hanya ingin kau mendengar ceritaku dan jatuh tertidur, maka besok pagi kau akan kembali dengan kehidupanmu."

Sang wanita memantapkan hati untuk memercayai Namjoon. Kini ia telah memunggungi lelaki yang tidak menyentuhnya sedikit pun semenjak mereka sampai di apartemen.

Suara yang terdengar lirih mulai terdengar. Kata demi kata tersusun membentuk kalimat-kalimat sehingga menjadi cerita yang menyedihkan bagi si wanita. Terkadang sebuah pertanyaan ditanyakan padanya, namun ia berpura-pura tertidur pulas. Hanya berniat mendengar cerita tersebut sampai akhir.

Jika yang kau ceritakan adalah kehidupanmu sendiri, maka hidupmu sangat menderita

***

Maaf telat update

Jadi gimana? Namjoon baik atau jahat?

He is Dangerous ||KTH||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang