9. Dangerous

232 46 40
                                    

Rak-rak tinggi terbuat dari kayu memenuhi dinding secara keseluruhan di sisi kanan dan kiri ruangan yang tidak terlalu besar namun sangatlah tinggi. Terdapat jendela besar memanjang yang menyentuh langit-langit dan menghadap ke mentari pagi. Buku yang beribu jumlahnya tertata rapi dan tak satu pun yang diselimuti oleh debu. Selain buku dan beberapa pot bunga besar, terdapat meja memanjang dengan delapan kursi yang saling berhadapan. Sofa tunggal bewarna biru sebagai perabot akhir yang ada di ruangan yang merupakan perpustakan.

Pintu yang terbuka tiba-tiba dan celotehan seseorang membuat tiga orang di dalam perpustakaan terlonjak kaget. Jin yang sebelumnya duduk di sofa menghadap cahaya matahari sambil memejamkan mata, kini telah membuka lebar matanya.

"Astaga! Aku lelah selama 45 menit mencari kalian di seluruh rumah. Kenapa kau tidak mengangkat ponselmu, Bocah? Kau menyusahkanku saja!" Dokter Jim mengenakan snelli, tidak lupa tas yang berisi peralatan dan obat yang kemungkinan dibutuhkan untuk mengobati Jungkook.

Stella lagi-lagi terperangah dengan ketampanan sosok dokter yang lebih pendek dibanding Jungkook. Matanya sipit dan memiliki suara yang merdu. Tanpa tersadar Stella terlalu lama mengamati lelaki itu dan Jungkook telah selesai mendapatkan perawatannya.

"Kenapa lelaki itu di sini juga, Bocah?" tanya lelaki bernama Jimin kepada Jungkook.

"Memangnya salah aku ada di sini? Lagi pula aku sedang menjaga bocah bodoh yang menerima pukulan dengan senang hati." Jin berdiri dan duduk di samping Jimin dan berhadapan dengan Jungkook.

Gebrakan ringan di meja membuat seluruh atensi mengarah kepada Jungkook. "Berhenti memanggilku bocah, paman Jin, paman Jimin!"

Tawa ringan keluar menggema di ruangan dan semua mata tertuju pada Stella. "Ma-maaf. Aku tidak bisa menahan tawaku."

"Siapa dia?" Jimin seakan baru tersadar jika ada sosok lain di ruangan itu selain dirinya dan Jungkook. Jin tak dianggap karena bagi jimin lelaki itu tidak lebih dari kumpulan debu yang membuatnya alergi.

"Dia 10 miliarku."

"Dia mommy-ku"

Ucapan itu serentak keluar dari mulut Jin dan Jungkook. Kerutan di kening Jimin muncul lantaran ia merasa bingung. "Kenapa kau memanggilnya 10 miliar? Lalu apa maksudmu dengan mommy, Kook?"

"Dad membawanya ke rumah tadi malam. Kau juga tahu, Paman. Dad selama ini tidak pernah membawa seorang pun ke rumah dan aku terkejut Mom Stella muncul di rumah ini. Dia pasti orang yang istimewa bagi dad," jawab Jungkook dengan antusias.

"Dia milikku. Aku sudah mengeluarkan banyak ua-" Jin seketika menghentikan omongannya lantaran melihat wajah memelas Stella. Tidak perlu kode lebih, ia tahu persis apa maksud tampang itu. "Maksudku, dia kekasihku. Bukan kekasih pak tua." Dehaman di akhir penjelasan Jin menjadi sebuah kecurigaan bagi Jimin.

"Tidak mungkin! Kenapa dad membawa kekasihmu ke sini? Jangan berbohong padaku, Paman!"

"Aku tahu dia begitu spesial bagi Namjoon, tapi percayalah Kook, dia bukan calon ibumu. Dia milikku," Jin semakin menaikkan intonasi bicaranya.

"Jadi maksudmu Namjoon dan kau mencintai satu orang yang sama?" timpal Jimin cepat.

"Ma-maaf memotong pembicaraan kalian. A-aku di sini hanya sebagai tamu Namjoon dan Jin adalah te-temanku." Stella berkata sembari menendang pelan kaki Jin.

"Begitu? Maaf ya ... lelaki ini memiliki kelainan jiwa sedangkan bocah ini juga selalu berkata tanpa berpikir jauh." Jimin menunjukkan senyumnya. Mata sipit itu membentuk bulan sabit karena senyum yang terpatri. Sangat manis menurut Stella.

He is Dangerous ||KTH||Where stories live. Discover now