Stay With Me

196 18 3
                                    

Hey, I can't let you go
Please, don't go away
Just stay with me, babe
- Stay With Me, Victon (Identity Album)

Hey, I can't let you goPlease, don't go awayJust stay with me, babe- Stay With Me, Victon (Identity Album)

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Minggu pagi, beberapa orang beraktivitas selayaknya hari libur biasa. Tidak ada suara khas di pekarangan itu, tidak ada suara ayam berkokok atau burung yang berdecit selayaknya suara yang khas muncul di pedesaan. Kawasan rumah di kota besar Seoul itu memang sangat jarang ditemui hal seperti itu.

Orang-orangnya sejak pagi sudah sibuk jogging atau bersepeda santai, ada juga yang membawa serta anjing peliharaan untuk jalan santai. Beberapa anak-anak terlihat menggotong sepatu roda mereka lalu bergegas menuju lapangan terdekat.

Rumah keluarga Jung di ujung pekarangan pun tak berbeda dengan rumah lainnya. Pekarangannya asri, sedang disirami oleh Nyonya Jung hingga menimbulkan bau khas tanah yang terkena percikan air.

Suara bel menghentikan aktivitas wanita itu, membuatnya keluar sebentar menemui pria yang tampaknya seorang kurir. Ia menandatangani sejenak, mengucap terima kasih, seraya masuk kembali meninggalkan bunyi berderit dari pagar samping taman itu.

"Jiho-ah, ada paket untukmu,"

Yang dipanggil tidak langsung menjawab. Ia hanya melongok dari jendela kamarnya yang berhubungan langsung dengan taman.

"Ya, Eomma," jawabnya pelan. Ibunya terlihat berkacak pinggang dengan satu tangan, tangan satunya masih memegang paket.

"Keluarlah sebentar, matahari sedang bagus," ujar ibunya sambil melongok ke arah jendela kamar Jiho. Jiho sendiri sekarang berfokus pada laptopnya, suara jarinya yang menari-nari di keyboard terdengar dari luar jendela.

"Setiap hari juga begitu. Tidak istimewa," ujar Jiho yang fokus kembali di depan komputernya sambil membetulkan letak kacamatanya yang melorot.

Seorang anak lelaki, berumur awal dua puluhan menghampiri Nyonya Jung, mengambil paket dari tangan wanita itu. Ia masih memakai celemek, entah masakan apa yang ia buat sampai harumnya tertangkap oleh hidung Nyonya Jung.

"Nasinya sudah matang, Eomma." ujarnya yang langsung dibalas dengan senyuman Nyonya Jung yang ramah. "Thank you thank you,"

Pintu kamar Jiho terbuka. Jung Subin, adik lelakinya itu masuk sambil menepukkan segepok paket ke ranjangnya. Ia langsung duduk sambil membolak-balik halaman majalah anak itu. Sesekali dahinya mengernyit melihat betapa lebih cepatnya anak jaman sekarang bertumbuh.

"Kau masih menulis cerpen anak?"

"Iya. Lumayan buat jajan,"

"Kok bisa Noona tulis cerpen yang menghibur anak-anak. Hibur aku aja nggak bisa,"

Jiho memeriksa kembali tulisannya, mengamatinya sejenak lalu menekan tombol Enter dengan perlahan. Seakan tombol Enter itu menentukan masa depannya. Ia menatap Subin sekilas sambil menunjukkan tangannya. "Itu namanya bakat."

Remember Me (Han Seungwoo AU)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora