D*arkS*de*1*

5.3K 320 82
                                    

Happy reading
.
.

Derap langkah kaki menggema di seluruh lorong apartemen,Siulan santai justru terdengar menyeramkan bagi siapapun yang mendengarnya.

Jisung berlari memasuki apartemennya, mengunci pintu itu dengan rapat. Melirik ke sana kemari dengan gelisah mencari tempat aman untuk sembunyi.

Takut. Adalah hal yang jisung rasakan saat ini,di dalam kamar mandi dengan menutup mulutnya rapat-rapat menggunakan kedua telapak tangan, jisung berharap 'orang itu' tidak dapat menemukanya.

Siulan itu semakin kuat terdengar,jisung tanpa sengaja menahan nafas dan insakannya.

"Jisung~~ Han-ie hyung~ keluarlah...." Pintu kamar mandi di ketuk.

Tidak ada jawaban. 'Orang itu' tau mangsanya tidak akan menjawab. "Aku tau tupai manisku di dalam" pintu kembali di ketuk.

Kembali tidak ada jawaban, hal yang sering terjadi pada 'orang itu' ketika dirinya mengetuk pintu-pintu korban terdahulu.

Dan yang ini sama saja. "Hyung...kau membosankan!" Pintu di dobrak paksa.

Tubuh jisung tersentak kaget, dia bersingkut mundur ketika 'orang itu' semakin mendekat. "P-pergi jeongin!" Jisung berteriak Frustrasi.

Rasa takut ini tidak pernah ia rasakan sebelumnya, jika pun jeongin melepaskanya jisung tidak yakin bahwa mentalnya akan baik-baik saja.

Sayang sekali, dia memang tidak akan hidup lebih lama.jeongin tidak sebaik itu untuk membiarkan jisung hidup hingga pagi datang.

"Kau lemah!" Jeongin mendecih.

Menarik rambut jisung ke atas hingga berdiri, "akh!" Didorongnya jisung hingga punggung pemuda itu bersentuhan kasar dengan tembok.

Ringisan keluar dari mulut jisung, air mata tak henti mengelir di selingi insakan kecil. "J-jangan bunuh aku jeongin hiks!"

Jeongin menyeringai.
"katakan padaku jisungie!" Mendekatkan wajahnya pada jisung hingga hidung mereka bersentuhan. "Felix atau aku!"

jisung mencoba menetralkan nafasnya untuk menjawab. Di tatapnya mata tajam jeongin dengan takut. "K-kau."

Senyum jeongin merekah.
"Seungmin atau aku!" Jisung meremat tangan kanan jeongin yang menjambak rambutnya. "k-kau hiks!" Tubuh jisung bergetar ketakutan,begitu pula suaranya.

Jeongin mendekatkan wajahnya pada telinga jisung. Mengulum daun telinga kekasih manisnya itu. Sementara itu,tangan kirinya menekankan ujung cutter pada perut jisung yang masih berusaha melepaskan tangan kanan jeongin dari rambutnya.

"Biru atau merah!" Jeongin kembali bertanya,kali ini dengan nada rendah dan dalam yang sebelumnya tidak pernah jisung dengar.

Dirasa ini akan lama , jeongin Kembali menekankan cutternya pada perut jisung.hanya sekedar memancing ketakutan kekasih manisnya ini.

"Hiks Bi-biru." Jisung menjawab spontan, cutter itu sudah menusuk perutnya. Perih dan frustrasi kini menjadi satu.

Jisung tau ia akan mati di tangan jeongin. Di tangan kekasih yang ia duga polos.

Jeongin tersenyum senang, sangat menyeramkan. "Pilihan bagus!" Tidak di sanggak jeongin menjatuhkan cutternya dengan sengaja.

suara dentingan besi dan kramik mendominasi ruangan. Sunyi membuatnya terasa mencekam. Jisung tidak bisa berhenti menangis.

Terutama saat jeongin mendoronganya hingga terjatuh ke dalam bathtub yang terisi penuh oleh air. "Akhh!!" jeongin mencekik leher jisung.

Menenggelamkan si pemuda tupai itu dalam air sembari mencekik leher itu dengan kuat, jeongin tertawa senang. Tidak melepaskan cekikanya meski jisung sudah meronta kekurangan nafas.

"Kau murahan! Rela menjadi jalang dua bersaudara itu hanya demi uang cih!" Jisung semakin meronta, kakinya menendang-nendang kesembarang arah.

"Sampah! Beruntung sekali nasipmu untuk mati di tanganku hyung."

Air dalam bathtub itu tidak lagi tenang akibat rontaan jisung, banyak air yang tumpah ke lantai ataupun yang mengenai jeongin.

"Kau memilihku hanya karna takut kan! Takut aku akan menghabisimu hm?! Cih meskipun pilihan mu adalah Felix dan seungmin aku akan tetap membunuhmu ehehehehh!!!" Jeongin tertawa, menikmati wajah jisung yang semakin pucat dan pergerakanya melambat. Tidak peduli pada air yang membasahi tubuhnya.

Hingga akhirnya air itu kembali tenang seiring dengan jisung yang tak lagi bergerak. Terkulai tak bernyawa di dalam bathtub dengan air menyelimuti tubuhnya.

Jeongin melepaskan cekikanya,setelah itu tersenyum bangga melihat hasil karnyanya di leher jisung;sebuah bekas berwarna biru di melingkar leher jisung.

"Biru...."

.
.
.
.
.
.

"Hyung aku turut berduka cita."

Felix mengangguk,tatapanya tak lepas dari sebuah batu nisan dengan nama kekasihnya. "Padahal aku dan seungmin berniat melamarnya, Tuhan ternyata punya rencana lain".

"Polisi bilang dia bunuh diri, cih jisung tidak mungkin seperti itu.." seungmin mengepalkan tanganya.geram.

satu tawa miris keluar dari mulut Felix, "tuhan lebih sayang pada jisung hyung, felix hyung dan seungmin hyung pasti akan mendapat penganti jisung hyung"

Seungmin terkekeh di ikuti anggukan felix. "Kau benar! sudah hampir malam fel. lebih baik kita pulang!" Mereka bertiga keluar dari area pemakaman.

Tidak ada yang membuka pembicaraan hingga duo Kim itu telah sampai di mobil mereka.

Seungmin membalikan tubuhnya.

"Terimakasih telah menemani kami berdua di sini.....

...
..jeongin."

TBC

Ciahhh maaf sung kamu mati di chap pertama :").

Belum ada bangchan ehee..

Jangan protes ku pasangin jisung sama felix and seungmna disini.

Itu Karna demi kebutuhan cerita dan kejutan terselubung :)))

[5]🌷DarkSide|[JeongChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang