2. Dendam Belum Terbalaskan

2.1K 329 49
                                    

🍻🍻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍻🍻

Siang itu Gana terlihat baru saja kembali ke rumah sehabis pergi ke kampus sebentar karena ada urusan. Bukan, bukan urusan tentang mata kuliahnya atau pun berurusan dengan dosen. Tapi ada hal lain yang Gana urus. Dan urusan itu cukup membuat kepala Gana seperti rasanya ingin meledak. Gana menahan emosi yang sudah siap benar-benar ia ledakan pada sasarannya.

Mami Windy mengerutkan keningnya melihat kedatangan Gana. "What's wrong with you, boy? Ada masalah?"

Gana menggeleng pelan. "Dimana Dama, mi?"

"Dama lagi di halaman belakang. Tadi si bilang mau kasih makan ke kucingnya." Jawab Mami Windy. "Kamu benaran gak papa? Kok mami ngelihat kamu kaya lagi nahan emosi?"

Gana menghela napasnya. Lalu ia duduk disebelah Mami Windy. "Gapapa mi, everything gonna be okay." Katanya memastikan. Sembari tersenyum tipis. Meyakinkan sang Ibu bahwa ia sedang baik-baik saja, walaupun nyatanya tidak.

Mami Windy ikut tersenyum. Ia mengusap bahu Gana lembut. "Jaga diri Gana selalu ya. Mami percaya Gana anak baik-baik. Mami selalu sayang Gana." Demi apapun, Mami Windy sayang menyayangi Gana. Ia selalu ingin yang terbaik untuk putra bungsunya. Walaupun terkadang cobaan hidup membuat Gana tidak terlihat baik-baik saja. Selalu ada permasalahan yang menjadikan putranya itu tidak terkontrol.

Dama dengan santainya berjalan dari halaman belakang sembari bersiul. Melangkah dan mendudukan dirinya di sofa yang berbeda dengan Mami Windy dan Gana.

"Jih, dah balik lo monyet." Sapa Dama, ceria sekali memang lelaki ini. Tak lupa cengiran khas Dama ditampilkan.

Mami Windy menatap Dama. "Abang, masa adeknya dibilang monyet. Kamu nih ih!"

"Hehehe sorry Mami. Just kidding. Dama sama Gana udah biasa gitu kok." Dama membalas. Terus pandangannya teralihkan ke Gana. Lelaki itu menyenderkan tubuhnya ke sofa. Memegang kepalanya sembari memejamkan kata.

"Lo dari mana?" Tanya Dama.

"Kampus." Jawab Gana singkat tanpa membuka matanya. Malas sebenarnya meladenin Dama. Pasti cuma bikin emosinya tambah meningkat.

"Ngapain? Ngampus? Atau ngapain lo?"

Gana hanya diam. Kan, Dama tingkat kekepoannya parah banget emang.

Tangan Dama melayang menoyor kepala Gana pelan. "Kalau abang lo nanya, tuh dijawab bego!"

"Berisik." Sahut Gana.

 M E Z Z A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang