ii

237 39 57
                                    

"I'll have what she's having"

from movie When Harry Met Sally

Jakarta, 2019
CALUM

"Yang lain mana?" dateng-dateng, cewek yang namanya Kayla ini enggak ada nanyain gue dulu, padahal cuma gue satu-satunya orang disitu. Rambutnya diikat satu, selalu begitu. Terus ada helaian rambut yang enggak ikut terikat karena terlalu pendek menjuntai di sekitar dahinya. 

"E-ekhem," gue mengubah posisi duduk gue, "Pertama, Ashton ada urusan di ruang OSIS, kedua, Michael sama Luke lagi ngapel ke kelas Elsa sama Tiana. Sekarang, Jenina sama Btari mana?"

Kayla cemberut, "Tuh kan, gue enggak suka nih. Jadi si Jenina ada ulangan Pak Yusuf jam pertama, dia belom belajar semalem, katanya mau belajar dulu pagi ini. Terus, si Btari sakit gara-gara makan telor gulung kemaren. "

"Hah? tuh orang dari jaman SD enggak pernah makan jajanan yang gituan kali, ya." gue berkomentar. "Yaudah duduk sini," ucap gue yang melihat Kayla masih diem aja, berdiri di depan gue. 

"Ck," Kayla mendecak kesal. "Gue balik kelas, ah," 

"Ih kok gitu?" tanya gue, protes. 

"Selalu kita deh, Cal yang ditinggal kayak gini. Gue juga mau kali gantian,"

"Gantian diapelin maksudnya?" tanya gue menahan tawa. Kayla mengepalkan satu tangannya, bergerak seolah-olah mau meninju gue. Lalu cewek itu tertawa, "Balik, yuk." 

Gue diem aja. "Cal, ayok.."ajaknya sekali lagi. "Ngapain kita disini?"

"Ngobrol."

"Kan bisa sambil jalan. kelas gue kan 11-1 tuh, kelas lo 11-10, lo nganterin gue ke kelas gue dulu,"ucapnya lagi.

Gue berdiri dan Kayla sontak tersenyum lebar. "Kita, tuh, freak tau enggak, sih. Nanti disangka pacaran lagi," cerocosnya lagi.

"Bawel banget, sih," gue tertawa. "Lagian kenapa kalo kita dikira pacaran?"

"Ya aneh, lah!" tukasnya cepat. "Kenapa, sih, ketawa mulu?" tanyanya lagi. 

"Ya abis lo lucu," jawab gue jujur. Kayla enggak pernah sadar kalo cara dia ngomong aja bikin gemes sendiri. Bukan gemes yang dibuat-buat, mungkin sangking clueless nya dia sama hal sekitar yang selalu bikin gue pengin senyum kalau lagi di dekat dia. 

"Gue tuh lagi enggak ngelucu, Cal. Ini tuh serius," balasnya lagi. Tuh, kan?

"Iya deh, terserah. Eh La, ke Gancit yuk abis sekolah?" tanya gue tiba-tiba.

"Ngapain?" tanya Kayla sambil menatap gue heran. 

"Katanya mau beli buku buat referensi kemaren?" tanya gue balik.

"Yang buat persiapan LDBI?" Kayla tertawa kecil. "Udah dikirimin sama pelatih debat gue banyak pdf, jadi enggak jadi."

"Yaudah kalo gitu kita makan aja," Kayla diam. "Makan juga bisa itu di depan sekolah," Kayla menjawab jutek.

"Kan beda," gue nyengir. "Kenapa sih, takut dikira pacaran lagi?" Kayla tetap diam. "Orang Btari pernah jalan berdua sama Luke, Jenina pernah jalan berdua sama Ashton," lanjut gue.

"Iya-iya, makan doang, ya tapi?" Ucap Kayla memastikan saat kami sudah di depan kelas dia. Gue mangangguk.

"Lagian, Cal, kalo gue punya pacar, enggak bakal lo orangnya," Kayla memeletkan lidahnya sambil tertawa kecil. Mau enggak mau gue ikut tertawa.

Bukan, bukan karena ucapan dia lucu.

Tapi karena ketawanya nular aja.

●●●

"Gue mau Ichibanya," Kayla nyengir lebar. "Kita bayar sendiri-sendiri, oke?" Lanjutnya cepat sebelum gue sempat bilang "Dasar enggak tau diri"

"Lo mau pesen apa?" tanyanya sambil sibuk melihat buku menu. Gue sendiri enggak melihat buku menu sebelum akhirnya berkata, "Samain aja kayak lo."

Kayla berhenti memobalak-balikkan buku menunya dan menatap gue dengan heran, "Kalau beda selera?"

Gue tertawa, "Samain aja pokoknya."

Meski agak sangsi, cewek itu mengiyakan pada akhirnya.

●●●

Jakarta, 2026

I'll have what she's having.

2 Pumpkin Ravioli dan 2 jus strawberry tersaji di atas meja di sebuah cafe di Senayan.

"Lo enggak berubah, ya, selalu pesen yang sama kayak gue," cewek yang dulu selalu mengikat rambutnya kini kelihatan dewasa dengan potongan rambut sebahu.

Gue tersenyum, "Calum umur 24 tahun enggak banyak berubah sama Calum 18 tahun."

Hari itu hari pertama gue ketemu Kayla setelah dia balik ke Jakarta. 2 tahun lalu setelah mendapat gelar sarjananya di sebuah universitas di Yogya, dia sempat tinggal satu tahun di Yogya sebelum akhirnya kembali ke Jakarta.

Satu tahun terakhir gue berusaha untuk kontakan lagi dengan Kayla dan lumayan susah. Dia menghapus beberapa akun sosial medianya, jarang muncul di group, enggak pernah ikut reuni angkatan atau semacamnya. Tapi, pesan gue yang berisi:

La, gue dapet kerjaan disitu, La. Bisa ketemu enggak? gue sisihin gaji pertama gue dari situ untuk nraktir lo.

Ajaibnya dibalas. Gue enggak tahu apa yang membuat dia akhirnya membalasnya, mungkin selama ini Kayla memang butuh waktu.

Tapi, kalau boleh jujur, seharusnya yang bilang "lo enggak berubah" adalah gue, La.

Enggak tahu emang Kayla yang se-open book ini atau karena gue yang sudah hapal sama kebiasaan Kayla. Dan Kayla yang ada di depan gue ini sedang menyembunyikan sesuatu.

Gue juga tahu, dalam hati Kayla pasti dia lagi mikir pertemuan kami hari ini enggak seharusnya terjadi dan dia mulai menyesali keputusannya untuk datang ke cafe ini.

2 tahun belakangan ini Kayla sibuk menata kehidupannya kembali. Setidaknya itu yang gue dengar dari teman-teman. Gue memutuskan untuk mendengarkan yang penting-penting saja, gue menutup telinga dari ucapan seperti;

"Iya gue denger dia jadi depresi, ya? Gila gitu!"

"Katanya balik ke Jakarta karena ga dapet kerja di Yogya, ya?"

"Padahal rencananya udah mau nikah, lho"

Gue enggak peduli sama itu semua. Gue cuma peduli sama perempuan di depan gue ini, dan hal itu enggak pernah berubah dari dulu.

●●●

Selamat berbuka maaf ya aku excited bakal update tiap hari kali ya wkwk jangan lupa votes and comments ya!




when i meet you again / calumWhere stories live. Discover now