bag 6 'flashback 3'

64 18 1
                                    

Aku sedang memberikan tatapan hororku pada manusia yang siang tadi sedang ku puja-puja parasnya ini. Gila!. Berarti sejak tadi aku dibodohi kan sama dia. Jadi Garda Alvian ini adalah anak dari Founder toko batik yang besar di Candi. Bahkan ternyata Garda sendiri pernah menjadi private guide keluargaku 2 tahun lalu. Kok aku ga ngerasa familiar sama dia ya?. Peduli setan!. Sekarang aku menuntut penjelasan. Mengapa ia menanyakan bahwa aku ini nyasar tadi jika dia tahu aku siapa?. And hell! dia pake nanya namaku segala diumumin. Aku mau marah pokoknya. Tapi malu dikit sih kan ketauan bohong dan modus mau kenalan sama dia.

Yang kutatap malah cengengesan terus. Aku menaikan sudut kiri bibir atasku. Mencibir. Aisssh marah gini aja aku masih mengagumi senyumnya yang indah seperti penghuni surga. Marahku kutunda saat Kak Farel dan Papa mendekat. Kenapa dikepalaku terngiang lagu2 opick yak?. Aku menunduk siap menerima omelan-omelan dari dua pria penting dalam hidupku. Ga jadi marah ke Garda malah aku yang dimarahin nih. -_-

"Om.." Sapa Garda pada Papaku. Dengan santun ia menyalami lelaki berpangkat bintang tersebut. "dan ini si troublemaker?." Aku memaki dalam hati. Rencana pencitraan sama Garda totally failed. Masak baru ketemu udah tahu semua borok borokku sih. Aku menampilkan wajah paling melas didepan Papaku yang bodohnya aku tahu Papa ga akan terbujuk. "marah bisa dipending ga pa?. Rasi capek pa. Ntar kalo sampe di villa aja ngomelnya oke?." Sebuah tangan kekar bertubrukan dengan kepala belakangku hingga aku mengaduh pelan. Siapa lagi coba kalo bukan Kakak tercintaku. "Yaudah deh Pa silakan marah." Papa tergelak.

" no sweety i wont. Bosen Papa marahin kamu mulu. Kamu lihat Garda, he's part of my plan." Plan?. Apa-apaan plan? agar-agar plan?. Somebody please explain it!. Papa tersenyum aneh,aku bergidik. Kali ini aku berharap Papa marah seperti biasa ketimbang berubah sok misterius gini. Pusing jadinya.

¤¤¤

Senja?. Aku rasa aku mulai menyukainya. Mengingat kemarin waktu yang sangat singkat itu aku habiskan dipuncak Candi. Rasanya menakjubkan,seakan memasuki dunia baru. Yang tentram dan damai. Selayaknya rasa saat Almarhumah Mama ada disampingku,aman dan nyaman.

Point plusnya senja pertamaku kulewati dengan seorang pemuda yang baru saja kutemui sudah membuat tempat dihatiku. Ingat sekali diriku saat ia beranjak dari duduknya dan berdiri dihadapanku. Siluetnya membelakangi sang surya memanjakan mataku. Entah kalimat apa lagi yang harus kurapalkan untuk menggambarkan betapa memukaunya senja pertamaku.

Maka mulai hari ini sesibuk apapun aku nanti. Kan ku sediakan waktu untuk menatapi masa yang begitu lama untuk menikmati semburat jingga di angkasa ketika malam menjelang.

Hari ini keluargaku bersiap packing untuk pulang ke Jakarta. Dengan bibir mengerucut aku mengikuti langkah Kak Farel didalam airport. Sedikit sedih karena harus meninggalkan Jogja. Lucu ya? Kemarin aku bilang tak ingin berada disini. Kalian tahu kenapa?. Ya. Karena cowok misterius yang membuatku menyukai senja. Garda,tanpa izin ia mulai memasuki alam bawah sadarku. Menuntut berada dibenakku setiap saat.

Aku duduk di kursi tunggu dengam muka ditekuk. Nunggu,lagi dan lagi. Padahal pada tau aku ga suka. Aku mengeluarkan hpku untuk mengusir rasa bosan. "5 menit lagi kita check in...gih siap-siap pada." Kak Risa mengambil tas jinjingnya dan beranjak dari duduknya. Kepalaku masih tertanam pada benda pintar ditanganku. " ga ikut?." seseorang menepuk bahuku. Aku menngangkat wajah mencari muka yang suaranya tak asing ditelingaku ini.

Omo...omo
Aku menahan untuk tak tersenyum lebar serta memekik kegirangan mendapati cowok yang dari tadi ada dipikiranku. Garda dengan topi putihnya membuatku bersemangat. Aku bangkit dan bersiap menenteng koperku. Kami beriringan menuju tempat boarding. Setelah aku masuk,aku terkejut saat Garda masih berada dibelakangku. Ia ikut naik pesawat ini. Aku memandangnya dengan tanya. Si cowok misterius ini cuma menyeringai dan menggeleng. Ahh aku harus menahan rasa penasaranku selama penerbangan ini.

Benar saja duduku sampai tak nyaman memikirkan apa tujuan cowok itu mengikuti penerbangan ini. Aku menatap bodoh awan lewat jendela pesawat,baru lima menit lepas landas tapi aku berharap daratan Kota Jakarta terlihat. Aarrgghh...lebih baik aku mencoba memejamkan mata dari pada terus menggila seperti ini.

Kelopak mataku berkedip kedip menyesuaikan cahaya yang masuk saat aku membuka aksaku. Aku terbangun karena ada guncangan saat pesawat akan mendarat. Wow lama juga tidurku ya. Aku membuka sabuk pengaman setelah orang-orang mulai meninggalkan kabin. Kak Farel merangkulku  yang baru bergabung dengan mereka yang tengah berkumpul di pintu masuk. Kulirik Garda yang berdiri disamping Papa. Ternyata ia benar ikut,aku tidak mimpi tadi.

"Kak itu si Garda kok ngikut kita ke Jakarta. Ada urusan apa gimana?." kak Farel melepas rangkulanya lalu menampilkan smirk padaku. "Kenapa ga tanya ma orangnya?." Aku memutar bola mata. Percuma tanya sama lu bang. Dahlah ntar juga tahu sendiri.

Aku merebahkan tubuh pada kasur tercinta setibanya dirumah. Enak nih bisa lurusin punggung bentar. "Ras,ada yang cariin kamy tuh." -_- pura-pura meremlah. "Rasi,ihh pelor masak baru masuk udah tidur. Pura-pura kamu ya?." njiieer tau dong dia. Kepalamg tanggung,tidur beneran aja.

Ehhh,aku memekiki keras saat tanganku ditarik sampai aku terduduk. Uhhh Kakak ipar biadab emang. "Siapa kak?." tanyaku dengan nada paling ketus. Kak Risa tersenyum penuh arti. "Turun sana,liat sendiri." tuh tuh ga jelaskan bikin badmood tau ga. Tai emang. Aku kembali tiduran sambil berkata. "Tau ah Rasi ngantuuuk banget kak,kakak ga kasian apa?. Besok Rasi ada Mpls loh kak. Kakak aja yang nemuin ya bilang Rasinya ketiduran. Oke?." Kak Risa malah terkekeh. Karena aku bossy kali ya nyuruh-nyuruh. Kudengar Kak iparku melangkah meninggalkam kamarku. "Oke kakak kasi tau Garda ya kamu udah tidur."

Whattt. Tubuhku auto bangkit dong. Kak Risa tergelak didepan pintu. "Yaudah sono tidur. Tak Kunciin nih pintunya biar ga ada yang ganggu. Wleeee." dengan langkah seribu ku tahan pintu supaya ga dikunci dari luar. "Kak jangan....jangan ihhh. Ga ngantuk kok sekarang." Kak Risa tertawa-tawa sambil terus menghalangiku untuk keluar. Kami tarik-menarik handle pintu. "Perut kakak sakit ketawa mulu. Gihh sana temuin."

Aku mematut diri dicermin. Merapikan rambut lalu segera menuju tkp. Mataku menangkap sosok Garda di ruang tamu sedamg berbincang dengan Papa dan Kak Farel. Aku berdehem. Berharap ada yang menyadari kehadiranku. Nihil. Mereka asik mengobrol sampai ga sadar aku datang. Tengsin,aku duduk disebelah kak Farel.

"Jadi kamu mau sekolah disini Gar?." aku ga salah denger Garda mau sekolah disini. Ciyusss ini. Kok seneng ya dengernya. Duhh bayangin masa depan kok indah ya kayaknya.

😙😙

seribu senja satu rasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang