01

28 2 0
                                    

Aku mematut diriku didepan cermin, merapihkan ciput jilbabku yang terpasang terlalu kebelakang. Menyembunyikan kembali anak-anak rambut yang menjuntai ditepi jidat. Hari ini aku mendengar kabar duka dari salah satu guru favoritku sewaktu SMP. Grup WA SMPku ramai seketika, kami akhirnya sepakat untuk melayat secepatnya setelah mendengar berita duka tersebut.

"Ma, mama liat kunci motorku gak?"

"Oh, motor kamu dipake sama bapakmu tadi, mau kerumah om syair katanya".

"Hah? ter..."

"Kata bapakmu, kamu pake mobilnya saja" . Mama kembali berbicara sebelum aku benar-benar menyelesaikan pertanyaanku selanjutnya.

Sambil mancangklong tas slempang kesayanganku, aku mencari-cari kunci mobil bapaku

"Di samping televisi" . mamaku segitu hebatnya membaca pikiranku.  Setelah menemukan kunci mobil bapak, aku lalu beranjak menyalimi tangan mamak.

"Nanti magrib dimana dek?"

"Liat nanti mak, gak tau nanti sampai jam berapa disana. Atau siapa tau dari sana teman-temanku mau lanjut ke tempat lain".

Ku nyalakan mesin mobil bapak. Tak lupa memberi salam pada mamak sebelum melepas rem tangan dan mulai menekan pedal gas.  Jangan bayangkan ada satpam  yang akan menutup kembali pagar rumah. Keluargaku tidak setajir itu untuk bisa menyewa satpam. Lagian, apa yang harus dijaga satpam dirumah kami? Tidak ada berang berharga dirumahku. Kedua orang tuaku juga bukan pejabat, mereka berdua tidak memenuhi kriteria sebagai intaian para perampok. Jadi benar-benar tidak perlu menyewa satpam.

Aku berbelok ke kiri setelah keluar gari lorong. Di kota kecil tempatku ini, orang-orang lebih sering menggunakan kata "lorong" dibanding "gang". Gang terdengar lebih keibukotaan bagi kami. 

To : Lea baru lagi
Aku di depan

Terlihat 2 centang pada pesanku barusan. Menandakan pesan yang telah terkirim. Namun belum terbaca oleh si penerima.

To : Lea baru lagi
Gak usah bawa helm

Ku kirim lagi satu buah pesan, yang langsung dibalas Lea

From : Lea baru lagi
Oh, ok baiq

Lea ini sahabatku, kami selalu saling menjemput jika ingin bepergian ke suatu tempat yang sama. Lebih tepatnya aku yang selalu menjemputnya. Tidak peduli lokasi yang dituju searah dengan rumahnya atau justru berlawanan arah.

Pintu mobilku terbuka dari luar, menampakan Lea  dengan wajah sebal. Karena katanya aku terlalu cepat menjemputnya.  Aku sudah terbiasa mendengar omelannya, Jadi ku abaikan saja sambil melajukan mobilku ke rumah salah satu temanku yang berjarak lumayan jauh.

Ada sekitar 6 buah motor dan 3 mobil sudah terparkir di halaman rumah sifah. Aku bisa menebak sebagian pemilik kendaraan-kendaraan tersebut.

"Pada kenapa sih?, kok udah rame aja". Pemandangan langka memang melihat teman-temanku berkumpul sesuai waktu yang ditentukan. Kami-aku dan Lea- sudah berkumpul bersama yg lain di rumah sifah.

"Assalamualaikun dulu bisa kali". Lea tertawa cengengesan mendengar respon Nandito. Moodnya sudah berubah dari yang sebelumnya.

The way of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang