Felix • empty #2

436 86 12
                                        

⛔ chapter ini mengandung konten yang  triggering, mentioning of violence and mental illness, so be wise

Elmira sama sekali tidak menyimpan pikiran buruk ke Felix. Iya, Felix memang banyak tanya untuk Elmira yang lebih menikmati ketenangan, tapi sekarang Elmira tidak mempermasalahkan itu lagi. Felix sudah menyelamatkan dirinya dan membuat Elmira bertahan meski gadis itu sudah sangat ingin menyerah dengan hidupnya.

Pemandangan dari balkon apartemen Felix ternyata tidak buruk. Gemerlap lampu-lampu kota terlihat jelas dan indah dari atas sini, kendaraan yang berlalu lalang di bawah jadi terlihat kecil. Meski udara dingin menerpa tubuhnya, tapi Elmira selalu suka berada di ketinggian.

Di saat yang sama, Felix sedang sibuk membuat minuman di pantry, lalu pergi ke balkon dengan kedua tangan membawa dua cangkir berisi chamomile tea.

"Minum dulu, El. Di balkon gini kerasa agak dingin, jadi gue bikinin teh chamomile biar angetan dikit. Sori adanya cuma ini," kata Felix sambil meletakkan cangkir tersebut di hadapan Elmira.

"Gapapa Lix, I love chamomile tea too. It's relaxing"

"Agree"

"Gue setel lagu ya biar nggak hening-hening banget," sambung Felix. Elmira setuju, dan Felix memainkan lagu melalui speaker bluetooth. Hening menyelimuti mereka berdua. Elmira terdengar menggumamkan lagu yang diputar Felix, pelan namun masih bisa didengar oleh lelaki itu.

Uri neomu dalla we're so different.

"Tau lagu ini, El?" tanya Felix.

"Tau. Different by Woodz"

"I thought you won't know this kind of song. Mellow soalnya lagunya"

Gadis itu tergelak, lantas menyesap teh chamomile yang dibuatkan Felix "Terus apa asumsi lo tentang lagu yang gue dengerin?"

"Something dark like Billie Eilish's songs maybe? I don't know, cuma asumsi gue aja."

"Then you assumed right."

Suasana hening kembali, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, menikmati pemandangan kota dari balkon, ditemani teh chamomile dan alunan musik-musik yang menenangkan dari playlist Felix.

"Why do you want to save me, Lix?" tanya Elmira tiba-tiba.

"Pertama, kalo lo beneran lompat dari sana, gue pasti langsung jadi tersangka penyebab lo jatuh karena gue satu-satunya orang yang lagi sama lo," jawab Felix.

"Kedua, I just think it's the right thing to do. If things go hard just let me know, okay? I'll help you. Setidaknya lo nggak sendiri buat ngadepin semuanya"

Elmira tersenyum dan menarik nafasnya dalam, "I have schizophrenia" kata Elmira. "And it's getting worse lately"

Felix agak terkejut akan pernyataan Elmira. "That sounds like a big secret of your life. Isn't it? Kalo lo merasa terbebani dengan cerita ke gue karena gue orang baru bagi lo, gue nggak akan memaksa"

Elmira menggeleng cepat. "No, gue sama sekali nggak keberatan. Malah rasanya gue harus ngobrolin ini ke seseorang, karena... berat. Udah cukup berat selama ini gue nyimpen semuanya sendirian. I can't hold it anymore.."

Lawan bicara Elmira menatap gadis itu sungguh-sungguh. "Okay. I will listen"

Melihat Felix yang terlihat sungguh-sungguh mau mendengar dan tidak terlihat judgmental, Elmira memberanikan diri untuk mulai cerita. Dia menyesap tehnya sejenak, melegakan tenggorokannya yang mendadak terasa tercekat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 27, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Growing Up • sklokalWhere stories live. Discover now