Pt.11

1.9K 168 4
                                    

"Sir, malam ini ada jadwal kunjungan ke bar."

Pria bertubuh tegap bersurai Raven tersebut berdehem paham lalu mengalihkan pandangannya dari pemandangan kota menuju sumber suara yang begitu akrab baginya, "Bagaimana dengan sore ini? Apa aku punya jadwal, Jae?"

Sosok pria yang dilontarkan pertanyaan melirik sekilas ke buku tebal yang terbuka sembari menarik telunjuknya dipermukaan kertas itu— mencari keberadaan jadwal yang dimaksud. Pria tersebut hanya menarik kedua sudut bibirnya sehingga menampilkan senyuman dengan dua cekungan kecil di kedua sisi pipinya lalu membungkuk sekilas, "Tidak ada, Sir."

"Aku ingin berkunjung ke teman lama. Aku yakin kami akan berbincang cukup lama nantinya. Apakah bisa kau atur kunjungan bar ini menjadi esok atau lusa, Jaehyun?"

Pria pemilik senyum berlesung itu sedikit berkacak pinggang namun mencoba untuk menjaga wajahnya tetap netral, "Tetapi, Jadwal untuk besok benar benar padat. Apa anda yakin ingin menambahkannya?"

"Ya, bahkan kau boleh menambahkannya di larut malam."

Jaehyun ingin berdecak kesal mendengar jawaban atasannya. Kalau begitu, kunjungan bar tidak perlu dimasukkan dalam agenda. Tetapi, apapun yang atasannya lakukan, Jaehyun harus selalu merekapnya di dalam agenda. Sepertinya, begitulah sistem kinerja sekretaris, bukan?

"Baiklah Mr. Johnny. Saya pamit."

Johnny mengangguk lalu mendudukan diri di meja kerjanya, ia menatap layar laptopnya yang menyala menampilkan beberapa berkas baik itu ketikan surat ataupun kontrak dalam bentuk pdf. Ia menumpukan dagunya menggunakan satu tangannya dan jemarinya bermain disekitar bibir bawahnya— memikirkan suatu hal yang ingin dilakukan.

Ia melirik arloji miliknya yang sedikit terselip dibalik lengan kemeja hitamnya. Jarum jam masih menunjukan pukul 1 siang. Johnny sedikit ragu untuk menghubungi teman lama yang ia rencanakan untuk ditemui sore ini. Temannya memiliki pekerjaan mulia, Ia yakin sohibnya itu memiliki waktu luang yang sempit walaupun hanya sekedar untuk menggenggam ponsel dan berduduk santai.

Berbeda dengannya, segala pekerjaannya bahkan bisa ia andalkan kepada sekretarisnya, Jung Jaehyun. Sungguh tidak tahu diri, namun, begitulah Johnny Suh. Syukurlah ayah Johnny tidak menurunkan Tahta tertinggi perusahaan padanya, sehingga perusahaan tidak perlu meremedi segala pekerjaan yang mungkin akan berantakan jika Johnny Suh yang diberi kepercayaan.

Ia membuka laci nakas di samping meja kerjanya dan mengeluarkan secarik kertas yang berdiameter lebih tebal dari kertas biasa. Johnny mengambil pesawat telepon dari terminalnya dan menekan tombolnya sesuai dengan angka yang tertera di kertas tersebut.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu jawaban, sudah terdengar suara seseorang yang begitu halus dengan sedikit suara yang cukup riuh dilatarnya.

"Yonsei University Hospital, Ada yang bisa dibantu?"

"Selamat siang. Aku ingin bertanya jadwal Dokter Moon Taeil, Radiologi."

"Boleh saya tahu dengan siapa saya berbicara?"

"Johnny Suh"

"Baiklah Bapak Johnny Suh, saya akan coba sambungkan anda pada ruangan Dokter Moon, mohon menunggu sebentar."

Pendengaran Johnny langsung menyambut nada tunggu panggilan setelah mendengar ucapan perawat rumah sakit. Ia sudah mulai berdecak kesal saat teleponnya tidak kunjung menyuarakan suara seseorang yang ia tuju. Hingga nada telepon berbunyi dengan nada tanpa jeda hingga total tanpa suara. Teleponnya tidak diangkat.

Yah, memang Johnny tidak terkejut. Lagipula ia tidak berharap sohibnya untuk wajib mengangkat panggilannya dalam sekali dering. Bahkan ia yakin temannya—Taeil masih sibuk berkutik dengan segala hasil roentgen para pasien pengidap.

Johnny memutuskan untuk kembali menelepon meja receptionist dan mencoba untuk meminta menyambungkan teleponnya pada Taeil. Dan seperti sebelumnya, tak perlu lama, para perawat sudah mengangkat panggilannya.

"Yonsei University Hospital, Ada yang bisa dibantu?"

"Ya, ini Johnny Suh. Boleh tolong untuk hubungkan kembali pada Dokter Moon Taeil? Radiologi"

"Baiklah, akan saya hubungkan kembali pada Dokter Moon. Mohon menunggu sebentar."

Johnny lagi lagi disapa oleh nada tunggu panggilan yang masih saja tak kunjung diangkat. Baiklah, berarti sekarang Taeil benar benar di jam sibuknya. Dan, Johnny kembali memutuskan untuk menelepon meja receptionist rumah sakit.

"Yonsei University Hospital, Ada yang bisa diban—"

"Bisa atur satu pertemuan untuk Dokter Moon Taeil sore ini?"

"Boleh saya tahu dengan siapa saya berb—"

"Johnny Suh!"

Johnny mulai muak dengan jawaban perawat yang sama setiap saat. Membuatnya seakan akan sedang berbicara pada pesan suara otomatis.

"Mohon maaf bapak Johnny Suh. Kami pihak receptionist tidak bisa mengatur dan mengusik agenda para petugas medis bila belum ada persetujuan dari pihak yang bersangkutan."

Ah sialan. Telinganya panas hanya untuk mendengar nada bicara perawat yang statis setiap saat, benar benar menyebalkan. Dan jawaban perawat itu benar benar tidak membantu sama sekali.

"Ah begitu, baiklah. Terima kasih."

"Terimakasih Bapak Johnny Suh. Selamat siang"

Johnny menghempaskan pesawat telepon kembali ke terminalnya sehingga membuat sedikit bunyi dentuman yang cukup nyaring di dalam ruangan miliknya. Ia berdecak kesal. Masa bodoh dengan jadwal, agenda dan sejenisnya! Ia akan langsung pergi ke rumah sakit.

Ia kembali mengambil pesawat telepon dan menahan tombol angka 3 untuk Direct Call ke meja receptionist.

"Panggil Jaehyun ke ruanganku dan siapkan supir. Yonsei Hospital." Titah Johnny tanpa menghiraukan jawaban yang akan di lontarkan staff kepadanya. Ia menaruh pesawat telepon dengan kasar dan segera menyambar jas yang menggantung di kursi kerjanya dan memakainya dengan tergesa.

Tak lama kemudian, beberapa ketukan pintu menggema sebelum akhirnya pintu terbuka dan menampilkan sosok Jaehyun, "John, Kita masih punya jadwal siang ini! Kau bilang kau akan menemuinya sore hari! Lagipula, hal se-darurat apa yang akan kau bicarakan dengannya? Aku bahkan yakin kalau dia masih sibuk!" Seru Jaehyun dengan nada yang sedikit meningkat. Ia terlalu capek untuk menghadapi ego orang yang berada dihadapannya ini. Bahkan Jaehyun sudah tak memakai embel Sir ataupun Mister lagi.

Jaehyun yakin pekerjaannya akan semakin bertambah jika Johnny benar benar pergi kerumah sakit siang ini. Ia bahkan masih belum selesai menelepon semua klien yang sudah menyesuaikan jadwal untuk esok hari karena suruhan Johnny untuk memindahkan jadwal kunjungannya ke bar besok.

Dan, benar saja. Johnny menutup laptopnya dan menyambar ponselnya dengan kasar. Mengabaikan ucapan Jaehyun barusan dan langsung melangkahkan kakiknya keluar dari ruangan dengan langkah lebar.

Sialan memang.

***
TBC

Ehehehe halo, semoga suka ya. Dan jangan ragu untuk kritik author tentang alur atau sebagainya, ya(^u^  )

Mohon bantu dukung author ya: )

-Jiminnaejung'

Sold Out; Johnny SuhWhere stories live. Discover now