PROLOG

56.1K 5.6K 277
                                    

PROLOG

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PROLOG


Braaakkkk...

Seorang perempuan jatuh dan kertas-kertas yang dia bawa akhirnya berserahkan di lantai. Nada namanya, perempuan sederhana yang sedikit ceroboh. Dia bahkan tak memiliki keberanian untuk melawan teman-teman kerjanya yang tampak sengaja mengerjainya seperti ini. Bahkan ketika dirinya jatuh dan sibuk membereskan berkas-berkas yang berserahkan di lantai, teman-temannya itu hanya menertawakannya tanpa satu orang pun yang ingin membantu membereskan berkas-berkasnya tersebut.

Nada membereskannya secepat mungkin, Pak Danu akan mengomelinya habis-habisan jika dirinya telat membawakan berkas-berkas tersebut ke ruangannya.

Saat Nada sedang sibuk memunguti kertas-kertas tersebut. Sepasang sepatu mahal berhenti di hadapannya. Nada menghentikan aksinya, menatap sepatu tersebut, lalu mendongakkan kepalanya dan mendapati seorang pria tampan menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Pria itu lalu berjongkok, tanpa banyak bicara, dia membantu Nada memunguti kertas-kertas tersebut dan memberikan kepadanya.

Sedikit gemetar, Nada menerima berkas-berkas tersebut. Bukan tanpa alasan, karena dia tahu siapa yang kini sedang membantunya. Dia adalah Aksara Putera Bastian, pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Dan juga... tunangan dari saudari kembarnya, Nara Cinta Amora.

Nada menelan ludah dengan susah payah. Jantungnya selalu berdebar ketika berhdapan dengan pria ini. Mungkin ini berhubungan dengan transplantasi hati yang dia lakukan Tiga bulan yang lalu dengan saudari kembarnya, Nara.

"Terima kasih." ucap Nada dengan sedikit terpatah-patah.

Aksa tak menjawab, dia hanya melirik jam tangannya dan berkata dengan dingin "Selesaikan tugasmu dan kutunggu di ruanganku."

"Tapi, Pak."

"Jangan membantah." Setelah dua kata itu, pria itu bangkit dan meninggalkan Nada begitu saja. Nada menghela napas panjang. Dia memang tak memiliki jalan lain, kan? Akhirnya, Nada mematuhi perintah atasannya itu.

****

Hampir satu jam lamanya, Aksa menunggu kedatangan Nada. Saat Aksa hampir saja menelepon kepala devisi tempat Nada bekerja, pintu ruangannya diketuk oleh sseseorang. Aksa tahu bahwa orang itu adalah Nada.

"Masuk."

Pintu akhirnya terbuka, menampilkan sosok Nada yang sederhana dan sedikit berantakan. Tentu saja berbeda jauh dengan kekasihnya, Nara.

"Ada apa, Pak?" tanya Nada dengan nada formalnya.

"Bereskan barang-barang kamu. Kita fitting baju penganting siang ini."

Nada mengangkat wajahnya seketika, menatap ekspresi muram yang terukir di wajah Aksa.

"Tapi... Pak..."

"Saya benar-benar sedang tidak ingin dibantah."

"Aksa, kita masih bisa membatalkannya." Akhirnya, Nada berani menghilangkan nada formalnya.

Aksa mendekat. "Kamu pikir ini kemauanku? Dengar, Nada. Aku sudah berjanji saat Nara sedang menjemput ajalnya. Aku akan menikah denganmu!"

"Aku bisa membatalkannya. Dan itu tak berarti bahwa kamu mengingkari janjimu." Nada masih tak mau mengalah.

Keras kepala.

"Rupanya kamu lupa satu hal, Nada." Aksa mendekat lagi, kemudian tanpa sungkan dia menunjuk-nunjuk dada Nada. "Di dalam sini, ada milikku."

"Apa?"

"Hati Nara yang dia berikan padamu. Itu adalah milikku. Dan jika aku tak bisa memiliki Nara karena dia sudah tenang di alam lain, maka aku akan memiliki apapun yang tersisa darinya."

"Aksa. Ini nggak adil buat aku."

"Kamu mau berdebat tentang keadilan? Maka akan kutunjukkan betapa tidak adilnya kalian padaku!" Aksa mulai tampak marah. "Dia kecelakaan karena menyelamatkanmu. Bahkan ketika dia sekarat, dia memilih mendonorkan hatinya untukmu! Memaksaku untuk berjanji agar setia menjagamu! Katakan! Dimana letak ketidak adilan yang kau maksud?!"

Nada menunduk. Dia tahu bahwa mereka sama-sama terpaksa menjalani ini. tak sehaarusnya dia menunjukkan keberatannya padahal disini, dialah yang lebih banyak diuntungkan karena situasi ini.

Aksa mendengus sebal sebelum berkata "Sekarang, kita lakukan saja opera sialan ini. Kamu tenang saja, Aku hanya akan mencintai seorang wanita, dan itu bukan kamu." Desisnya tajam, sebelum dia pergi begitu saja meninggalkan Nada yang berdiri mematung sendiri di dalam ruang kerjanya...

-TBC-

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang