VINGT [END]

2.4K 306 43
                                    

Jeno pikir, hidupnya akan berkahir pada saat itu juga. Tepat dimana Siyeon berlumuran darah di hadapannya. Kim yang di tarik paksa oleh Darkblood. Serta Teman-temannya yang hampir gak berdaya di belakangnya.

Jeno ada di titik pasrahnya. Dalam seumur hidupnya, untuk pertama kalinya, dia rela di tembak juga oleh Hwall. Biar raga dan tubuhnya tetap bersama Siyeon.

Tapi jalan Hwall lebih kejam dari pada yang dia bayangkan. Dia di biarkan hidup.

Dia juga mikir, kalau dia belum cukup buat ngebalesin dendamnya. Tapi semua orang juga memperkirakan hal ini; Jeno yang jatuh.

beberapa bulan setelah kejadian itu, Jeno mulai kecanduan. Mulai halusinasi. Ayahnya marah. Hidupnya belum berakhir, tapi bertingkah seolah semua udah berkahir.

Sunwoo masih tetap di Robbers L, Tapi dalam posisi karantina. Hyunjin perlu masuk rumah sakit jiwa dan di rawat disana. Jeno kacau. Hancur. Semuanya.

"Harusnya gua aja yang mati."

Dia berteriak pada papanya. Hampir lima bulan dia dirumah, di larang sama papanya untuk kembali ke markas besar. Dia di jaga ketat. Siapa juga yang mau balik ke neraka?

"Kamu mau mati? jangan harap balik ke markas. Kamu ngacauin semuanya, dari dulu. Apa yang saya selama ini ajarkan ke kamu gak pernah berlaku?"

Jeno menghela napas,"gua juga gak pernah mau gabung. Previllage."

Donghae tertawa. Mirip banget sama dia. Keras kepala. Dan juga kasar.

"Kalau gak suka kamu selalu boleh pergi. Saya gak pernah maksa kamu ke ikut dunia kotor saya."

Jeno gak akan pernah berhasil beradu mulut sama papanya sendiri.

"Papa."

"Kapan terakhir kamu manggil saya dengan sebutan itu?"

"Kirim aku ke pusat rehabilitasi. Tolong."

Donghae menghela napas. Harusnya Jeno jadi satu-satunya penerus buat dia setelah misi ini. Tapi semuanya gagal. Apa yang di bangun Jeno gagal. Dan Donghae gak bisa ngasih kesempatan kedua kalinya. Dia harus cari pengganti baru. Yang lebih meyakinkan untuk menjalankan RL.

Apalagi Jeno minta di kirim untuk rehabilitasi.

"Kamu tau Papa harus pensiun."

Jeno diam. Tanda penolakan. Dia mau lepas. Lepas dari bayang-bayang Siyeon.  Dia hanya harus sembuh dulu. Memulihkan isi kepalanya. Baru bisa bergerak maju buat membalas perbuatan Hwall.

"Oke kalau itu yang kamu mau. Lebih baik begitu dari pada kamu makin bikin kacau RL."

Malam itu, Jeno menyerah. Menyerah pada pikirannya sendiri. Menyerah pada apa yang telah Darkblood lakukan padanya.

Hwall berhasil membunuhnya, perlahan. Siyeon adalah sebagaian hidupnya. Maka, kalau Siyeon pergi, darimana dia bisa dapat sebagian hidupnya lagi?

Jeno pikir hidupnya sempurna. Tapi semua rasa egois menghancurkannya.

Jeno mengakui kalau dirinya lemah. Karena Siyeon pergi, hidupnya pun ikut berantakan. Jadi, apa yang lebih buruk?

Setelahnya pun, Jeno jadi pecandu. Sering berhalusinasi. Hidupnya jadi kurang teratur. Jadi buat apa?

Don't be sorry. Be better.

Ucapan Siyeon selalu terngiang di sela halusinasinya. Kepalanya serasa ingin meledak. Sebelum semakin parah, sebelum semuanya terlambat.

Jeno harus sembuh. Jeno harus lebih baik lagi. Walau menyedihkan, seengaknya, dia harus bertahan.

Apapun jalannya.

Demi Siyeon.

Demi sahabatnya.

Dan demi dirinya sendiri.

FIN


partner in crime✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang