QUARTE

7K 1.3K 140
                                    

Hubungan Jeno dan Siyeon udah berjalan lima tahun. Mereka ketemu sejak mereka sama-sama kena kasus dan masuk bimbingan konseling bareng di sekolah.


Dua-duanya di keluarin dari sekolah mereka dengan tuduhan pembunuhan berencana. Iya mereka berdua. Nggak kerja sama, cuma punya rencana sama aja dan sialnya ketauan.

Untung ayah Jeno punya cukup uang buat nutup mulut semua yang tau masalah ini. Jeno sama Siyeon juga rela di pindahin sekolah.

Sampai mereka ketemu di sekolah baru mereka. Satu sekolah lagi. Jeno menolak keras satu sekolah sama Siyeon. Siyeon pun. Tapi sebenernya nggak begitu.

"Udah gua bilang apa anjing?! cari sekolah jauhan dikit jangan apa-apa kerja lu gak becus." marah Jeno sama asistennya yang daftarin dia sekolah. Kelas sebelas semester awal Jeno udah pindah sekolah. Bukan lagi hal tabu buat asisten dan bawah-bawahannya keluarga Jeno kalau selama ini Jeno pindah-pindah sekolah.

Jeno is totally damaged. And Siyeon, almost damaged before he met Jeno.

"Maaf, saya gak tau tentang nona Siyeon yang mau sekolah disini jugㅡ"

"Oh well,"

Jeno mengalihin intensitas tatapannya ke cewek di belakang asisten dia.

Siyeon tuh tipenya Jeno banget. Banget. Sampe dia pernah hampir jatuh sama cewek ini. Pas dia tau kebusukan cewek ini, bukannya ngejauh dia malah makin tertarik. Tapi cewek ini emang beneran kurang ajar.

"Kita ketemu lagi,"

"Lo boleh pergi." usirnya pada samg asisten. Nyisain mereka bedua di koridor yang sepi, hampir jam enam sore.

"Seneng ketemu gue lagi?"

Jeno masih diem. Dia bukan cuma marah karena cewek ini yang bikin dia dikeluarin dari sekolah, tapi perasaan campur aduk. Cewek ini cantik banget asli gak bohong dia hampir gak sadar sama apa tujuannya.

"Look," Jeno maju selangkah, Siyeon tanpa ada rasa takut maju satu langkah juga. Begitu terus sampai gak ada jarak di antara mereka.

"They just kicked me out because of you,"

Siyeon masih berani natap Jeno,"Sadar dong, gue juga di keluarin gara-gara lo."

Mereka hening. Masih bertahan di tatapan mereka. Sampai Siyeon sadar sesuatu, Jeno nggak natap di tepat matanya. Tapi di bibirnya. Selalu begitu dan bukan cuma sekali.

"Jesus Christ Lee Jeno." dia ketawa. Jeno ikutan senyum sama ketawanya cewek ini.

"Kiss me."

Then he just kiss her easily.



💉💉💉


Siyeon adalah orang yang paling ngerti dan sekaligus nggak ngerti gimana Jeno sebenernya. Sejak dimana mereka sama-sama di keluarin dari sekolah lima tahun lalu, Siyeon tau siapa Jeno dan Jeno tau siapa Siyeon.

Siyeon selalu nemuin Jeno di bar sendirian. Lalu Jeno pikir adalah hal yang menarik kalau dia ajak Siyeon ke basecamp.

Sebut mereka saling tertarik dengan cara yang berbeda. Mereka sebut diri mereka musuh.

Mereka beneran musuh. Even mereka tidur bareng aja pasti ada aja yang berdarah. Entah Jeno atau Siyeon bawa pisau diem-diem di kantong celana mereka. They're crazy. They're psycho.

"Cowok mana lagi sih Yeon?" tanya Jeno begitu mereka selesai. Jeno masih shirtless sambil megangin hapenya Siyeon. Dua detik kemudian hapenya udah meluncur bebas tak bernyawa, hancur berkeping-keping. Ini hape Siyeon yang keberapa coba yang Jeno banting cuma karena cowok lain.

"Bukan siapa-siapa." hubungan mereka baru jalan empat tahun waktu itu, tapi Jeno masih suka curiga.

Sambil megangin lehernya yang kena sayatan kecil dan berdarah, Siyeon duduk,"apasih? aku gak pernah peduli kamu sama cewek lain kenapa kamu selalu marah?"

Jeno menghela napas, matanya merah,"jawab. gak usah alesan bawa-bawa gua."

"Kamu tuli? dia bukan siapa-siapa."

Siyeon teriak bukan main ketika Jeno malah nampar dia. Sudut bibirnya berdarah. Udah biasa kok dia di tampar, bahkan di tusuk sekalipun.

Jeno ngehela napas. Dia emang suka kelewatan. Siyeon natap dia, Jeno tatap balik dengan tatapan lebih lembut,"I'm sorry."

Jeno benci jadi seprotektif ini. Jeno benci jadi yang paling buta cinta di antara mereka. Jeno benci selalu kelepasan buat selalu nampar Siyeon. Lalu dengan mudah dia ngerasa bersalah. Jeno benci dia yang kayak gini.

"Sorry."

Siyeon nggak pernah nangis. Nggak pernah mau nangis karena Jeno nggak pentes di tangisin. Dia cuma nerima apapun yang dilakuin sama cowok ini asal cowok ini nggak pergi dari hidup dia. Jeno adalah yang paling berarti sekarang. Walau bekas luka dimana-mana, Siyeon terima. Toh, dia juga bisa bales; ngasih luka yang lebih dalem buat Jeno kalau cowok itu juga kurang ajar.

Jeno ngeraup pipi Siyeon dan mulai ngerasain sesuatu yang lembut disana.

Jeno selalu ngerasa bersalah sama apa yang selalu dia lakuin. Tapi berkali-kali bakal dia ulangin. Permintaan maaf nggak ada gunanya. Tapi Siyeon selalu luluh.

"Maaf juga aku udah ngerobek lengan kamu karena kuku aku."

Jeno terima. Asal Siyeon nggak pergi kemana-mana. They just take all of this bloody thing; bloody kiss, bloody hug and another bloody. As they're love each others, no matter how they hurt themself.

partner in crime✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang