7 - Mas-Mas Starbucks

7K 806 35
                                    

p.s : ketemu yoonmin dulu, ya. hehe.

Masih ada yang ingat keluh kesah Jimin perihal Mas Crush yang terusan-terusan nolak dia? Masalahnya belum kelar-kelar, bos.

Berhubung Jimin ini pantang menyerah dan tidak mudah putus asa, jadi dia masih menjalankan rencana buat petrusin si crush. Sok ngide pergi sendiri di sekitaran toko buku yang bahkan agak jauh dari sekolah, sepulang sekolah juga. Bukan mau ke toko bukunya, Jimin baru pegang cover buku aja udah ngantuk duluan. Apalagi buku pelajaran, baru dikasih lihat bentar udah molor.

Tapi Jimin mau ke Starbucks sebelahnya. Nggak pakai lama, langsung parkir motor dan masuk.

Si Mas Crush ini—berdasarkan riset pengamatan Jimin beberapa hari belakangan—memang shiftnya sore. Waktu-waktu yang tepat buat melancarkan aksi PDKT. Pikirnya Jimin, takdir, kalau jodoh mau gimana lagi.

Memang agak maksa anaknya. Ya udah lah biarin aja.

Sesuai rencana, Jimin datang lagi, dengan seragam sekolah yang masih menempel. Dia langsung senyum begitu ngelihat si mas ada di balik meja kasir, lengkap sama apron barista warna hijau dan kaus hitam lengan pendek di baliknya. Duh, ganteng banget. Pengen cepet-cepet macarin.

"Sore, Kak Yoongi." Senyum-senyum, Jimin ngelihatin Mas Crush pakai tampang terpana.

Yang dipanggil cuma bisa menghela napas. Ini anak sekolahan udah berapa kali datang ke sini cuma buat nyapa dia? Yoongi senyum, berusaha bersikap professional kepada customer. "Sore, Dek Jimin."

"Apa kabar, Kak?"

"Baik. Kamu?"

"Baik banget. Apalagi habis lihat Kak Yoongi, langsung segar bugar."

Yoongi senyum doang. Tahan, nggak boleh gampar pelanggan, ada kode etiknya. Sebenernya Yoongi mau protes, ini anak ke sini cuma mau nanya apa kabar sama gombalin dia doang, apa ada maksud terselubung lain.

Sori-sori, nih. Ya gimana Yoongi nggak mau berprasangka kalau mukanya Jimin aja udah bikin orang bawaannya mau suudzon.

"Mau pesan apa?"

"Pesan Kak Yoongi aja satu, bawa pulang."

Jimin masih cengar-cengir, dan Yoongi masih senyum berusaha ramah. Padahal mah udah sepet banget pengen garuk mukanya Jimin habis itu ngusir dia.

"Hehe, bercanda." Dilihat-lihat, Jimin kalau senyum matanya hilang ya.

"Signature Chocolate, yang tall, satu."

Kebetulan kafenya lagi sepi sore ini. Pelanggan yang menetap cuma ada Jimin sama sepasang mbak-mbak yang lagi ngerumpi di pojokan—kadang ketawa-ketawa, kadang nadanya jadi sinis abis. Serem juga ya kaum hawa kalau udah ghibah.

Jimin duduk di pojok lain kafe, dekat jendela. Sengaja, biar sok-sokan kayak anak senja dan kopi—ya walaupun yang dia pesan bukan kopi. Jimin nggak begitu suka kopi soalnya. Lain sama Mas Crush, kayaknya hidupnya memang didedikasikan untuk kopi.

Tapi bukan kopi ala-ala Starbucks tempatnya kerja atau semacam kopi Janji Jiwa di mall-mall. Justru Yoongi lebih suka kopi pahit sehitam malapetaka dan dosa-dosa umat manusia di warkop pinggir jalan sambil ngemil gorengan. Katanya lebih nendang.

Ya coba minum kopinya lewat hidung, Yoon, biar nendangnya lebih kerasa.

Nggak lama, pesanan Jimin datang. Nggak dipanggil karena Jimin minta dianterin aja. Khusus Yoongi tapi yang nganterin.

galak | kv ✓Where stories live. Discover now