3

331 36 2
                                    

Taeyong memang buta, tapi emosi dan perasaannya tak pernah mati. Bahkan seorang yang hidup tanpa mata sekalipun masih tetap akan memiliki rasa dan emosi.

Taeyong berdiri sambil menunduk hingga beberapa saat lamanya namun sosok itu hanya diam, Taeyong pikir orang itu akan memaki-makinya tapi ternyata dugaannya salah. Sosok itu hanya diam, namun Taeyong tau jika sosok itu masih berada didepannya.

"Maaf... Aku tidak mengetahui jika kamu tak bisa melihat. Maafkan aku." ujarnya. Taeyong berdecih tak suka, mengapa selalu saja seperti ini? Kenapa orang-orang akan berakhir mengasihaninya setelah mereka mengetahui fakta bahwa ia tidak seperti orang lain? Jujur Taeyong tidak menyukai keadaan ini, keadaan dimana ia harus tampak lemah hanya karena sebuah kalimat.

Taeyong mendongak, meskipun ia tak mampu melihat menghadap lawan bicara tetaplah harus dilakukannya.

"Tidak masalah. Aku juga minta maaf, karena aku berjalan dengan tidak hati-hati. Maaf jika aku membuat kekacauan." ujarku.

Sosok itu meraih tangan Taeyong, menggenggamnya erat dan juga tak lupa mengucapkan terima kasih karena Taeyong mau memaafkan dirinya.

"Namaku Lalisa... panggil aku Lisa, aku dari Thailand. Aku berada di Korea karena aku sedang melakukan study. Siapa namamu?" tanya sosok itu, yang ternyata namanya Lalisa. Aku pun terdiam disaat gadis itu memegang tanganku.

"Lee Taeyong panggil saja aku Taeyong." aku menjawab dengan sopan kemudian tersenyum, bagaimanapun juga aku harus menjaga tata krama ketika bicara dengan orang lain.

Taeyong merasa genggaman tangannya dilepas, yang berarti sesi perkenalan sudah berakhir. Entah mengapa Taeyong merasa tak puas.

"Taeyong-ssi, maaf aku buru-buru. Aku harus segera pergi, lain kali mari kita bicara lagi." ujarnya.

Setelah itu yang hanya ada langkah kaki yang terdengar tergesa-gesa ditelinga Taeyong. Mungkin memang benar, Lisa sedang sibuk.

Tuhan bisakah aku bertemu lagi dengannya.

DestinyWhere stories live. Discover now