#5

3.6K 355 55
                                    


"Maaas .... ," kembali suara Keysa terdengar, Saga mendekatkan wajahnya.

"Yah, aku di sini Sayang, aku di sini selama kau mau aku di sisimu,"bisik Saga. Mereka saling pandang dalam jarak dekat, mata Keysa telah penuh air mata. Saga segera meraih tisu, mengusap pelan sudut mata Keysa.

"Ssstttt .... diamlah, istirahatlah, kamu mau aku di sini, Sayang?" bisik Saga lagi dan Keysa mengangguk.

"Aku mencintaimu," suara Saga terdengar parau dan Keysa menggeleng pelan, ia tak percaya akhirnya Saga mengucapkan kata itu dengan wajah serius,

Suara Saga bagai menyihir Keysa, air matanya mengalir deras, menatap wajah yang selalu bermain di matanya, meski ia berusaha menghilangkan bayangan Saga tapi wajah dengan garis tegas itu selalu tampak siang dan malam seolah nyata dan menyiksa hatinya

"Mas .... bilang gitu .... karena aku sakit kan?"

"Nggak, aku bilang gitu karena aku benar-benar mencintaimu justru saat kita telah berpisah," Saga mencium kening Keysa pelan dan lembut.

"Mas kurusan," bisik Keysa.

"Kamu juga, kamu makin kurus cuman tetep cantik, kita tersiksa dengan perpisahan ini, aku mau kita balikan Sayang, aku nggak bisa jauh dari kamu ternyata, aku hampir nggak bisa konsen ngerjakan apapun," ujar Saga.

"Kamu mau kalau kita balikan? Kita rujuk, kita nikah lagi secara agama, dan ikut aku ke Singapura," ujar Saga.

Ia melihat Keysa mengangguk dengan ragu, matanya menatap sayu ke arah Saga yang juga menatap Keysa dengan tatapan penuh harap, begitu Keysa mengangguk dadanya terasa mengembang, lega dan ingin rasanya Saga peluk Keysa dengan erat.

"Makasih, kita mulai dari awal Sayang, aku janji nggak akan bikin kamu sedih lagi," ujar Saga dengan suara parau.

Keduanya tetap saling menatap, meski tak berkata apapun, mata keduanya banyak bercerita tentang rindu, pilu, kesedihan dan keputusasaan.

"Mas ... ," Suara Keysa terdengar lagi.

"Ya Sayang," sahut Saga.

"Mas jaga Key jangan ke mana-mana," pintanya lirih.

"Pasti, aku akan menjagamu selama kau mau,"

Dan Keysa memejamkan matanya, tidur dengan perasaan damai.

***

"Jangan tinggalkan Keysa lagi Ga, kami baru sadar jika kau harus di sisinya, mengapa dulu kami mengiyakan dia berpisah dari kamu karena seolah kalian sama-sama saling menyakiti, aku sangat menyayanginya, dia melewati masa kanak-kanak tanpaku, makanya apapun akan aku lakukan untuknya Ga," ujar Al saat mereka telah di kantin rumah sakit dan di dekatnya Gavin hanya menatap dengan ekspresi datar.

Saga melihat ke arah Gavin, sahabat yang akhirnya terasa asing baginya. Laki-laki yang Saga pikir akan menggantikan posisinya di hati Keysa, ternyata sampai detik ini Keysa masih saja merindukannya.

"Lalu mengapa kau tak berusaha lebih keras? Bukankah kau menyukainya?" tanya Saga dan Gavin hanya tersenyum sinis tanpa menatap Saga.

"Aku tetap akan berusaha, selama dia belum jadi istrimu lagi, aku pulang dulu Ga, Al,"

Gavin berlalu meninggalkan keduanya yang masih tertegun, lebih-lebih Saga, ia hanya tak mengira Gavin akan berkata seperti itu.

"Hanya kau yang dicintai Keysa sejak kecil Ga, siapa pun takkan bisa memisahkan kalian, aku tak menyangka juga jika sahabatmu sendiri malah yang menyukai Key," ujar Al.

"Berusahalah mengerti Keysa, buatlah ia bahagia Ga, umur kamu tua, aku pikir kamu bisa mengalah dan apalah lakukan untuk membahagiakan Keysa, awalnya aku ragu dulu pas keysa nikah sama kamu dan ternyata bener dia ngga bahagia tapi setelah kalian berpisah eh dia lebih sengsara lagi, makanya aku mohon bahagiakan dia, kamu kan lebih tua banget Ga masa nggak bisa bikin kamu bahagia," ujar Al menatap wajah Saga yang tiba-tiba mengeras. Al memajukan wajahnya.

"Ada yang salah dengan ucapanku?"

"Aku tahu kalau aku tua, nggak usah kamu bilang bolak balik, orang tua juga manusia, suatu saat ya ke luar sifat aslinya," sahut Saga dan Al tertawa.

"Nggak gitu Ga, maksudku mengalahkan kau pada Keysa, dia kan lebih pantes jadi anakmu," ujar Al lagi dan masih menyisakan tawa.

"Ya bedalah Ga rasanya, kalau sudah jadi suami istri gak bisa memposisikan kayak anak sama Key, aku melihatnya seperti wanita dewasa," ujar Saga.

Dan Saga tersentak saat ponselnya berbunyi. Ia melihat nama Diandra di sana.

Keysa bangun kak, dia nyari kakak

Iya aku ke sana Di

Saga memasukkan ponsel ke dalam saki celananya dan berdiri sambil mengajak Al.

"Ayo Al, Keysa dah bangun, nyari aku kata Di,"

***

Dua hari kemudian Keysa telah ke luar dari ruang ICU dan berasa di ruang perawatan, Al dan Diandra menitipkan Keysa pada mama Dini dan Saga karena mereka harus kembali ke Malang.

"Tak usah ku titipkan pun akan aku jaga, dua wanita yang selanjutnya akan tetap menjadi tanggung jawabku ," sahut Saga sesaat sebelum Al dan Diandra meninggalkan rumah sakit.

"Berjanjilah untuk tidak meninggalkan kami Ga, mama jadi bingung kalo nggak ada kamu," pinta mama Dini," Mama sudah tua, rasanya nggak mampu kalo pas Keysa sedang kambuh, kaget, bingung, meski ada satpam dan pembantu di rumah tapi kan lebih nyaman kalo ada kamu Ga," pinta mama Dini sambil membetulkan sweaternya, mama Dini terlihat kurang sehat siang itu.

"Yah Saga janji Ma, asal Key nggak ngusir aku lagi," goda Saga pada Keysa yang sejak tadi terus memandangnya, akhirnya perlahan muncul senyum Keysa dan Saga mengusap punggung tangan Keysa dengan pelan.

"Mama pulang dulu ya, nggak enak badan sejak kemarin, nggak tahu apa yang mama pikir kok tensi darah mama naik lagi, titip Key ya Ga," ujar mama Dini sambil bangkit dan meraih tasnya.

"Istirahat yang cukup Ma, nggak usah mikir kami lagi, mama ditunggu sopir kan?" tanya Saga dan mama Dini mengangguk.

"Nggak usah diantar ke depan, kamu jaga Keysa ya Ga, mama pulang," ujar mama dan Saga mengantar sampai pintu setelah mamanya mencium kening Keysa dan memeluk Saga agak lama.

"Maaas .... ,"terdengar suara Keysa dan Saga segera menutup pintu lagi, mendekat ke arah Keysa dan duduk di pinggir kasur Keysa.

"Kenapa? Mau mas peluk?" tanya Saga dan pipi Keysa menjadi memerah.

"Mas kok jadi gini?"

"Kenapa?" tanya Saga bingung.

"Biasanya aku yang duluan," ujar Keysa pelan.

"Karena aku kangen kamu, gak tenang rasanya aku selama jauh dari kamu, nggak nyapa kamu, nggak ngirimin bunga lagi, nggak lihat wajah cemberut kamu," ujar Saga masih saja tersenyum.

"Pinter gombal juga ternyata sekarang,"

"Suatu saat, di saat yang tepat, gombal itu diperlukan juga, wajah kamu memerah itu aku gombalin, dan yang pasti Sayang, aku nggak gombal, itu beneran, semua itu aku rasakan saat jauh dari kamu dan aku tersiksa," Saga mendekatkan wajahnya, menunduk dan mencium kening Keysa. Mengusap bibir Keysa pelan dan mencium bibir ranum itu sekilas, hanya sekilas.

Keduanya kaget saat pintu ada yang mengetuk, Saga melangkah ke pintu dan menemukan petugas rumah sakit dengan buket bunga mawar yang cantik.

"Untuk Ibu Keysa, Pak,"

Dan Saga mengangguk, tanpa dilihat cardnya dari siapa, Saga sudah bisa memperkirakan bunga itu dari siapa.

Saga menutup pintu dan berbalik, Keysa menoleh sambil mengerutkan kening melihat buket bunga mawar yang besar dan cantik ada di tangan Saga. Senyum Keysa mulai mengembang.

"Dari Mas? Kangen rasanya aku dikirimi bunga tiap hari," ujar Keysa.

"Bukan, ini dari Gavin,"

Dan senyum Keysa hilang seketika.

***

17 April 2020 (03.48)

Aku Bukan Bunga (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now