#3

3.6K 356 30
                                    


"Nek aku pulang agak malam hari ini," ujar Keysa. Mama Dini kaget dan menoleh saat Keysa hendak berangkat ke kampus.

"Kamu baru sembuh loh Key, jangan bikin Saga repot lagi, ntar ambruk lagi ya Saga yang kelimpungan kalo ada apa-apa," ujar mama Dini.

"Aku nggak minta dia urus aku kok nek," sahut Key,

"Tapi kenyataannya kan kamu ngerepoti dia aja," sahut mama Dini lagi.

Keysa diam saja sambil memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya untuk dua mata kuliah pagi ini, lalu agenda yang berisi catatan meeting yang akan ia lakukan siang ini dengan beberapa klien Gavin, sebenarnya dengan Ge juga tapi karena Ge masih ada tugas lain dari Gavin terpaksa mereka berdua yang akan bertemu klien nanti.

"Key berangkat Nek," ujar Keysa sambil mencium pipi neneknya kanan kiri.

"Naik apa ke kampus?" tanya mama Dini.

"Ojol, kan nanti mau ketemu klien di hotel sama Pak Gavin barengnya Nek, jadi sekarang ya nggak bawa mobil aku," ujar Key dan menghilang di balik pintu.

***

Gavin menjemput Keysa ke kampus dan melanjutkan ke restoran di sebuah hotel mewah.

Saga yang mengamati dari jauh saat Keysa masuk ke mobil Gavin tadi, hanya mengerutkan kening, ia tahu, ini resiko pekerjaan, suatu saat Key akan bersama lawan jenis tapi Saga rasanya tak bisa terima hal itu.

Ia ikuti ke mana arah mobil itu membawa keduanya. Hingga masuk ke sebuah hotel mewah.

***

Saga bergegas masuk ke lobby hotel tapi mendadak ponselnya berbunyi dan ia melihat nama kliennya di sana, Saga segera menerima telepon dan menyarankan kliennya untuk datang ke hotel itu juga.

Siang itu sungguh menyiksa Saga meski restoran hotel mewah itu nyaman, sejuk dan menentramkan tapi melihat mata Gavin yang seolah penuh cinta menatap Keysa membuat hati Saga bergemuruh dengan keras dan badannya menjadi gerah.

Untunglah Saga melihat klien mereka segera datang dan mereka asik membahas sesuatu hingga Saga bernapas lega.

Sampai sore saat klien mereka sama-sama pulang Saga melihat Gavin dan Key masih betah duduk, Keysa hanya sempat menghilang saat tiba waktu sholat namun kembali lagi dan tekun entah berbicara apa.

Karena tak tahan Saga mendekati mereka dan menyentuh bahu Keysa. Keysa menoleh dan kaget melihat tubuh menjulang Saga ada di dekatnya.

"Pulang Key, kamu di sini duduk terlalu lama, makan juga kamu dikit tadi, pulanglah, tubuhmu gak bisa capek," ujar Saga yang memahami tatapan tak suka Gavin.

"Dia bisa mengukur kekuatan tubuhnya sendiri Ga," ujar Gavin dan Saga menggeleng.

"Tidak, selama aku menemaninya setelah ia beranjak dewasa sampai ia jadi istriku, dia tak pernah bisa mengukur kekuatan tubuhnya," sahut Saga tanpa semyum dan tanpa menatap Gavin.

"Pulang Key," suara Saga terdengar lebih tegas dan Keysa akhirnya mendongak menatap mata Saga.

"Nggak Om, aku nggak mau pulang, kerjaan masih banyak," sahut Keysa pelan dan Saga tak suka dengan panggilan Om padanya.

"Om? Kau memanggilku Om lagi? Sudah berlalu masa itu dan kau harus memanggilku Mas, seperti biasanya, seperti saat kau sakit dan ambruk tiba-tiba, apa karena ada Gavin kau memanggilku Om?"

Gavin bangkit dan mendorong sedikit bahu Saga.

"Bisakah kamu nggak ganggu kami, kami sedang bekerja dan masalah dia mau manggil kamu om atau mas kok jadi masalah, dia bukan istrimu lagi, dia bebas, dia mau berlama-lama denganku, kau mau apa? Kau bisa apa? Gak ada hak lagi kamu menggangu dia karena .... Aaahhggrr ...,"

Dan bruk ...

Gavin tersungkur ...

Keysa menjerit, dia tak tahu harus bagaimana ...

Gavin bangkit dan membetulkan jasnya. Mereka berdua saling tatap dalam jarak dekat.

"Kalau bukan sahabatku, akan aku laporkan ke polisi, " ujar Gavin meninggalkan Keysa dan Saga, namun sempat menoleh pada Keysa.

"Pulanglah bersamanya Key, selesaikan Masalah kalian, sepertinya dia masih sangat menginginkanmu,"

Gavin berlalu sambil mengusap bibirnya yang berdarah.

Keysa menatap dengan marah pada Saga. Matanya telah penuh air mata.

"Kapan kau akan berhenti mengacaukan hidupku? Pergi kau jangan pernah datang lagi, aku bukan bunga yang bisa kau jadikan hiasan, dan kau buang jika layu, aku tak pernah membutuhkanmu lagi,"

Suara Keysa menahan marah, Saga kaget, berusaha menguasai dirinya dan menguatkan hatinya jika memang ini adalah jalan terbaik baginya benar-benar tak ada jalan untuk bersatu kembali dengan Keysa.

"Baiklah, aku takkan pernah lagi mengganggumu, mengirimimu bunga, bahkan muncul dalam bayanganmu, aku akan benar-benar menghilang dari hidupmu."

Saga berlalu, melangkah lebar dan meninggalkan Keysa yang masih menangis.

Keysa menatap laki-laki berpunggung lebar itu menjauhinya. Seketika hatinya teremas dengan pedih, ia tak yakin apakah ucapannya benar-benar ke luar dari hatinya.

***

Sebulan sudah Saga menghilang, tak pernah lagi ada bunga tiap hari yang menemani Keysa. Pesan singkat mengingatkan makan dan minum vitamin.

Keysa menyadari jika ia merasa kehilangan, bingung dan ada sisi hatinya yang kosong.

Tiap hari selalu saja ada yang salah dengan pekerjaannya. Gavin melihat Keysa yang semakin murung. Jika ia ajak bicara pun kadang seperti orang linglung.

"Kau baik-baik saja Key?" tanya Gavin dan Keysa mengangguk dengan ragu.

***
Jam menunjukkan pukul sepuluh malam saat Keysa baru menjejakkan kakinya di rumah.

Ia merasa sangat lemas dan lelah, neneknya menunggu di ruang tamu dengan wajah sedih.

"Ada apa dengan kalian? Mengapa Saga memilih kembali ke Singapura? Melanjutkan usaha milik mantan suamiku di sana dan firmanya di sini kembali di urus Rengga?"

Seketika dada Keysa menjadi sakit, jadi ini jawabannya, ini jawaban sebulan dia menghilang?

Tubuh Keysa limbung dan terakhir ia mendengar neneknya menjerit.

***

Diandra menatap sedih tubuh Keysa yang kembali harus berbaring di rumah sakit, sempat panik semuanya karena Keysa sempat kehilangan kesadaran selama hampir dua jam. Hingga akhirnya dokter memutuskan Keysa harus berada di ruang ICU agar lebih terpantau. Namun karena kondisinya semakin membaik setelah tiga hari kembali ke ruang perawatan.

"Benar kan Di? Hanya Saga yang bisa membuatnya hidup lagi, dia memang hidup tapi seperti tak ada tanda-tanda kehidupan," ujar mama Dini.

"Tapi selama jadi istri kak Saga dia juga tersiksa Ma," sahut Diandra.

"Dia terlalu terbawa emosi, harusnya Saga tak menurutinya saat ia minta cerai, jadinya kondisi Key semakin parah kan? Lihat saja badannya semakin kurus setelah berpisah dengan Saga, hanya mulutnya saja dia bilang tapi hatinya tetap ingin Saga di sampingnya, heran aku anak jaman sekarang, ego dan gengsinya yang didahulukan, senang menyiksa diri sendiri, padahal hati tetap ingin di sisi orang yang sebenarnya sangat ia cintai, pusing mama, Di, nggak ngerti, bener-bener nggak ngerti," ujar mama Dini dengan wajah jengkel hanya tidak tahu harus jengkel pada siapa.

Tak lama terlihat Keysa yang mulai membuka mata, menatap kosong ke arah langit-langit kamar.

"Mas ... Saga ...." bisiknya lirih.

Dan air mata mama Dini luruh.

"Bener kan Di? Mama sudah tua nak, mama tahu apa yang ada di kepala cucu mama."

***

Cerita ini hanya part pendek, sekitar 10-12 part saja ..

10 April 2020 (06.14)

Cek typo ya, ketik langsung up 😁😁

Aku Bukan Bunga (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now