#1

7.7K 467 30
                                    


Siang itu Keysa baru saja selesai membantu Gavin mendesain sebuah hunian sederhana. Keysa tahu sejak awal kenal, Gavin mengamatinya diam-diam, tapi Keysa tak ingin bersentuhan dengan cinta lagi. Baginya cukup Saga laki-laki pertama dan terakhir. Cintanya pada Saga tak mungkin mampu ia hapus butuh waktu lama untuk memulai dan mengenal cinta yang baru.

"Aku antar kau ke kampus Key?"tanya Gavin dan Keysa berusaha tersenyum lalu menggeleng.

"Saya pake ojol aja Pak, kampus dekat kok dari sini, tadi mau bawa mobil kok badan kurang sehat, agak lemes," sahut Keysa.

"Makanya aku antar, aku tahu penyakitmu dari Ge, ayolah, aku gak mau kamu capek, ayolah Key," pinta Gavin.

"Nggak usah Pak, beneran, ini saya sudah pesan ojol langganan," ujar Keysa sambil meraih tasnya. Dan Keysa kaget saat Gavin meraih lengannya.

"Kau kenapa? Seperti menjaga jarak? Kau pernah patah hati? Mengapa matamu selalu sendu?" Gavin mencecar Keysa dengan pertanyaan beruntun. Keysa menarik pelan lengannya dan matanya memanas.

"Saya bukan patah hati Pak, saya bahkan lebih dari sekedar patah hati, saya baru saja cerai, dan mantan suami saya adalah sahabat Bapak, Om Saga, permisi," Keysa segera melangkahkan kakinya ke pintu dan menghilang dengan menutup pintu kembali.

Gavin terhenyak, merasa aneh, karena baru tahu ada hubungan om dan keponakan, ia membuka pintu dan berlari mengejar Keysa yang memang masih melangkah pelan.

Menarik bahu Keysa hingga berbalik dan keduanya berhadapan.

*Ada apa lagi Pak?" tanya Keysa.

"Mana mungkin hubungan om dan keponakan Key?" tanya Gavin terheran-heran.

"Dia saudara tiri papa, apa ada yang salah? Lalu mengapa Bapak sampai mengejar saya hanya untuk bertanya itu?" tanya Keysa dengan wajah sendu.

"Aku mau memastikan saja, dan karena aku mulai menyukaimu," ujar Gavin pelan.

"Terima kasih, kita baru sebulan kenal Pak, saya tak bisa menghalangi Bapak menyukai saya, tapi maaf, saya masih menyembuhkan luka saya, saya takkan mengenal cinta lagi, dia laki-laki pertama dan terakhir bagi saya, saya ke kampus Pak," ujar Keysa berbalik dan meninggalkan Gavin yang masih tertegun di tempatnya.

***

"Ge bagaimana mungkin dia sudah pernah menikah diusia semuda itu, ini kalian baru semester empat dan dia sudah ... Ah apa terjadi pada anak itu, mengapa juga dia menikah dengan omnya sendiri?" tanya Gavin pada Geandra keponakannya.

"Om tahu dari mana?" tanya Ge kaget.

"Dia bilang sendiri tadi Ge," sahut Gavin, " Saat aku tanya mengapa matanya selalu sendu, aku pikir dia baru putus cinta eh ternyata malah lebih dari itu, ah matanya Ge, aku seperti ingin menghapus lukanya," ujar Gavin sambil memejamkan matanya.

"Om sudah menyembuhkan luka om sendiri?" tanya Gavin hati-hati.

"Aku yakin akan sembuh Ge, apalagi ada Keysa yang seolah menjadi obat bagiku agar melupakan Nayara," ujar Gavin pelan .

"Bukankah cinta om sangat besar pada tante Nayara?" tanya Ge lagi.

"Ya dan aku akan berusaha menghilangkannya, menghapus semua jejaknya di hatiku, akan aku ganti dengan warna cerah dengan berusaha mengejar cinta Keysa," ujar Gavin.

"Tapi kayaknya susah deh om," ujar Ge.

"Apa kamu pernah ditolak dia?" tanya Gavin sambil menahan senyumnya.

"Gak sempat bilang sudah kalah duluan om," sahut Ge, keduanya menahan tawa.

"Wah kita saingan nih Ge," ujar Gavin dan Geandra hanya menggeleng.

"Dia nggak akan pernah memilih aku om, aku dah dia anggap sodara, aku berusaha membunuh perasaan ini perlahan, dan sepertinya mulai berhasil," ujar Ge.

"Baguslah, jadi aku nggak punya saingan," akhirnya tawa Gavin terdengar juga.

"Wah tante Mery pasti seneng dengar om ketawa lagi," ujar Ge dan Gavin mengangguk.

"Yah lama sekali aku nggak ketawa Ge," ujar Gavin, hatinya merasa sesak lagi saat ingatannya kembali kala ia menemukan wanitanya tidur berpelukan dengan laki-laki lain tanpa baju yang iya yakini karena bahu keduanya terbuka di dalam selimut yang menutupi separuh tubuh keduanya.

Gavin tak lagi menerima alasan apapun meski wanitanya bersujud di kakinya sambil menangis histeris dan mengatakan ia diberi minuman yang memabukkan hingga lupa segalanya.

Selesai sudah dan ia takkan lagi kembali pada orang yang sudah membohonginya. Dasar sebuah hubungan adalah kejujuran lalu jika kejujuran tak lagi ada maka tak perlu lagi dipertahankan.

***

Saga kembali mengamati Gavin yang beberapa hari ini seolah mengawasi Keysa dari jauh saat ke kampusnya. Ia memang menunggu saat yang tepat untuk berbicara pada Gavin dan Saga merasa sekarang saat yang tepat.

Gavin kaget saat sebuah tepukan agak keras sedikit menyakiti bahunya, ia berbalik dan melihat Saga.

"Aku ada perlu Gav, bisa bicara bentar, tuh ada cafe di sana, itung-itung biar lebih muda Gav, kayak mahasiswa ja kita," ujar Saga dan keduanya tertawa sambil melangkahkan kaki menuju cafe di seberang jalan.

***

"Kau menyukai Keysa, Gav?" tanya Saga langsung setelah mereka duduk berhadapan.

"Iya, kamu keberatan? Kalian kan sudah selesai?" Gavin menatap mata kelam Saga.

"Belum, dia masih sangat mencintaiku dan aku pun begitu," sahut Saga.

"Yang aku lihat bukan cinta Ga, tapi kesakitan, kamu apakan dia? Semuda itu dia mengalami hal berat, kamu apakan dia Ga?" tanya Gavin dan Saga sangat tidak menyukai pertanyaan Gavin.

"Ok kita bersaing secara sehat Gav, jangan karena dia kerja di tempatmu lalu kau merasa akan segera mendapatkannya, aku cinta pertamanya, takkan ada cinta yang lain baginya Gav, aku bisa memastikan itu," ujar Saga dan Gavin tersenyum.

"Kita lihat saja Ga, siapa yang akan mengakhiri dan memenangkan pertarungan ini, aku akan fair, aku nggak akan main sikut, kita sama-sama tahu brengseknya kita kayak apa pas SMA," ujar Gavin dan Saga mengangguk.

***

Keysa kembali melihat bunga di kamarnya sepulang dari kampus. Key menghela napas. Ia sentuh bunga-bunga itu.

Bagaimana aku akan mampu melupakanmu jika seperti ini terus? Bunga ini hadir setiap hari, dan bayangmu kembali hadir .. aku merindukanmu, sangat ... Aku ingin kamu memelukku ... Sekali lagi sebelum aku sampai pada janjiku ...

***

Keysa baru saja selesai mengikuti kuliah siang itu, sejak semalam badannya demam namun ia menguatkan dirinya untuk ke kampus. Tawaran Ge ia tolak saat berusaha mengantarnya pulang hingga harus segera memesan taxi online.

Keysa merapatkan jaketnya sambil melangkah ke luar dari kampus. Saat ia sedang menunggu tadi online, ia melihat mobil Gavin baru saja terparkir. Dan melihat laki-laki tampan bak model itu melangkah pelan ke arahnya, dengan tangan kanan di saku celananya ia semakin dekat melangkah ke arah Key, teman-teman Keysa yang juga sedang menunggu taxi online sudah mulai berisik.

"Aku tahu dari Ge kamu sakit, aku antar pulang ya, wajahmu terlihat lelah," ujarnya sambil membuka kacamatanya.

"Nggak Pak, saya sudah pesan taxi online, kasihan kan kalo mau mengcancel udah meluncur ke sini," sahut Keysa.

"Ayolah Key, sekali ini saja, karena kamu sedang sakit," pinta Gavin memohon.

"Dia nggak mau Gav, nggak usah kamu paksa,"

Suara berat Saga mengagetkan keduanya.

***

7 April 2020 (02.31)
Cek typo besok ya, mau nyoba tidur 🤢🤢🤢🤢🤢

Aku Bukan Bunga (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now