"Ada acara apa?" Devan menjatuhkan tubuhnya di soffa yang masih kosong.

"Kamu itu kenapa sih? Mereka ingin berkunjung ke sini," balas Clara tak habis pikir. "Oh ya, Rora. Dia Aditya, sepupu Devan," lanjut Clara memperkanalkan pria yang belum dikenali oleh menantunya.

Tak tau harus merespon bagaimana, Rora hanya memberikan senyuman hangat. Melihat senyuman Rora yang langsung menambah paras cantiknya, Aditya membalasnya dengan senyuman manis.

Aditya, pria tinggih dengan lesung pipi di kedua pipinya yang membuatnya tampak manis. Anak dari kakak laki-laki Clara. Umurnya hanya selisih dua tahun dengan Devan. Saat belum juga menggantikan ayahnya menjadi Alpha. Ia tak ingin menggantikan posisi sang ayah jika ia belum menemukan pendamping hidupnya.

"Rora, Klaresa, ayo ikut Mama!" Clara berdiri dari duduknya dan langsung diikuti oleh Rora dan Klaresa yang ia ajak.

"Kau mau kemana?" tanya Dave melihat istrinya akan beranjak keluar.

"Melihat makam siang sudah disiapkan apa belum," jawab Clara santai. "Sudahlah ayo kita pergi." Clara melangkah kan kakinya menuju pintu keluar dengan diikuti kedua wanita di belakangnya.

Clara masih melangkahkan kakinya, sementara Klaresa dan Rora yang berada di belakang hanya dapat mengikuti kemana wanita di hadapannya itu pergi. Mereka tak tau kemana dan apa yang akan mereka lakukan sesampainya disana.

Clara menghentikan langkahnya. Ia teringat ada sesuatu yang harus ia kerjakan saat ini. "Rora, kau dan Klaresa saja yang kesana ya, Mama ada sedikit urusan."

Rora mengangguk memberi jawaban dan melanjutkan langkahnya bersama Claresa.

Ruang makan masih sepi. Para maid masih menyiapkan makanan di dapur. Di tengah sana hnya ada Derin yang asik dengan laptop di hadapannya.

Melihat sang adik sendirian di sana, Rora merjalan mendekat. "Lagi ngapain?" tanya Rora berbasa basi. Ia menjatuhkan tubuhnya di kursi depan meja Derin dan Klaresa di sampingnya.

Tak melihat siapa yang mengajaknya berbicara, Derin sudah tahu milik siapa suara itu. "Ngerjain tugas. Malam ini deadline," balas gadis itu tanpa mengalihkan pandangannya.

"Dari tadi pagi?" tanya Rora tak percaya. Sebelum ia dan Devan berangkat ia sempat melihat Derin sudah asik denga laptopnya itu.

"Iya. Baru dikerjain tadi pagi soalnya." Sebuah cengiran di dapatkan Rora. "Soalnya kalau dikerjain mepet deadline lebih semangat buat ngerjaiinnya," lanjut Derin melihat tatapan tajam dari kakak iparnya itu.

"Ooh, bagus yha. Kalau Matemu tahu semua ini gimana? Diakan ketua beam, nggak mungkin menerima cewek yang nggak disiplin." Dengan sengaja Rora menggoda gadis di hadapannya itu. Ia ingin tau bagaimana reaksinya nanti.

"Yha, biarin aja. Memangnya dia berani merejetcku," jawab Derin dengan sangat pede. Rora dan Klaresa pun dibuat tertawa karenanya.

"Btw, gimana kemajuan hubungan kalian? Kapan kalian akan menikah?setelah lulus? Atau tak menunggu kau lulus dulu?"  tanya Rora bertubi-tubi.

"Kakak, aku tak ada rencana untuk menikah muda. Lagian aku masih ingin menikmati masa-masa lajangku," jawab Derin tak acuh. Walaupun ia senang karena telah menemukan Matenya tapi untuk menikah dan hidup bersamanya ia belum siap untuk itu.

"Memangnya dulu aku juga berencana menikah muda? Tentu saja tidak. Dulu aku ingin menikah kalau usiaku sudah di atas dua puluh lima tahun, tapi sekarang apa?" Itulah angan-angan Rora dahulu. Ia tak menyangka dapat bertemu Matenya secepat ini.

Mendengar keluh kesah kakak iparnya, membuat Derin tertawa. Kakak iparnya itu seolah menyesal telah menikah dengan kakaknya. Sementara Klaresa hanya tertawa pelan.

"Memangnya kenapa waktu itu kakak menyetujui untuk menikah dengan kak Devan?" ucap Derin berusaha menghentikan tawanya.

"Memangnya kakakmu meminta persetujuanku apa?" Kali ini Rora mengatakan itu dengan nada kesal. Entah apa yang membuatnya kesal hari ini. Akhir-akhir ini entah mengapa moodnya tak stabil.

Hanya dengan mendengar nada bicara sang kakak ipar, Derin sudah tau apa jawaban dari pertanyaannya itu. Kakaknya itu sepertinya benar-benar berkuasa.

"Haduh. Kalau kak Klaresa, gimana?" Pandangan langsung beralih kepada Klarensa. Wanita itu menjadi tampak kaget dan lebih canggung.

"Eh, aku?" Dengan kompak Derin dan Rora menganggukkan kepalanya memberi jawaban. "Aku, dulu nggak ada rencana apa-apasih. Kalau ada cowok yang serius mencintaiku dan dia melamarku aku sih siap-siap aja," lanjut klaresa dengan akhir senyuman di wajahnya.

"Kak Klaresa memang sudah berapa lama kenal sama kak Rendra sebelum menikah?" tanya Derin sangat antusias. Mendengar jawaban dari Rensa membuat dirinyaa semakin penasaran dengan kehidupan wanita itu.

"Sekilar satu bulan mungkin," jawab Klaresa singkat.

"Benarkah secepat itu? Kalau kak Rora sih aku yakin belum ada dua minggu," tabak Derin sangat tepat. Ia tau kapan Rora bertemu dengan Kakaknya dan kapan mereka menikah. 

"Yha, hanya dalam kurun waktu enam hari, kemudia kita menikah. Sangat cepat bukan?" ucap Rora lebih ceria. Ia sendiri pun tak percaya ia menikahi pria yang baru ia kenali beberapa hari saja. Tapi, itulah hukum bangsa serigala. Setelah bertemu dengan Mate mereka, sepasang Mate harus bersama. Bahkan mereka dapat tinggal bersama tanpa adanya pernikahan, asalkan ia sudah menandai Matenya itu.

*****

Tengah malam. Rora terbangun dari tidurnya merasa tubuhnya sangat gerah. Rora mengalihkan pandangannya ke samping, gempat dimana seharusnya Devan tertidur. Pria itu tidak ada di sana.

Rora turun dari kasur, keluar dari kamarnya berniat untuk mencari udara segar seraya mencari keberadaan Devan saat ini.

Rora menghentikan langkahnya. Angin malam berhembus kencang. Menerbangkan anak rambut dan ujung-ujung pakaian Rora. Membuat tubuh Rora menggigil. Sekarang ia menyesal tidak membawa jaket atau jubahnya.

Sebuah kain menempel di bahu Rora. "Angin malam tidak baik untuk kesehatan anda, Luna," ucap seorang Pria di belakangnya.

.

.

.

.

.

.

.
______________________________________

Maaf udah seminggu nggak update dan chapternya masih pendek. 😅
Banyak tugas dan ulangan, bikin nggak mut buat nulis.😓

Vote dan commentnya ditunggu
TERIMA KASIH
❤❤❤❤❤❤

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now