Lirih 'Terima kasih'

18 0 0
                                    


 Suatu hari puan lupa menutup buku, barangkali mencari pena untuk sekedar memberi tanda.

Selagi pena dicari, deretan aksara berbinar terkena sinar. 

Entah kisah apa di dalamnya, ia tak pernah benar-benar tampak.

Kubuka lembaran-lembarannya,

"Seorang putri terdampar sendiri. Di gelap malam yang cukup seram. 

Langkahnya tertatih, sesekali jatuh hampir lumpuh. 

Beruntungnya sinar bulan mengarahkan, melalui jalan yang sebelumnya tak terbayangkan."

Jadi akan kemana putri ini sebenarnya? dan mengapa ia sendiri?

"Sekali lagi, sang putri kembali. Sambil menanti mentari, ia masih mencari.

Ia pun tak tahu mengapa semesta biarkan dia merana, berjalan tanpa pegangan,

Bahkan mungkin tanpa tujuan."

Lalu untuk apa dia bersusah payah mencari arah, jika tanpa tujuan?

"Satu-satunya yang ia yakini; menghidupkan harapan. Hingga ia temukan sebenar-benarnya tujuan..."

Akhirnya puan kembali, lengkap dengan pena dan penanda. 

Kau ini kemana saja? bacaan macam apa ini? tak jelas arah dan tujuannya.

"Jadi kau baca?" tanya puan.

Tadi ia seolah memanggil

"Selesai?"

Belum, ia belum sampai. Tujuannya saja belum terbentuk.

"Nampaknya itu cita-citanya, tanpa sang putri sadari," 

Berpetualang dengan sembarang maksudnya?

"Bukan"

Jadi?

"Mencari dan mencari. Meski jatuh berkali-kali, sebelum tujuannya berupa. Mencari adalah tujuannya."

Mencari apa?

"Mencari dirinya yang hilang, dirinya yang paling kecil, yang tak tahu bahwa setiap langkahnya adalah arah."

Maksudmu apa?

"Berterima kasihlah, sudah sedia masuk ke dalamnya. Sang putri tersesat karena ia kehilangan dirinya. Ia lupa berterima kasih, meski lirih,"

Jadi sebenarnya ia tak pernah benar-benar terdampar?

"Mungkin," kata puan menutup bukunya. 

Jangan harapkan cerita tersebut puan selesaikan. 

Dia tak pernah mau menceritakannya lagi.

24/9

Membaca Mengikat CeritaWhere stories live. Discover now