Sampai pada Akhirnya (AU)

937 92 5
                                    

Ini merupakan lanjutan AU kemarin.

Selamat membaca

Malam itu boleh menjadi malam paling menyakitkan untuk Hoseok.

Dia yang menolak cinta pertama untuk seseorang yang jelas-jelas tak bisa bersamanya tentu tahu bagaimana rasa perih menyelimuti hati kecilnya.

Hoseok mengerti, dia bahkan sudah sangat khatam dengan denyutan pedih itu. Tapi entah kenapa semakin lama ia rasakan, denyutan itu seolah enggan hilang.

Ia yang berusaha mengubur sakit hatinya percis seperti bertahun-tahun yang lalu nyatanya tak mampu melakukan hal yang sama.

Padahal pada praktiknya, kasus Namjoon akan sangat mudah dilupakan ketimbang ketika ia melakukan kesalahan pada Sunghak. Tahun-tahun bersama sahabat SMA nya tak akan sebanding dengan hitungan bulan yang ia jalani bersama Namjoon.

Tapi apa yang terjadi, hatinya justru tidak berkata demikian.

Semakin ia pendam, maka semakin dalam perasaannya.

Gila.

Padahal di lain sisi ia harus memikirkan perasaan Jihyo. Namjoon bahkan sudah memilih gadis itu, tapi sayang ia tak rela.

Tidak bahkan setelah ia bilang kalau hatinya baik-baik saja.

Pada akhirnya sakit pada malam itu tidak bisa ia kubur, sesuatu tentang pernyataan Namjoon masih tergantung layaknya lampu tidur ketika malam lain datang menyusul.

Bukan berarti Hoseok tak berusaha melupakannya. Ia berjuang mati-matian, namun memang sial perasaannya tak bisa diajak kompromi.

Hingga ide pantai tercetus, Hoseok merasa ini saatnya ia memulai lembaran baru. Ia akan menghanyutkan perasaannya pada Namjoon ketika buih ombak datang. Tapi lagi-lagi, bagaimana bisa ia melupakan perasaan itu jika si biang keladi ada disekitarnya.

Pikiran Hoseok akhirnya terpecah. Ia tak bisa fokus seharian bahkan sampai hampir meletakkan kedua temannya dalam bahaya.

Itu semua masih berpusat pada Namjoon. Pemuda yang kini duduk tepat di depannya.

"Emm, kata Kakaklu di kulkas masih ada makanan sisa kemarin. Tapi kalau lu ngga mau makan di sini kita bisa beli di depan aja, gimana?"

Suara itu menarik Hoseok kembali ke alam sadarnya ketika ia hampir saja tenggelam dalam pikiran buruk di kepalanya.

"Makan di sini aja."

Canggung memang, tapi Hoseok berusaha sekuat mungkin untuk tidak terlalu kentara menghindari pemuda itu. Karena bagaimana pun ia tahu jika hal itu akan menyakiti hati Namjoon.

"Oke," Namjoon mengangguk dan mulai mengeluarkan sisa daging semalam dari dalam kulkas, sementara Hoseok mulai memanaskan teflon dan mencairkan margarin.

Namun belum juga margarin seukuran satu sendok teh itu meleleh, Hoseok sudah dikejutkan dengan suara barang berjatuhan.

Ia jelas langsung berbalik dan menemukan Namjoon yang menatap kosong ke arahnya dengan kedua tangan terangkat ke atas seolah ia tenang mengangkat sebuah mangkuk imajiner. Yang pada kenyataannya si mangkuk isi daging itu kini telah bergulingan di lantai dengan isi yang berserakan.

Hoseok tak tahu kenapa, tapi yang jelas wajah Namjoon berhasil menggelitik perutnya hingga tawa lebar tak bisa ia tahan.

.

Itu pertama kalinya Namjoon merasa sifat cerobohnya berguna. Bayangkan saja, berminggu-minggu ia kehilangan tawa Hoseok yang lepas. Dan sekarang, karena tumpahan daging di lantai, Namjoon bisa kembali melihat tawa itu.

Namseok storyWhere stories live. Discover now