Bab 39 - Kakak

Mulai dari awal
                                    

Tiba-tiba saja cahaya menyilaukan yang berasal dari kekuatan Mephisto membuat sebuah ledakan besar sehingga semua orang terpental jauh. Carina meringis saat merakan seluruh tubuhnya sakit menghantam bebatuan dan tanah terjal di sekitarnya. Dan saat itu pula entah sejak kapan Mephisto telah berdiri tepat di hadapannya. Tubuhnya kaku ketakutan, ia tak tahu harus melakukan apa. Carina pikir ia akan mati saat itu juga. Carina bisa merasakan tekanan aura membunuh dari Mephisto.

"Carina!" teriakan yang berasal dari orang-orang di sekitarnya terengar saling bertautan seakan memperingatinya untuk lari. Tapi... ia tidak bisa. Ia tak sanggup untuk menggerakkan tubuhnya sedikit pun.

Mephisto menatapnya dingin seraya mulai mengayunkan tongkat sihirnya yang kini berubah menjadi sebuah pedang hitam legam. "Mati." Ucapnya dengan nada kaku dan dingin, sampai-sampai membuat Carina menahan napasnya ketakutan.

"Tidak!" Alvis tanpa pikir panjang langsung berteleportasi ke tempat Carina, ia langsung membuat perisai dengan innernya untuk melindungi dirinya dan Carina. Carina memejamkan matanya saat Mephisto benar-benar akan menyerangnya, sementara Alvis berusaha melindungi tubuh Carina dengan memeluknya erat-erat membuat tubuh Carina tertutup oleh tubuhnya.

Duk!

"Aku tak akan membiarkanmu menyentuh Carina!" Milo telah berada di hadapan Carina dan Alvis, ia meghalau serangan Mephisto lebih dulu, kemudian Hugo, Leeva dan Nirmala ikut membantunya da berhasil membuatnya mundur.

Jiho yang berada paling dekat dengan posisi Carina dan Alvis langsung berlari menghampiri mereka, "Kalian baik-baik saja?"

Alvis mengangguk lega, ia langsung menggendong Carina dan membawanya menjauh dari posisi Mephisto. "Kau baik-baik saja?" tanya Alvis seraya memnurunkan tubuh Carina dengan wajah pucat.

Alvis langsung menggenggam tangan Carina yang gemetaran, "Aku disini, jangan takut."

Air mata Carina langsung meleleh ketika mendengar suara Alvis, "Aku takut." Ucapnya sambil menangis dengan suara parau. "Aku pikir kita akan mati tadi! Kenapa kau malah datang dan memelukku! Bagaimana jika tadi serangannya mengenai dirimu?! Kau pikir aku akan senang?!" Carina meremas kuat-kuat baju Alvis seraya menunduk dalam-dalam. Ia berusaha menghentikan tangisnya dan emosinya yang tak stabil.

"Aku akan melindungimu walau harus mati, Carina. Atau aku akan menyesal seumur hidupku." Jawab Alvis kembali memeluknya erat.

Carina menggeleng kuat-kuat, "Tidak! Kalau kau mati aku juga akan mati! Ingat itu baik-baik, Alvis! Kalau kau mati, itu artinya kau juga membunuhku!"

***

"Pedang itu adalah salah satu wadah untuk menyegel Mephisto yang dibuat oleh bangsa kami dulu, dan aku yakin pedang itu mampu untuk menahan kekuatannya." Ucap Nirmala lewat kekuatan telepatinya.

"Kenapa kita harus menyegelnya? Bukankah lebih baik jika kita membunuhnya?" tanya Harin bingung.

"Ia adalah penyihir yang dikutuk ribuan tahun lalu. walau pun raganya telah mati, tapi Jiwanya masih akan hidup abadi. Ia mampu dibangkitkan kembali dengan tubuh manusia yang sudah mati, atau bahkan boneka sekali pun! Satu-satunya cara adalah menyegel jiwanya dalam pedang itu. Kalau tidak, mungkin ia akan mencari wadah baru untuk dijadikan sebagai tubuhnya." Josh memberitahu pengetahuannya tentang Mephisto. Ia memang mengetahui semua itu dari buku-buku sejarah Holder yang ia baca.

"Sebelumnya, kami para Druid dulu pernah menyegelnya ke dalam sebuah batu. Mephisto juga pernah membuat kekacauan seperti ini beberapa tahun setelah ia meninggal. Tapi ternyata jiwanya telah dipanggil oleh seorang penyihir yang menginginkan kekuatannya, lalu penyihir yang telah memanggilnya itu langsung terbunuh oleh Mephisto, dan Mephisto menggunakan tubuhnya sebagai wadah. Karena itu lima Druid terakhir saat itu –termasuk diriku— memutuskan untuk menyegelnya karena telah membuat kekacauan hebat di dunia manusia." Kisah Nirmala lewat telepatinya.

HOLDER : Elsewhere (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang