Bab 31 - Mexico & Canada

Start from the beginning
                                    

"Wah unik sekali." Puji Carina. "Apa kekuatanmu memiliki semacam kelemahan atau resiko?"

"Ada. Kelemahan yang sangat fatal. Aku tak akan bisa menggunakan basic maupun extensionku pada seseorang yang lebih kuat daripada diriku."

Jiho meringis pelan, "Ah, benar-benar fatal."

"Kita sudah sampai." Ucap Arvis tiba-tiba saat kami sudah berada tepat di depan sebuah hotel.

"Hotel ya." Gumam Alvis. "Ayo, masuk."

Mereka semua masuk ke dalam lobi hotel dan langsung dapat merasakan keberadaan beberapa Holder yang ada di dalam bangunan bertingkat tinggi itu.

"Ada tiga orang di sini. Untunglah hanya sedikit, begini lebih mudah dari pada mencarimu di Catedral kemarin." Ucap Carina pada Josh.

"Kau benar." Balas Josh menatap sekeliling. "Jadi kita harus memeriksanya satu persatu?"

"Tidak perlu. Hugo kau bisa memeriksanya kan?" pinta Carina pada Hugo yang saat ini menggunakan sihirnya agar non-Holder tak dapat melihat dirinya.

"Serahkan padaku." Ujarnya lalu terbang dan menembus langit-langit di atas mereka.

Setelah beberapa menit Hugo kembali dan memberitahu Carina bahwa ia melihat seorang Holder perempuan dengan sebuah batu permata melayang di atas kepalanya. "Ia berada di kamar nomor 403."

Begitu tahu lokasi Taurus, mereka langsung pergi ke lantai empat dan menemukan kamar nomor 403. Saat Alvis ingin menggunakan kekuatannya untuk menyelinap masuk ke dalam Carina lagsung menahannya.

"Ketuk saja. Kau tak sopan sekali." Protesnya kesal, lalu langsung mengetuk pintu di hadapannya. Setelah beberapa saat seorang perempuan dengan wajah tak asing membuka pintu tersebut.Ia memang tak mengatakan apa pun, tapi ia membuat ekspresi penuh tanda tanya atas kedatangan mereka.

"Masuklah..." katanya kemudian.

"Terima kasih." Balas Carina lalu masuk diikuti yang lainnya.

"Ada perlu apa kalian kemari?" tanya perempuan itu yang Carina yakini pasti ia sudah merasakan keberadaan dan kedatangan mereka. "Kau Carina kan? Lalu, kalian berdua kan master baru itu. Apa yang kalian inginkan dariku."

"K-kau mengenalku?" tanya Carina heran. Dengan membaca pikirannya akhirnya Carina tahu kalau perempuan itu ternyata juga tinggal di pulau, dan saat ini ia sedang menjalankan sebuah misi.

"Tentu saja. Siapa yang tak mengenalmu? Kau begitu terkenal di pulau." Balasnya lagi.

Setelah mengingat-ingat kembali akhirnya Carina sadar bahwa perempuan itu juga berada di panggung yang sama saat pemilihan asrama beberapa tahun yang lalu.

"Kau... si nomor lima itu!" celetuk Jiho tiba-tiba.

"Aku punya nama." Balasnya memutar bola matanya dengan malas.

"Jessie Moran? Benar?" Carina menyebut namanya dengan tak yakin.

"Yup." Jessie menjentikkan jarinya di depan wajah Carina, "Lalu ada perlu apa kalian menemuiku?"

Carina melirik ke sebuah batu yang melayang-layang tepat di atas kepalanya.

Seakan mengerti akan tatapan Carina Jessie langsung menjelaskan kalau batu di atas kepalanya itu tiba-tiba muncul dan melayang-layang diatas kepalanya sejak beberapa hari yang lalu.

"Ulurkan tanganmu." Pinta Carina pelan.

Dengan penuh tanya Jessy menuruti permintaannya, "Untuk ap—"

Perkataannya terhenti seketika ketika melihat batu permata yang tadinya berada di atas kepalanya kini jatuh di telapak tangannya. "Bagaimana bisa? Kau tahu sesuatu tentang benda ini?"

"Itulah tujuan kami kemari." Saut Arvis lalu membuat sebuah perisai di seluruh ruangan tempat mereka berada untuk berjaga-jaga.

Dengan cepat Carina menjelaskan situasinya dan menceritakan pada Jessie tentang semua yang terjadi. "Kau bersedia membantu kami kan, Jessie."

"Oh tentu saja. Jika aku menolak, Master will pasti akan mengadukannya pada kedua orangtuaku." Jawabnya dengan santai.

***

Toronto, Canada.

"Jadi orang selanjutnya berada di sini?" tanya Jessie saat mereka tiba di sebuah sudut gang yang ada di pusat kota.

"Ia bergerak!" ujar Arvis saat melihat peta. "Dilihat dari pergerakannya yang lambat, aku yakin ia berjalan kaki."

"Ayo kejar." Alvis telah menyiapkan portal yang telah terbuka.

Mereka bergegas masuk ke dalam portal tersebut dan sampai di samping sebuah toko buku.

"Itu dia!" Tunjuk Jiho ke sebuah arah, yaitu tepat merujuk ke seorang pria tinggi dengan rambut pirang yang sedang berjalan di tengah keramaian.

"Biar aku yang mengejarnya!" Alvis langsung berlari ke arah pria tersebut dengan terburu-buru.

Setelah beberapa saat Alvis berbicara padanya, laki-laki itu akhirnya mengikuti Alvis berjalan ke arah Carina dan yang lainnya yang kini menunggu tak jauh dari tempat mereka tadi berteleportasi.

"Hai, semuanya. Aku Luke Fenwalker." Sapanya ramah pada semuanya.

Mereka saling mengenalkan diri mereka satu persatu dan berbincang beberapa saat. Entah bagaimana caranya Alvis berhasil meyakinkan laki-laki itu dalam waktu singkat. Dan ia bersedia ikut dengan kami hari itu juga utuk melanjutkan perjalanan.

"Ah, aku benar-benar tak tahu batu ini memiliki kekuatan sihir yang hebat." Luke terus menatap dan meniliti setiap inci batu Amethyst yaitu perwujudan dari zodiak Aquarius. Saat ini mereka berada di lobi hotel tempat mereka menginap selama berada di Canada.

"Kenapa kau semudah itu percaya pada kami?" tanya Jessie tak habis pikir. "Bukankah sepatutnya kau tak boleh mudah percaya pada orang asing seperti kami?"

"Orang asing?" Luke tersenyum mendengar penuturan Jessie. "Tapi kita punya satu kesamaan, yaitu kita adalah seorang Holder. Bukankah itu sudah lebih dari cukup untuk percaya pada kalian? Kau tahu kan, fakta bahwa kita adalah Holder saja sebenarnya sudah terbilang tak masuk akal di dunia yang sudah serba canggih dan modern ini."

"Lalu, bagaimana dengan pekerjaanmu? Apa kau tak sedang menjalankan misi atau semacamnya?" tanya Carina iseng.

"Kebetulan aku tak sedang dalam misi. Rumahku memang berada di Canada." Jawab Luke lalu menatap Carina dengan terkejut.

"Apa? Ada sesuatu diwajahku?" Carina menyentuh pipinya dengan bingung.

"Ah bukan. Kurasa kita pernah bertemu sebelumnya."

Carina mengerutkan dahinya dengan heran seraya berpikir dan mengingat kembali kapan mereka pernah bertemu.

"Kau tak ingat? Saat itu kau berada di dalam café yang berada di California. Kita memang tak bertemu secara sengaja, saat itu kau menyadari keberadaanku di tengah keramaian, dan kita hanya saling tersenyum satu sama lain."

Carina langsung menatap Luke dengan kaget, "Ah benar! Saat itu aku sedang mengawasi Sera. Dan di kafe itulah aku kembali bertemu Arvis untuk kedua kalinya."

Arvis berdeham salah tingkah saat Carina menyebut namanya, "Ah, ya. Aku ingat café itu."

Alvis diam-diam merasa kesal dan terasingkan, karena ia tak mengetahui apa pun yang mereka bicarakan. Padahal saat itu Carina melakukan perjalanan ke California bersama dirinya.

***

9 April 2020

Semangatt yaaa tim #dirumahaja ❤

HOLDER : Elsewhere (END)Where stories live. Discover now