Bab 30 - Jiho dan Sera

Začít od začátku
                                    

"Be-begitukah? Tapi... bagaimana kalau ternyata ia tak menyukaiku? Bukankah ia tadinya menyukaimu?" Sera menatap Carina sedih.

"E-eh? Jangan libatkan aku! Itu kan hanya masa lalu. Aku yakin Jiho juga sudah tak memiliki perasaan lagi terhadapku. Kami hanya sahabat!" tegas Carina meyakinkan Sera.

***

Setelah makan malam, Alvis sebagai ketua asrama Gemini dan juga sebagai salah satu Master menceritakan semuanya pada penghuni asrama Gemini, yaitu tentang rencana mereka yang akan pergi besok untuk menemukan Magic Stones yang tersisa. Sementara seluruh Holder lainnya di harapkan untuk menjaga pulau dari serangan Oracle yang bisa kapan saja terjadi.

"Jadi kalian akan berangkat besok pagi?" tanya Ashley khawatir.

Carina mengangguk pelan, "Jangan khawatir Ashley, ada begitu banyak Holder kuat di pulau ini. Belum lagi Nirmala dan Leeva akan tinggal untuk menjaga pulau ini."

"Bukan begitu." Bantahnya cepat. "Kenapa selalu kau Carina? Tak bisakah yang lain saja yang pergi?" wajahnya semakin khawatir memikirkan semua kemungkinan yang akan terjadi pada Carina.

Carina sedikit terkejut saat mendengar jawaban Ashley, tapi kemudian ia tersenyum lembut. "Tidak bisa Ashley, karena aku selalu terlibat dalam semuanya. Ini sudah menjadi takdirku."

Sementara itu, Sera diam-diam terus melirik ke arah Jiho yang duduk tak jauh darinya. Tak sengaja tatapan mereka saling bertemu satu sama lain, tetapi mereka malah saling memalingkan wajah karena merasa malu dan canggung.

"Kalau sudah tak ada yang ingin di bicarakan lagi, sebaiknya kalian istirahat." Ucap Elena mulai bangkit dari kursinya. "Bukankah kalian punya urusan masing-masing besok?"

"Ah benar! A-aku juga harus bersiap untuk ujian besok!" ucap Sera tiba-tiba dan langsung pergi begitu saja menuju kamarnya.

"Hey, kau tak mau mengejarnya?" tanya Carina menatap Jiho.

"Ke-kenapa aku?" Jiho melotot pada Carina.

"Ah, baiklah. Kau akan menyesal jika tak mengikuti saranku." Carina memandangnya dingin, " Sera itu cantik, jangan salahkan aku jika saat kau pulang nanti ia sudah dimiliki orang lain."

"Apa maksudmu?"

"Jangan pura-pura bodoh, Jiho. Kau pasti mengerti apa maksud Carina!" sambung Ashley tiba-tiba saat mendengar percakapan mereka.

"Benar, Sera itu cantik." Puji Charlie terang-terangan, "Kalau kau memang tak menyukainya, biar aku saja. Aku juga mau dengan Sera."

"Hey!" spontan saja Jiho berteriak yang langsung membuat semua orang tertawa.

Carina bangkit dari kursinya yang langsung diikuti Alvis, "Aku duluan."

Alvis menyejajarkan langkahnya di samping Carina, "Jiho menyukai Sera?"

"Mereka saling suka." Carina melirik ke arahnya dengan kesal, "Lalu, kenapa kau mengikutiku ke kamar?"

Carina sengaja membiarkan Alvis masuk ke kamarnya, karena percuma saja walau ia enguncinya sekali pun Alvis masih bisa masuk dengan kekuatannya.

Alvis tersenyum jahil, "Untuk melanjutkan yang tadi siang?"

Deg!

Jantung Carina rasanya hampir saja berhenti, "Jangan bercanda!"

"Aku tak bercanda." Alvis mulai mendekati Carina, sehingga tanpa sadar ia terus mundur hingga kakinya membentur kasur dan ia jatuh terduduk di atas kasur

Bruk!

Alvis mendorong sedikit bahu Carina dan menindihnya di atas kasur. Sungguh! Wajah Carina sudah memerah sepenuhnya, dan jantungnya mulai berdegub kencang. Mata mereka saling berpandangan dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat. Carina bisa merasakan hembusan napas Alvis yang mengenai pipinya.

"Ja-jangan macam-macam Alvis!" peringatnya seraya mendorong tubuhnya. Tapi itu semua sia-sia. Alvis masih menatap Carina dengan senyuman khasnya.

Tiba-tiba saja Alvis tertawa kencang, "Pfffft! Hahahaha! Lihatlah wajahmu! Lucu sekali Carina."

"Oh Tuhan!" Carina menutup wajahnya malu dengan kedua tangannya, "Kau menyebalkan sekali! Dasar sialan!" umpatnya seraya mendorong tubuh Alvis agar menyingkir dari atasnya.

Alvis terguling dan terlentang di sebelah Carina, masih dengan tawa nyaringnya. "Hahaha... maaf. Aku hanya ingin menggodamu, Carina. Dan ternyata reaksimu lucu sekali."

Sret!

Alvis menarik tubuh Carina dan langsung mendekapnyadalam diam. "Aku akan tidur bersamamu malam ini."

"Tidak! Aku tak mau!" bantah Carina langsung, "Kau pasti..."

"Aku tak akan macam-macam." Potong Alvis cepat, "Sungguh, hanya tidur. Aku janji!"

Carina mendengus pasrah, tak ingin berdebat lebih lama lagi. Ia lebih memilih membelakangi Alvis untuk mencari posisi tidurnya yang nyaman seraya memejamkan matanya.

"Hey, bolehkah aku bertanya sesuatu?" Alvis mengelus lembut kepala Carina.

Carina hanya diam, tak merespon Alvis. Ia sengaja melakukannya karena ia tahu apa yang akan ditayakan oleh laki-laki itu saat membaca pikirannya beberapa saat yang lalu.

"Kalau kau membaca pikiranku, kau pasti tahu yang ingin kutanyakan." Ujarnya lagi.

Carina membalikkan tubuhnya menghadap Alvis, ia menatap Alvis dalam-dalam. "Kau melihatku malam itu?" tanya Carina memrujuk pada malam saat ia pergi ke kamar Arvis untuk menanyakan alasan laki-laki itu selama ini menolongnya.

Alvis mengangguk, "Aku tahu Arvis memiliki perasaan padamu, seperti halnya diriku."

"Kenapa kau tidak mengikutiku dan menguping saja saat itu?"

Alvis tersenyum kecil, "Karena aku percaya padamu?"

Carina kembali mengingat percakapannya dengan Arvis malam itu...

"Akhirnya kau berhenti menangis." Arvis tersenyum lega, "Jadi sekarang kita tetap teman kan?" katanya seraya mengulurkan jari kelingkingnya.

Carina mengangguk mantap. "Tentu saja!"

Arvis tersenyum sedih mendengar jawaban Carina, "Jadi, aku tak bisa menjadi lebih dari teman ya..."

Carina terdiam. Ia tak bisa menjawabnya.

"Kau tak bisa menjawabku dan hanya diam. Itu artinya benar kan?"

Carina menunduk tak enak, "Maaf..."

"Jangan meminta maaf." Arvis menggeleng, "Itu membuatku terlihat sangat menyedihkan Carina."

"Carina?" Alvis masih menunggu jawaban darinya. Lamunan Carina buyar seketika saat Alvis memanggil namanya.

"Aku menolaknya." Ucap Carina seraya memandang Alvis. "Puas?! Kau senang sekarang?!"

Senyum Alvis mengembang, ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Carina sehingga kening mereka saling bersentuhan. "Tentu saja aku senang."

***

8 April 2020

HOLDER : Elsewhere (END)Kde žijí příběhy. Začni objevovat