Episode 04

5.4K 391 26
                                    

"Sudah mau pukul dua belas malam, sebentar lagi billiar ini juga akan tutup" tegas Tio kepada manela yang sedari tadi tidak pernah fokus pada dirinya dan permainan billiar yang masih berlangsung.

Manela tidak menghiraukan ucapan Tio sama sekali. Setiap sodokan bola billiar yang dilakukan oleh Manela, tangannya terlihat gemetar serupa sedang ketakutan atau seperti orang yang belum tidur selama beberapa hari. Namun, keadaan demi kian terlihat kurang lebih lima belas menit ini, setelah empat orang pemuda masuk ke dalam lokasi dan bermain billiar pula di meja sebelah.

"manela, kamu baik-baik saja, kan?" Tio tidak mengambil gilirannya untuk menyodok bola dan memilih untuk mendekati manela. "sebenarnya ada apa?" bisik Tio saat berada tepat di sebelah Manela sembari menaruh stik billiarnya di atas meja.

"aku ceritakan nanti, ya, saat di perjalan pulang" manela mendektakan kepalanya ke telinga Tio dan setelahnya menatap mata Tio dengan tajam.

Tio merasa heran dengan keadaan yang terjadi, namun ia merasa bahwa ajakan manela untuk bermain billiar lebih kepada ingin menyelidiki sesuatu hal yang sangat penting. Setelah waktu billiar habis, ia begegas mengajak manela untuk pulang karena tak sabar mendengar penjelasan terkait masalah ini.

"Jadi, apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Tio setelah ia dan manela berada di luar lokasi billiar dan hendak berjalan ke parkiran.

"kamu tahu temanku Disa, kan? Yang fotonya sering aku unggah ke media social Bersama dua orang temanku lainnya, Lani dan Kula"

"iya aku Tahu meski belum sempat kamu kenalkan pada mereka, lantas?

"Disa saat ini sedang mengalami depresi yang bisa dikatakan parah, dan aku beserta sahabatku lainnya percaya bahwa ini ada sangkut pautnya dengan Arman kekasihnya"

Belum sempat mendapatkan penjelasan konkret dari Manela, Tio sudah disuruh bergegas untuk menyalakan kendaraan guna beranjak pulang.

"ayo dinyalakan, obrolannya kita lanjut di atas kendaraan saja" tegas Manela yang terlihat sedikit pucat dan merasa was-was"

***

Tuttttttt...tuttttt...tuttttt... Suara panggilan keluar dari ponsel Manela ketika mencoba menelpon Kula.

"ada apa gerangan kamu menelponku selarut ini?" kalimat pertama yang Kula ucapkan saat mengangkat panggilan dari Manela.

"maaf aku harus menelponmu selarut ini dan mengganggu waktu tidurmu Kula"

"iya, tidak apa-apa? Memang ada hal penting apa yang ingin kamu sampaikan?"

"aku dan Tio baru saja kelar bermain billiar di tempat yang pernah dikunjungi oleh Arman dan Disa waktu ia membatalkan nonton konser bareng kita. Sebenarnya aku sudah lama mengenal Arman jauh sebelum Disa dan Arman saling mengenal. Dan, sedikit banyaknya kedektan mereka berdua ada campur tanganku di dalamnya. Aku dan Disa dulunya sengaja merahasiakan ini semua dari kamu dan Lani. Niat awalku cuma iseng karena Arman dulunya selalu saja meminta kepadaku untuk dicarikan pasangan, dan Disa juga demikian"

"Besok kita bahas, ya. aku benar-benar sudah ngantuk. Komunikasi tanpa bertemu langsung ini kerap membuat kita salah kaprah nantinya" Jawab kula sembari sedikit menguap.

"Baik, besok sepulang kerja aku ke rumahmu, ya. Sekalian ajak Lani untuk membahas perihal ini semua"

Arman dan Manela sebenarnya sudah saling mengenal sejak lama karena Arman adalah anak dari teman karib ibunya. Arman dan Manela pun sempat satu sekolah di Bangku Taman Kanak-kanak dan sering berkomunikasi dulunya sebelum Arman berpacaran dengan Disa.

RantaiWhere stories live. Discover now