1. Ditinggal ?

257 28 6
                                    

Ini adalah tahun pertamaku duduk dibangku Sekolah Menengah Atas.
Setelah 3 tahun menggunakan rok berwarna biru, sekarang telah berubah menjadi abu-abu.
Kata orang, masa putih abu-abu itu sangat menyenangkan, banyak hal baru yang terjadi di masa-masa ini. Katanya, di masa ini kita harus pintar-pintar mencari teman.
Salah sedikit, resikonya bisa Fatal.

Sejak duduk di bangku Menengah Pertama, aku memiliki 5 sahabat. Mereka bernama Khairunnisa, Inggrid, Sela Faranisa, Banu Mahendra dan Fano Rahandhika.

Tadinya, aku bersahabat dengan Nisa, Inggrid, dan Sela saja. Tapi semuanya berubah saat Inggrid berpacaran dengan Banu, dan Banu bersahabatan dengan Fano.
Semenjak berpacaran dengan Inggrid, Banu jadi sering ikut kumpul begitupun Fano. Tak lama setelah itu, Fano menembak Sela dan mereka berdua berujung berpacaran.

Pada saat SMP, kami berenam berada dikelas yang sama, yaitu di kelas C. Untungnya pada saat SMA ini, kita semua terpisah. Aku dan Nisa berada dikelas X IPA 6, Inggrid di X IPA 4, Sela X IPA 1, sedangkan Fano dan Banu di kelas X IPS 2.

Aku menumpukan kepalaku diatas meja, merasa lelah dengan pelajaran kimia yang baru saja selesai.

"Nara, ke kantin yuk." ajak Nisa.

"Ayo" balasku bersemangat.
Sedari tadi, cacing yang di perutku sudah berteriak minta diisi.

Aku dan Nisa berjalan menuju kantin. Aku mengeluarkan dari saku bajuku  kemudian menulis pesan digrup yang sejak dulu kami buat.

GAK JELAS!

Kantin Woy.



Aku dan Nisa memasuki kantin, kemudian menghampiri penjual mie ayam.
Aku mengedarkan pandangan, mencari bangku kosong.
Tepat saat itu, aku menemukan kedua sahabatku yang sedang makan, Banu dan Fano.
Disebelah mereka juga ada Wahyu, pacar dari Nisa yang memang satu kelas dengan mereka berdua.

"Woy" ujarku mengagetkan mereka yang sedang memakan batagor.
Tanpa dipersilahkan, aku dan Nisa langsung duduk disana.

"Inggrid sama Sela mana ?" Tanya Banu padaku.

"Gak tau, masih dikelas kali. Udah gue kasih tau di grup." jawabku sambil memasukkan sambal ke dalam mangkok mie ayam.

Diantara yang lainnya, aku lah yang paling dekat dengan Banu dan juga Fano. Jika mereka berdua sedang ada masalah dengan Inggrid atau Sela, keduanya selalu cerita padaku.
Setelah itu, meminta saran agar cepat baikan.

Saat sedang asik memakan mie ayam, tiba-tiba Handphoneku berbunyi, menandakan telepon masuk.

Farhan❤️
Laki-laki yang beberapa bulan ini menjadi kekasihku.
Aku cepat-cepat mengangkat nya
"Halo." sapaku

"Pindah duduknya" perintahnya.

Aku mencari keberadaan Farhan. Dimana laki-laki itu ?
Aku menengok ke kiri, tak jauh dari tempat dudukku, aku menemukan Farhan. Laki-laki itu sedang duduk sendirian, matanya menatap tajam kearahku.

"Aku lagi makan" rengekku.

"Gak peduli. Cepet pindah sini!" ujarnya lagi

"Iya, aku kesitu." jawabku pasrah.
Aku langsung mematikan sambungannya.

Aku tau laki-laki itu pasti marah. Sebab, tiap kali aku berkumpul dengan sahabat-sahabatku, Farhan selalu menelepon dan menyuruhku untuk pergi dari situ.
Aku pernah bertanya padanya langsung, kenapa menyuruhku untuk pergi ? Jawabannya membuatku kesal. Farhan bilang, ia cemburu dengan Fano dan Banu. Hhhh yang benar saja, bagaimana bisa aku jauh dari mereka berdua. Mereka sahabat aku sejak duduk di bangku SMP, harusnya Farhan bisa mengerti itu.
Kalo pun cemburu, kenapa laki-laki itu tidak ada inisiatif untuk ikut bergabung saja, iya kan ?

Aku langsung mengangkat mangkok mie ayamku dengan cemberut.
Kesal sekali rasanya, saat sedang asik makan malah diganggu.

"Kenapa ? Gak dibolehin lagi sama si Farhan ?" tanya Fano sambil menatapku yang berdiri.

Aku mengangguk. "Gue kesana dulu ya" jawabku sambil menunjuk meja Farhan dengan dagu.
Kalo kelamaan menunggu, Farhan bisa mengamuk nanti.

"Perlu gue samperin ?" tanya Fano lagi, laki-laki itu terlihat kesal.

"Gak usah! Udah ah, gue kesana dulu."
aku langsung meninggalkan meja teman-temanku kemudian beralih ke mejanya Farhan.

Aku duduk disebelah Farhan, kemudian melanjutkan lagi makanku yang sempat tertunda.
"Kamu ganggu aku makan tau gak!" protesku sambil mengunyah Mie ayam.

"Lagian dikasih tau susah. Gue gak suka lo masih sering main sama mereka" ujar Farhan, mereka yang Farhan maksud adalah Fano dan Banu.

"Mereka sahabat aku. Harusnya kamu ngerti" ujarku kesal.
Farhan ini memang tipe cowok posesif. Sering melarang ini-itu, giliran dilarang balik, pasti marah-marah.

"Tapi gue pacar lo." jawabnya tak mau kalah.

Kalo sudah berbicara seperti itu, aku tidak bisa mengelak lagi.

Aku dan Farhan baru berpacaran sekitar dua bulan.
Pada saat Masa Orientasi Sekolah, aku satu ruangan dengan Farhan, laki-laki itu sering sekali mendekatiku. Awalnya aku sempat terganggu dengan kehadiran Farhan yang mendekatiku secara tiba-tiba.

Lama-kelamaan Farhan meluluhkan hatiku. Laki-laki itu baik sekali, Farhan sering membantuku, Farhan juga sering mengantarkanku pulang.
Tepat pada hari terakhir mos, Farhan menembakku. Tanpa pikir dua kali ajakan Farhan, aku menerimanya.

Tapi, entah mengapa akhir-akhir ini sikapnya berubah. Egois, keras kepala, dan mau menang sendiri.

"Udah ah, jangan marah-marah mulu." ujarnya sambil mengelus pipiku.

Aku menganggkat bibirku, dengan mudahnya tersenyum hanya karna diperlakukan seperti itu.
"Kamu gak makan ?" tanyaku sambil menatapnya.

"Udah."

Aku menganggukkan kepala.

"Pulang sekolah bareng gue ya"

"Aku mau ke toko buku dulu"

"Gue temenin" ujarnya sambil menyelipkan anak rambut ke
belakang telingaku.

***

Sepulang sekolah Farhan menemaniku ke toko buku, aku ingin membeli beberapa novel.
Karena novel yang dirumah sudah selesai dibaca semua, jadilah hari ini aku berniat membeli novel yang baru.

Aku berjalan terlebih dahulu, sedangkan Farhan mengikutiku dibelakang.
"Kamu baca deh sinopsisnya. Menurut kamu, seruan yang mana ?" tanyaku sambil memberikan 2 buka pada Farhan, meminta saran pada laki-laki itu.

"Lo baca sendiri aja. Gue gak ngerti yang begituan"

"Baca dulu" ujarku masih berusaha membujuknya.

"Lo aja" ujarnya mengembalikan buku yang aku beri.
"Masih lama gak ? Gue mau kumpul sama temen-temen"

"Yaudah, kamu duluan aja. Aku pulangnya naik Ojek online" ujarku dengan berat hati.
Sejujurnya, aku ingin menahan Farhan agar tetap disini, menungguku hingga selesai mencari novel.
Tapi aku tidak boleh egois, Farhan juga memiliki dunianya sendiri, tak melulu harus tentang aku.

"Yaudah."

Setelah mengatakan itu, Farhan benar-benar pergi meninggalkan ku, meninggalkanku sendirian di toko buku.

"Padahal kamu sendiri yang mau nemenin aku, tapi kamu juga yang ninggalin aku" lirihku.
"Kenapa sikap kamu berubah gak kaya waktu itu" tambahku lagi sambil memandang punggung Farhan yang menjauh.







Semoga suka dengan chapter ini😉
Kalo suka, jangan lupa klik ⭐ yaaa.
Makasih😘

𝑵𝒊𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑪𝒉𝒂𝒆.

DIANTARA KITAWhere stories live. Discover now