Par t 15

1.2K 114 3
                                    

Calla meninggalkan kerajaan. Yang terlihat dia pergi hanya berdua dengan Shellen tapi yang sebenarnya adalah dia pergi dengan 10 harimaunya. Mereka hanya tak terlihat saja. Calla tak meminta perlindungan dari harimau-harimaunya tapi Ten tigers sendiri yang ingin mengantarkan pemimpin mereka sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Ten tigers takut jika di dalam perjalanan akan ada orang-orang yang tak menyukai Calla menggunakan kesempatan ini untuk membunuh Calla.

Matahari bergerak seiring kepergian mereka. Matahari kini sudah kembali ke peraduannya. Karena ingin mengejar waktu akhirnya Calla terjebak di tengah hutan. Ia terus melanjutkan perjalanannya hingga mereka menemukan peninapan di desa yang mereka lewati.

Sebuah penginapan kecil disewa oleh Calla dan Shellen. Sementara itu Ten tigers berjaga dengan menyamar sebagai pengunjung penginapan. Ten tigers tak akan mendekati Calla dan Shellen karena tak ingin memancing tentang identitas Calla yang saat ini disamarkan sebagai seorang pengembara saja.

"Kak, air mandianmu sudah disiapkan." Shellen memanggil Calla dengan sebutan kakak, hal yang sudah biasa terjadi ketika mereka tak berada di luar istana.

"Ya, Shellen." Calla segera turun dari tempat duduknya.

Setelah selesai mandi, Calla melangkah duduk kembali ke kursi yang tadi dia tinggalkan sejenak. Makan malamnya telah tersedia.

Calla tersenyum tipis, "Shellen, kemarilah." Calla meminta pelayan utamanya yang sedang membereskan pakaian Calla untuk mendekat.

"Ya, Kak."

"Dari mana kau dapatkan makanan ini, Shellen?"

"Aku mendapatkannya dari dapur penginapan, Kak. Apakah ada yang salah dengan makanannya?" Shellen melihat ke makanan yang ada di meja makan.

Calla meletakan piring makan itu ke lantai, "Kau tidak mencium bau racun di makanan ini?"

"Tidak, Kak."

"Biarkan saja makanan ini disini. Racun yang digunakan membunuh secara perlahan. Sepertinya ada seseorang yang sudah menggunakan kesempatan untuk membunuhku." Calla tersenyum memikirkan betapa bodohnya orang yang ingin membunuhnya. Calla hafal hampir seluruh jenis racun. Orangtuanya adalah orang-orang yang berkutat dengan ramuan dan racun. Tidak, orangtuanya tidak menciptakan racun tapi menciptakan ramuan penawar racun.

"Aku akan mengambilkan makanan yang baru untukmu, Kak."

"Tidak perlu, Shellen. Biarkan mereka mengira aku kita memakan makanan itu."

"Itu artinya, Kakak akan menahan lapar hingga fajar tiba?"

"Aku pernah tidak makan berhari-hari saat aku kecil dan aku tidak mati." Calla beranjak dari tempat duduknya. Melangkah menuju ke ranjang dan membaringkan tubuhnya. Di sebelah ranjangnya terdapat sebilah pedang bentuk dari penjagaannya.

"Tidurlah, Shellen. Besok akan menjadi perjalanan yang panjang untuk kita lagi." Calla memejamkan matanya.

Shellen melangkah menuju ke ranjang. Tak ada batasan baginya selama diperjalanan. Dia akan tidur satu ranjang dengan Calla.

Tidur Calla cukup lelap. Namun matanya berkedut ketika suara langkah kaki pelan terdengar di telinganya. Ketika pedang hendak melibas lehernya, Calla sudah menangkisnya dengan cepat. Pedangnya sudah menahan pedang pria yang hanya bisa dilihat matanya saja.

Kaki jenjang Calla menerjang keras pria itu hingga mundur beberapa langkah. Dari kuda-kudanya, Calla bisa memastikan jika lawannya memiliki ilmu beladiri cukup kuat. Well, ini adalah percobaan kedua pembunuhannya untuk hari ini.

"Tetap di atas ranjang, Shellen." Calla memperingati Shellen. Ia turun dari ranjangnya dengan cepat. Barapa orang dengan pakaian hitam lainnya masuk menerobos jendela kamar penginapan Calla.

Eternal Love (Repost)Where stories live. Discover now