1

2.7K 122 3
                                    

Desa Anthyme, 10 tahun lalu.

"Calla, ayo cepat nak. Kita harus pergi." Ibu Calla memanggil putrinya yang saat ini tengah mengemas barangnya. Gadis kecil berusia11 tahun itu bergerak cepat karena suara khawatir ibunya.

Calla sudah selesai mengemas barangnya yang sedikit, "Bu, dimana ayah?" Calla tak melihat ayahnya.

"Ayah menunggu kita di dermaga. Ayo, cepat sebelum para prajurit istana menangkap kita." Ibu menggenggam tangan Calla sementara di tangan lainnya sang Ibu menggenggam tangan adik perempuan Calla yang berusia 8 tahun.

Calla menyesuaikan langkah kakinya dan juga langkah ibunya. Mereka melangkah menuju ke dermaga, tempat biasa Calla bermain dengan adik kesayangannya.

"Ah, ibu." Adik kecil Calla terjatuh.

"Amber, ayo bangun." Calla segera membantu adik kecilnya untuk bangun.

Dermaga nampak ramai hari ini, Calla tak tahu pastinya kenapa tempat bermainnya jadi ramai seperti ini tapi yang sedikit ia tahu adalah bahwa desanya akan dihancurkan karena orang-orang yang tak mampu membayar pajak hasil pertanian.

"Ayah," Calla memanggil ayahnya yang terlihat sangat resah.

Sang ayah segera mendekat ke Calla, ibu dan adiknya. "Ayo, cepat naik ke kapal." Ayah Calla bersuara cepat.

"Ya, Ayah." Calla menjawab patuh. Antrian masuk ke kapal membuat Calla dan keluarganya menunggu bersama dengan keluarga lain.

Suara hentakan kuda membuat orang-orang yang ada di dermaga menjadi ketakutan. Puluhan panah api melesat ke arah mereka.

"AYAH!!" Calla berteriak saat melihat ayahnya terpanah.

"Tidak! TIDAK, AYAH!!" Calla memegangi ayahnya yang tewas dengan 3 anak panah tepat bersarang di jantungnya.

"Ibu, hiks, Ibu," tanisan Amber membuat Calla melihat ke ibunya yang juga sudah terpanah.

"Ibu, ibu, tidak, ibu, aku mohon, ibu." Calla menangis terisak. Ia memegangi dada ibunya yang telah terpana.

"Calla, bawa adikmu pergi dari sini. Kalian berdua harus selamat. Pergilah." Ibu Calla memintanya untuk pergi dengan sang adik.

"Aku tidak akan meninggalkan Ibu." Calla tak beranjak.

"Calla, pergilah. Pergilah sayang. Jangan berakhir seperti ini." Ibu Calla mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Kakak, hiks," Amber menangis.

Calla menggenggam tangan adiknya. "Jangan menangis, Amber. Ayo, ayo kita pergi." Calla mengajak adiknya untuk pergi.

Kaki kecilnya dan adiknya berlari sebelum para prajurit sampai ke tepi dermaga. Calla dan adiknya sampai ke sebuah pasar. Di tengah keramaian orang tak akan mungkin prajurit istana bisa menangkap mereka.

"Kakak, aku haus." Amber bersuara lelah.

"Tunggu disini. Kakak akan membelikan minuman,"

Keadaan pasar menjadi kacau saat prajurit istana datang kesana. Para pengunjung pasar yang takut dengan prajurit istana segera menyingkir. Dan saat itu juga Calla kehilangan Amber.

"A-amber," Calla menjatuhkan wadah air minum yang ia pegang. Calla melihat prajurit yang mendekat, ia segera bersembunyi dengan air mata yang berjatuhan. Apakah adiknya sudah ditangkap oleh orang-orang istana?

Eternal Love (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang