"hey kau! apa aku bilang soal jangan masuk ke ruangan ini?!" ujar pria yang menjual rumah ini pada Encik Park.

Encik Park duduk di kursi berhadapan pria tua itu. "Kau gunakan ruang ini untuk apa? seperti nya untuk- membunuh ya? bau anyir darah kuat."

"aku tau kau psycho. kau mau bekerja untuk ku?" ujar pria tua itu pada Encik Park.

"bekerja apa? membunuh orang dan kau membayar ku?"

"ya."

"Ck. buang masa ku saja. kau, pernah merasakan tusukan di perut nggak?" ujar Encik Park membuat pria tua itu mengernyit dan menggeleng.

"memangnya kenapa?" tanya pria tua itu.

"kau bisa merasakannya sekarang! sialan!" ucap Encik Park lalu menusuk perut pria tua itu banyak kali sehingga pria tua itu mati.

"bodoh."

Encik Park meneliti ruangan ini. Wah, benar benar menarik - dengan pelbagai alatan membunuh. Dia menyeringai, "ruangan ini, milikku."

Beberapa minggu berlalu dan Encik Park masih butuh uang untuk aktiviti judinya. Dua tiga hari ini dia sayup sayup mendengar suara yang aneh, seperti menyuruhnya membunuh ahli keluarganya.

"bunuh isterimu."

Encik Park ini bisa dikatakan bodoh juga, kerana setiap apa yang dia dengar, dia akan lakukan. Dia membunuh isterinya dan menanam mayat isterinya di ruangan bawah tanah di ruangan misteri itu.

"bunuh anakmu yang pertama."

Encik Park mencari keberadaan anak pertamanya, Rijiin. Dia sayup sayup mendengar nyanyian di luar rumah. Dia mengintai di jendela, melihat Rijiin sedang mengikat tali di dahan pokok, seperti mau membuat sebuah buaian.

Encik Park keluar dan menuju ke arah Rijiin. Dia menyorokkan pisau di dalam saku jaketnya.

"Jiin, boleh appa pinjam talinya sebentar? appa mau tunjukkan padamu sebuah helah."

Rijiin mengangguk dan memberikan tali itu pada appanya. Encik Park menyeringai setelah siap mengikat tali itu seperti tali gantung.

Encik Park menutup mata Rijiin menggunakan kain. Lalu membawa Rijiin naik ke atas kotak dan dengan pelan dia memasukkan kepala Rijiin di dalam bulatan di tali itu.

"appa, helah apa ini? mengapa mataku di- ekh e-ek a-appa-" Rijiin mulai kacau di tali tersebut apabila Encik Park menendang kotak yang menjadi tempat pijak Rijiin.

"selamat mati, sayang appa."

Rijiin mati, digantung, oleh appanya sendiri. Ke syurga ya kamu nak :)

"giliran anak keduamu bang."

Encik Park mencari kelibat anak keduanya, Hyuna. Dia memasuki rumahnya dan mencari Hyuna. Kemudia dia sayup sayup mendengar suara-

"anak keduamu di kamarnya. kerat badannya lalu tanam."

Encik Park berlari naik ke atas. Mau membuka pintu kamar Hyuna tetapi berkunci.

"Hyuna sayang, buka pintunya sebentar untuk appa ya nak?"

"bentar pa." Hyuna membuka pintunya dan-

ctak!

"a-appa—- apa yang- appa lakukan—"

Encik Park menusuk perut Hyuna sehingga dia mati. Kemudian mengerat badannya di situ juga.

Isterinya dia bunuh. Anak anaknya dia bunuh. Apa ia senang sekarang?

"sekarang apa si tua sialan?" tanya Encik Park kepada roh pria tua yang ia bunuh beberapa minggu lepas.

"giliranmu."

ctak! ctak!

Dua parang sekaligus menusuk ke perut dan dada Encik Park, tentu saja olah dari pria tua itu.

Encik Park mati di situ juga.

"hahaha. balasan untuk orang tamak seperti kau yang suka suka membunuhku! marilah ke neraka bersama, Park Minjae."

•••

"mwo?! jadi yang membunuh kalian adalah.."

"iya, appa kami sendiri, yang kaki judi, psycho ergh." ucap Hyuna selepas bercerita panjang lebar.

"l-lalu sosok jahat itu adalah-"

"pria tua tak guna itu, Shin Jaeyeon."

"dia masih punya dendam terhadap kalian? apa di pokok yang Rijiin digantung itu berhantu? apa di kamar Hyuna dikerat itu berhantu? apa ruang tamu di mana appa kalian dibunuh itu berhantu? apa- ruangan ini berhantu?" Jimin ini yaelah.

"sepertinya iya. lagi lagi ruangan ini. Kita sedang berpijak di atas ratusan mayat, termasuk mayat kami dan orang tua kami."

"termasuk pria sialan itu juga kan?"

"iya."

"baiklah, aku akan menolong kalian."















tbc.














astaghfirullah- lagi lagi nya part ini sedikit pusing iya kan? gapapa lah, minta vote aja bole nggak? :) makasih votenya!💘

jiinlina chimlalla_

[C] psycho 'pjm+bts'Where stories live. Discover now