Love In Hospital - 9

Start from the beginning
                                    

“Tunggu....”aku menghentikan langkahku ketika tanganku sudah berada di gagang pintu. “Apa bayi yang Alana kandung adalah darah dagingku?”tanya Rendi lagi. Tubuhku menegang sesaat,tapi itu tidak berlangsung lama.

“Bukan! dia adalah putraku “Jawabku tegas tanpa membalik tubuh. “Dan kalaupun misalnya dia hadir karena sperma kamu, kamu tetap bukan ayahnya Ren. Karena kamu sudah kehilangan hak untuk mengakuinya sebagai anak sejak kamu menyuruh Alana menggugurkan kandungannya. Jadi jangan pernah berfikir bahwa putraku adalah anakmu”Ucapku dingin dan langsung pergi meninggalkan ruangan itu. Tujuan ku sekarang adalah ruang perawatan Alana.

🥀🥀🥀

“Sayang... Apa mimpimu begitu indah? Sampai kamu belum mau membuka matamu?”tanyaku lirih pada Alana yang masih setia memejamkan matanya. Ini sudah satu minggu sejak dia melahirkan, tapi kondisi Alana belum mengalami perubahan.

“Jangan begini Al, jangan siksa aku dengan rasa khawatir setiap hari. Bangunlah sayang aku dan anak kita membutuhkan mu”ucapku sambil menciumi tangannya. Air mataku meleleh tanpa kusadari. Aku tak pernah membayangkan akan mengalami hal yang sering pasien ku rasakan. Mungkin yang melihatku menangis akan menganggap aku lemah, tapi memang kenyataannya aku lemah bila Alana tidak ada. Waktu yang kami lalui bersama memang baru sebentar tapi kehadirannya sangat berarti dihidupku. Wanita yang tengah berbaring lemah ini telah mengambil seluruh hatiku dalam waktu singkat.

Harus aku akui Aku sudah benar-benar mencintai mu Alana.

“Sayang anak kita belum aku kasih nama, aku ingin kamu yang tahu pertama kali nama anak kita. Bangun Alana.... Tolong bangun....”ucapku lirih. Aku meletakkan kepalaku diatas tangan Alana yang aku genggam sambil menumpahkan tangisku.

Entah berapa lama aku menangis, tapi air mataku seakan tidak mau berhenti mengalir. Aku menghentikan tangisku ketika merasakan tangan yang aku genggam bergerak. Otomatis membuat kepala ku terangkat melihat wajah Alana. Disana Alana mencoba membuka matanya perlahan.

“Sayang kamu bangun”ucapku sambil berdiri dan menekan tombol diatas ranjang Alana agar Vena segera kesini.

Alana tidak merespon panggilan ku, mungkin dia masih menyesuaikan indra nya dengan situasi sekarang.
Tidak sampai 10 menit Vena datang dengan asistennya. “Minggir dulu gas, biar aku periksa istri kamu”aku menurut ketika Vena memerintah ku.

Seharusnya dengan profesiku yang dokter kandungan seperti Vena aku juga bisa memeriksa kondisi Alana saat ini. Tapi melihat kondisi Alana yang drop pikiranku jadi kosong dan mendadadak menjadi orang bodoh. Aku merasa semua ilmu yang aku pelajari mendadak hilang, ketika yang jadi pasien adalah orang yang aku sayangi. Aku membiarkan Vena melakukan tugasnya memeriksa keadaan Alana.

“Alhamdulilah Gas, Alana sudah bisa melewati masa kritisnya. Untuk sementara sampai kondisinya benar-benar stabil Alana akan tetap dirawat disini, nanti setelah kondisinya stabil baru kita pindahkan ke ruang rawat biasa”ucap Vena sambil tersenyum.

“Terima kasih Ven, kamu sudah menyelamatkan istriku”ucapku sambil menitikkan air mata. Kalau bukan dikondisi seperti ini aku pasti akan malu bila menangis di hadapan Vena, tapi hari ini pengecualian karena aku benar-benar merasa bahagia. Penantianku telah berakhir, karena wanita yang aku cintai telah bangun dari tidur panjangnya.

“Aku cuma perantara Gas, terimakasih lah sama Tuhan. Ck baru tahu aku cowok macho kayak kamu bisa nangis bombay juga”ucap Vena sambil bercanda. “Aku keluar dulu, kalau ada apa-apa kamu bisa langsung telfon aku ya. Soalnya aku mau keruangan Kevin. Sekali lagi selamat sudah jadi Ayah ya sahabat”aku hanya mengangguk tanpa menanggapi ucapan Vena, karena mataku sejak tadi fokus pada Alana.

LOVE IN HOSPITAL (END)Where stories live. Discover now