Love In Hospital - 4

8.7K 650 20
                                    

Yuuuhuuuu Bagas balik lagi

Jangan lupa follow dulu dan ramaikan lapak ini 😉

Selamat Membaca
🥀🥀🥀

Setelah makan malam Ayah membawaku dan Alana ke ruang keluarga, agar pembicaraan kami tidak terganggu.

“Sekarang kamu mau bicara apa Gas?”tanya ayah to the point.

“Bagas mau ayah dan bunda segera melamar Alana, dan Bagas ingin pernikahannya paling lambat diadakan satu bulan dari sekarang”pintaku tegas. Ayah dan bunda saling pandang.

“Kenapa buru-buru le?”tanya bunda bingung.

“Gas jangan bilang kamu....”Kata-kata ayah terhenti. Orang tuaku menatapku tajam sambil menunggu jawabanku. Aku menghela nafas panjang.

“Alana hamil anak Bagas”

“Astaghfirullah le...kenapa mesti di DP dulu sih Gas? ”pekik bunda ku heboh.

“Masalahnya kalau tidak di DP dulu Alana belum tentu mau nikah sama Bagas bun, maafin Bagas yah bun. Tapi Bagas mesti tanggung jawab, jadi Bagas mohon bantu Bagas untuk menikahi Alana”pintaku pada kedua orang tuaku. Sementara Alana hanya diam disampingku sambil menunduk. Ayah menghela nafas berat.

“Kamu memang mesti tanggung jawab, sudah berapa bulan?”tanya ayah tegas.

“Baru 4 minggu Yah”

“Baik, Alana bisa bilang orang tua kamu kalau kami lusa mau berkunjung?”tanya ayah pada Alana. Alana mengangkat kepalanya melihat Ayah.

“Bi-Bisa pak” alana menjawab terbata, mungkin dia gugup juga.

Aku menceritakan kepada orang tuaku keluarga Alana dan dimana Alana tinggal. Orang tuaku tidak mempermasalahkan latar belakang keluarga Alana. Justru bunda salut dengan kegigihan Alana mendapat beasiswa demi mengejar mimpinya.

“Maafin anak bunda ya nduk, sudah merusak masa depan kamu. Tapi bunda jamin dia akan tanggung jawab sama kamu dan anak kalian”ucap bunda sambil menegang tangan Alana, sedangkan Alana menatap bunda sambil menangis.

“Terima kasih bu, sudah mau menerima saya”ucapnya sambil terisak.

“Bunda. Mulai sekarang kamu harus panggil kami ayah dan bunda. Bunda sudah lama pengen punya anak perempuan, tapi baru kesampaian sekarang”

“Iya bunda”bunda langsung memeluk Alana yang menangis terisak.

🥀🥀🥀

“Dok kenapa kita kesini?”tanya Alana bingung. Setelah dari rumah orang tuaku Aku memang tidak langsung mengantarnya pulang, karena masih ada yang  mesti kami bicarakan. Aku memang mengajaknya ke bukit bintang, itu nama pemberian orang -orang yang pernah kesini, karena di sini kita bisa melihat indahnya kota pada malam hari. Aku melirik nya sebal.

“Kenapa panggil dokter lagi, kita bukan sedang di rumah sakit Alana”Dia meringis dan mengucapkan kata maaf.

“Saya rasa tempat ini cocok untuk kita bicara Alana, kamu masih hutang penjelasan sama saya”kata ku sambil mengubah posisi duduk ku miring agar bisa leluasa melihat wajahnya.

“Saya bingung mas mau mulai dari mana?”Dia terlihat gelisah.

“Bagaimana ceritanya kamu bisa hamil?maksud saya apa yang menghamili kamu pacar kamu” mulai ku untuk mengorek informasi darinya. Alana hanya menggeleng.

“Lalu?apa kamu diperkosa?”tanyaku  bingung. Alana hanya diam.

“Jadi benar kamu diperkosa?”tanya ku dengan nada naik satu oktaf. Alana memandangku dengan mata berkaca-kaca.

“Malam itu saya baru pulang dari rumah sakit karena dapat bagian jaga siang, didepan kost saya melihat dia yang kelihatannya sedang mabuk dan banyak fikiran. Ketika melihat saya dia mengajak saya untuk bicara didalam mobil, saya menurut karena saya merasa ada yang mendesak dibicarakan diantara kami. Tapi dia malah membawa saya ketempat sepi dan memaksa saya untuk melayaninya.”jelasnya sambil menangis. Aku reflek merengkuh tubuh rapuh Alana yang bergetar karena menangis.

“Berarti laki-laki itu orang yang kamu kenal?”tanyaku lembut. Alana mengangguk.

“Saya punya hutang dengan dia mas”liriknya di dalam pelukanku. Aku meregangkan pelukan kami agar bisa melihat wajahnya.

“Hutang?”tanyaku sambil memicingkan mata.

“2 tahun yang lalu karena terpaksa butuh uang untuk operasi ibu, saya menjual diri mas.”aku melotot kaget.

“Berarti kalian...”aku tidak bisa melanjutkan kalimatku

“Dia memang meminta saya untuk melayaninya, tapi hal itu tidak terjadi karena pacarnya memergoki kami. Saya sangat bersyukur waktu itu. Sejak kejadian itu dia pergi, bahkan utang saya pun dianggap lunas. Maka dari itu saya pikir dia orang yang baik, jadi saya tidak menaruh curiga terhadapnya”ucapan Alana sambil menangis. Aku mengelus punggungnya lembut.

“Siapa?”tanyaku lirih.

“Dokter Rendi”lirih Alana. Aku melotot sempurna memandang Alana.

“Rendi Hadijaya?”tanyaku tidak yakin. Dan anggukan Alana membuatku mengerti kenapa Vena tidak suka dengan Alana. Aku menghela nafas panjang.

“Kalau dokter mau membatalkan rencana lamarannya saya tidak apa-apa”ucapnya tersendat-sendat karena tangis.

“Kamu mau saya dihajar ayah saya? Setelah mengaku menghamili kamu terus nggak mau tanggung jawab?”tanyaku untuk mencair kan suasana.

“bukan begitu...”lirihnya

“Aku akan tetap menikahi kamu Alana. Apakah Rendi tahu kalau kamu hamil?”tanyaku tidak yakin. Alana menggeleng lemah.

“Kamu nggak cerita sama Rendi?”tanyaku bingung

“Saya takut. 2 hari setelah kejadian itu dia datang lagi menemui saya. Dia bilang kalau dia khilaf, dan memberikan saya uang untuk digunakan menggugurkan kandungan saya kalau saya hamil. Saya tidak mau menerima uang itu mas. Awalnya saya memang nggak bisa terima bayi ini, tapi semakin kesini saya sayang sama bayi yang saya kandung.”Aku menghela nafas panjang, kenapa aku terseret dalam kasus ini.

“Jangan beri tahu siapa pun kalau anak ini darah dagingnya, biarkan dia tahu kalau ini adalah anak saya. Kamu sudah pernah periksa?”Alana hanya menggeleng sebagai jawaban.

“Besuk jam makan siang kamu datang ke ruang poli, saya akan periksa kamu”ucapku tegas. Dia juga hanya menggangguk patuh.

“Satu lagi, selama ini kamu belum jelasin apapun sama Vena?”tanyaku hati-hati. Alana memandangku lama.

“Saya takut mas”lirihnya.

“Takut?takut apa? ”tanyaku sambil memicingkan mata.

“Saya takut dokter Vena marah di depan orang banyak, malam itu dia memandang saya jijik.”Aku menghela nafas panjang, aku menatap wajahnya lekat dan menghapus air matanya dengan jariku.

“Kalau dulu wajar jika Vena marah, karena kamu berhubungan dengan kekasihnya. Tapi Vena bukan orang pendendam, apalagi itu sudah lama. Kamu harusnya jelaskan sama dia yang sebenarnya, biar Vena tahu dan tidak memandang kamu sebelah mata. Mau ketemu dan bicara dengan Vena? Tenang aja nanti aku temani, lagi pula Vena itu sahabat aku. Jika kamu jadi istriku kamu akan sering berinteraksi sama dia” Ucapku lembut.

“saya mau, asal mas temani”

“Siap “ucapku semangat.

“Mas dekat sekali dengan dokter Vena?”tanya nya hati-hati. Aku menganggukkan kepala cepat.

“Kami berteman sejak sama -sama mengambil pendidikan dokter, tapi kamu tenang saja saya dan Vena murni bersahabat jadi kamu tidak perlu cemburu”ucapku  dengan nada menggoda.

“eh... Siapa yang cemburu?”ucapku gugup. Aku hanya tertawa melihat tingkahnya.

“Cemburu juga ngak apa-apa Al, ya sudah saya antar kamu pulang. Kamu harus banyak istirahat”ucapku lantas menghidupkan mesin mobil dan meninggalkan tempat itu. Walaupun mengetahui yang sebenarnya tentang gadis ini, entah mengapa tidak ada keinginan dalam diriku untuk mundur dari pernikahan ini. Aku justru semakin ingin melindungi wanita ini.

TBC

Terima kasih bagi semua yang sudah baca, jangan lupa tinggalkan jejak guys 😉😉😉

9 Maret 2020

LOVE IN HOSPITAL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang