Saya sembunyikan hati di kepalan tangan
Mulut saya biarlah pintu yang terkunci
Emosi terbendung karena tak tahu ke mana dia akan atau harus meluap
Lain halnya dengan air mata yang merdeka memilih alasan
Terkadang manusia juga hanya pandai menamai apa yang dia rasa
Lupa bahwa syukur dan pasrah sulit dibedakan
Dengan angkuh mengatakan mampu membaca
Merasa pantas menulis di lembaran yang bukan haknya
Sedangkan topeng kayu rapuh mengatakan;
Saya terus menulis sequel yang saya tak pernah ada di dalamnya
Roh mengatakan dia bukan saya
Raga mengatakan diri untuk mereka
Teriakan saya hanya bisikan
Air mata tak kan menyentuh siapapun
Saya merasa bungkam adil untuk saya
Terkadang manusia tak mempunyai alasan menuntut bukti
Kita membuang waktu untuk validasi percuma
Yogyakarta, 16 Maret 2020