09. Bianglala

1.7K 219 41
                                    

*siap menemani waktu indonesia bagian insomnia


Keringat mengalir di dahi dan leher Azizi, sudah setengah jam dia berdiri di pinggir jalan untuk menyetop angkutan umum ke kota. Dia tak sendiri, seorang perempuan tengah duduk manis dan meminum es teh di tengah terik. Gadis yang tengah libur dari tugas kerjanya itu akan ikut serta dengan Azizi, namun enggan jika harus berpanas-panasan.

"Ji, masih lama nggak?" keluhnya karena es teh nya telah tandas.

"Lima menit lagi pasti ada Kak Lala, ini udah harus masuk jam-jamnya lewat sih."

Lala menghela nafas malas. Dia agak menyesal juga sih mengiyakan ajakan Azizi untuk jalan-jalan. Tidak apa kalau Azizi modal kendaraan pribadi seperti Badrun atau Jinan dengan motornya, ini malah menunggu angkutan umum yang tak pasti kapan tibanya.

"Kak Lala! Ayo!" Azizi menghampiri Lala lalu menggandeng tangannya segera masuk ke angkutan yang isinya sudah penuh sesak.

"Kak Lala duduk aja." Satu kursi tersisa di dekat pintu tentu saja untuk Lala. Tanpa keberatan, Lala acuh tak acuh duduk di tempat yang sudah ditawari Azizi. Padahal sedari tadi Azizi sudah berdiri mencari angkutan, sedangkan Lala hanya duduk di teras toko yang tutup di akhir pekan.

Perjalanan cukup memakan waktu lama, sekitar empat puluh lima menit. Di jalan ada tawuran siswa SMK, makanya menghambat angkutan yang harus memutar jalan. Syukurnya, Azizi bisa menekuk kakinya ketika seorang bapak-bapak berkopiah turun di persimpangan. Tanpa disangka ternyata Lala masih memiliki setitik kepedulian dengan menawarkan sebotol air mineral pada Azizi. Melihat tangan lembut itu memberikan botol air dan tisu mematahkan mitos jika Lala sedingin air samudra. Eh, air samudra tuh dinginnya kaya apa? Azizi tidak tahu.

"Kita mau kemana sih Ji?"

Kini keduanya sudah turun dari angkutan yang menyisakan separuh penumpang. Azizi mengambil kesempatan dengan menggandeng Lala, alasannya sih supaya Lala tidak digandeng om-om berkumis yang berkeliaran di terminal.

"Pertama kita mau nonton. Ingat kan janjiku waktu ngajakin Kak Lala nonton film Mas Kinal? Aku janji buat ngajakin Kak Lala nonton di bioskop. Terus kedua, ketiga dan keempat nanti kukasih tahu setelah nonton."

Lala hanya memutar bola matanya malas ketika Azizi sok membuatnya penasaran, tapi kalau Lala boleh jujur ya memang penasaran sih. Setidaknya Lala berpikir supaya tidak sia-sia upayanya merelakan seharian rebahan dalam kasur kecil bersprei pink polos itu.

Jika kamu tahu, Azizi sudah mengumpulkan uang jajannya selama sebulan demi menyiapkan hari ini. Dia sadar diri, seorang anak SMA belum berpenghasilan nekat mengajak petugas puskesmas kencan haruslah dipikirkan matang. Tunggu, kencan? Kata Chika yang mempunyai ide ini sih namanya kencan.

Tapi paling menyedihkan dalam rantai ini bukanlah Azizi. Dia hanya menghemat uang jajannya yang tidak terpakai. Karena seorang perempuan yang tengah belajar memasak itu menjadi koki pribadinya untuk sebulan penuh. Fiony tentu saja merasa bahagia, Azizi selalu menunggu bahkan tak jarang memuji serta meminta menu lainnya. Jangan buat Fiony sedih jika tahu Azizi sedang hemat pangkal kaya untuk mengajak seseorang kencan. Dia pasti akan merasa pedih, bahkan melebihi usahanya menahan tangis saat mengiris bawang.

Keduanya sudah memesan dua buah tiket dan satu porsi popcorn. Film yang terlalu menarik untuk Lala, sebab dia seorang pecinta horror. Tapi tidak terlalu membuat Azizi bersemangat, sebab di jam yang sama tayang sebuah film animasi favoritnya. Kontras usia mungkin bisa terlihat ya, walaupun banyak orang dewasa menyukai animasi. Walaupun begitu, Azizi menyadari segala dari segala favoritnya: wajah berbinar Lala. Azizi bucin sedari dia mengikat sepatu dari rumah. Azizi sudah tertawan sejak dia melihat Lala yang memakai riasan tipis muncul di ambang pintu. Jika begini, rasanya berdesakan di angkutan umum, merelakan uang jajannya tidak ada artinya demi melihat binar kebahagiaan di wajah Lala.

Anak Kemarin SoreWhere stories live. Discover now