“aku gak cukup paham detailnya, kak, wooyoung cuma cerita segitu.”

seonghwa menghela napas lelah sementara beomgyu mendengus kasar setelah mendengar apa yang baru saja yeonjun ceritakan.

“aku kira kak san nyebelinnya cuma ke kak jongho sama aku doang,” cibir beomgyu dengan pelan.

“beomgyu, yeonjun, titip wooyoung sebentar mau gak?”

seonghwa menatap wajah adik-adik tingkatnya itu secara bergantian, kemudian dibalas anggukan oleh mereka berdua.

“sini, kak wooyoung sama aku aja. udah.. kak wooyoung jangan nangis lagi, jelek tau. kita jajan, yuk?”

seonghwa tersenyum tipis melihat bagaimana beomgyu dengan lugunya menarik wooyoung dari pelukannya untuk dipeluk tubuh kecilnya, mengucapkan kata-kata yang menggemaskan untuk si lelaki jung yang masih menangis.

“jagain adek aku, ya, jun.”

setelah dibalas anggukan oleh yeonjun, seonghwa beranjak pergi menuju pintu keluar.

tepat ketika seonghwa membuka pintu, sosok san ditemukannya berdiri di depan, menunduk dengan raut yang lesu. seonghwa berdecak sebal.

“buka pintu apart lo.”

san menurut, berjalan menuju pintu apartemennya yang terletak di depan apartemen sang kekasih, menekan beberapa digit angka untuk membuka pintunya.

seonghwa melesat masuk terlebih dahulu, disusul san yang ikut masuk setelah menutup pintu.

“kak, wooyoung gimana?” tanya san, menyusul seonghwa untuk duduk di sofa ruang tengah apartemennya.

“ya nangis lah, pake nanya lo!”

san menunduk sambil menghembuskan napas penuh rasa penyesalan.

“choi san, liat gue.”

tak ingin membantah titahan sang kakak tingkatnya itu, san mengangkat kepalanya untuk menatap seonghwa yang kini menyorotnya dengan tatapan tajam.

“wooyoung gak bisa dibentak, dia juga gak suka dibanding-bandingin, dan lo baru aja ngelakuin dua hal itu.”

“sorry, kak. gue salah, gue kelepasan.”

seonghwa menyandarkan punggungnya pada kepala sofa.

“gue tau, kok, san, lo emang sering nerima apapun yang fans lo lakuin, sekalipun itu foto sambil dempetan atau peluk-peluk. gue gak pernah masalah sama semua itu.”

si lelaki park bersedekap dada sambil melembutkan rautnya.

“tapi jadi masalah kalo lo punya pacar, san. lo udah gak bisa biasain itu, ada hati yang perlu lo jaga,” ucap seonghwa dengan nada yang lebih bersahabat.

“oke lah, dulu jisu biasa aja liat lo gitu. tapi gak semua reaksi orang itu sama, san. jisu ya jisu, wooyoung ya wooyoung. gak bisa lo pukul rata, gak bisa lo banding-bandingin―”

seonghwa menjeda ucapannya, semakin melembutkan wajahnya ketika san kembali menunduk dengan raut wajah penuh rasa penyesalan.

“walau sebenernya mau itu reaksi wooyoung ataupun jisu, lo tetep harus jaga perasaan pacar lo, san. emang gak semua hal harus dicemburuin, tapi gak semua hal juga bisa lo wajarin,” tutur seonghwa.

“dan yang tadi konteksnya udah gak wajar. jadi gak heran kalo wooyoung marah, gak heran kalo wooyoung cemburu.”

dalam hati san meruntuki semua hal yang dia lakukan pada wooyoung tadi.

seharusnya san dapat mengontrol emosinya, seharusnya san tak mengucapkan kata-kata yang menyinggung dan tak menyenangkan untuk kekasihnya itu.

seharusnya san sadar bahwa kini dia sedang menjaga hati seseorang.

seonghwa menghembuskan napasnya, “maafin wooyoung, lo marah banget kayaknya denger dia ngomongin hal yang gak mengenakkan tentang mendiang jisu―”

“engga, gue yang salah, kak. harusnya dari awal gue gak bawa-bawa nama jisu. gue ngerasa bersalah banget sama mereka berdua.”

ya, san yang salah, dia akui itu dengan sangat sadar.

ucapan demi ucapan yang seonghwa lontarkan menamparnya, ditampar oleh rasa bersalah yang menggebu.

“wooyoung sama siapa, kak?” tanya san.

“ada beomgyu sama yeonjun yang jagain sebentar,” balas seonghwa.

“wooyoung pasti marah banget sama gue,” gumam san.

seonghwa melirik san, “ya pasti, nangisnya aja gak kelar-kelar,” sindirnya.

“terus gimana, kak? gue samperin sekarang apa masih mau dia liat gue?” tanya san.

seonghwa menggeleng, “jangan sekarang, biarin aja dulu beomgyu sama yeonjun hibur dia. nanti aja, emosinya lagi gak bener.”

“abis ini lo mau nyamperin wooyoung lagi, kak?”

yang lebih tua membalas dengan anggukkan dan dehaman.

“abis ini gue mau ngajak dia sekalian beomgyu sama yeonjun buat makan,” kata seonghwa.

“kak, kalo dia minta makanan pedes, jangan dikasih dulu, kalo dia minta es, jangan kebanyakan es batunya. suruh makan buah-buahan, hari ini dia belum makan makanan yang sehat.”

selang beberapa detik setelah san melontarkan ucapannya, seonghwa mengulas senyum tipisnya untuk sang adik tingkat.

ya, san tetaplah san, yang tak banyak mengerti dan paham tentang salah benar dalam berhubungan tapi tetap memperhatikan kekasihnya walau dalam keadaan seperti ini.

sejujurnya juga seonghwa merasa kasihan melihat wajah lesu itu, san benar-benar merasa bersalah sepertinya.

“lo juga, jangan lupa makan. sana, rapihin diri lo, keringetan kan tadi abis manggung.”

dan seonghwa juga tetaplah seonghwa, yang selalu tegas pada adik-adiknya ketika melakukan kesalahan, tapi tak pernah lupa pula untuk memperhatikan mereka.

dan seonghwa juga tetaplah seonghwa, yang selalu tegas pada adik-adiknya ketika melakukan kesalahan, tapi tak pernah lupa pula untuk memperhatikan mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

aku lagi ngebut banget update sebelum puasa, hehe, jangan bosen, ya.💗

gonbae, woosan.✔Where stories live. Discover now