"Kita mau kemana lagi?" tanya Jessy kepada Devan asal. Mereka sudah mengelilingi mall ini sudah hampir tiga jam dan sudah hampir membeli di setiap stand.

"Kita pulang saja bagaimana?" jawab Devan menatap Jessy dengan wajah lesunya. Setelah melihat Rora dengan pria itu, entah mengapa ia sangat ingin pulang dan memberi pelajaran kepada pria itu.

Melihat Devan yang sudah kelihatan sangat lelah, Jessy menganggukkan kepalanya memberi jawaban. Ia tak ingin Devan tak nyaman dengannya.

Sasampainya di pack hous, Devan langsung menuju tempat kerjanya. Ia telah mem-mindlink beberapa Warrior untuk pergi keruangannya.

"Salam, Alpha!" ucap para Warrior menyadari Devan memasuki ruangan.

Devan melangkah melewati mereka. "Cari pria yang bernama Juan, dia saat ini sedang dekat dengan Rora. Cari dia dan beri dia pelajaran," titah Devan kepada Warriornya.

"Baik, Alpha," jawab salah satu dari mereka. Mendengar titah sang Alpha mereka pun berbalik badan dan melangkahkan kakinya keluar.

"Tunggu. Satu hal yang harus kalian ingat. Dia manusia. Jangan sampai kalian menggunakan kekuatan serigala kalian. Dan satu lagi, jangan sampai dia mati," lanjut Devan sebelum Warrior-Warrior tersebut melewati pintu.

"Baik, Alpha." Setelah mengatakan itu, mereka segera bergegas melaksanakan tugas yang telah Alpha mereka berikan.

'Kau menyuruh mereka untuk memberi pelajaran kepada pria itu?' ucap Eright meremehkan melalui mindlink.

'Memangnya kamu tidak menginginkan hal yang sama?'

'Benarkah? Menurutku, yang sebenarnya harus diberi pelajaran itu kamu.'

'Apa maksudmu? Bukanlah kamu yang dari tadi merajng-raung dan ingin menyerangnya, kenapa sekarang kamu membelanya?' tanya Devan memperjelas apa yang ada di pikirannya.

'Sudahlah jika kau tidak mengerti. Tapi, jika dipikir-pikir yang menyebabkan ini semua adalah kamu. Kau yang menyebabkan dia pergi, kau yang menyebabkan dia bisa pergi dengan pria itu.'

'Lalu kau mau apa? Menghabisiku? Jika aku mati maka kau juga akan mati.'

'Lebih baik seperti itu,' ucap Erigh terakhir, Devan langsung memutuskan mindlinknya.

*****

Mata Devan terbuka perlahan. Senyumannya mengembang tat kala pandangannya jatuh ke wanita yang sedang tertidur pulas disampingnya. Rora telah berada di sampingmya, tapi apakah dia akan memaafkan Devan atas semua yang telah terjadi? Yha, semoga saja.

Akan ia adakan pertemuan pagi ini. Tak ingin terlambat, Devan langsung bangkit dari kasur dan menuju kamar mandi.

Selesai dengan aktivitasnya, Devan membuka pintu dan mendapati Matenya yang sudah terbangun.

"Kau sudah bangun?" tanya Devan dengan menggosok-gosokkan handuk di kepalanya, mengeringkan rambutnya yang basah.

"He'em," jawab Rora tak tau harus menjawab apa.

Rora berdiri dari kasur, melangkah mendekati jendela kamar. "Kenapa aku bisa berada disini?" ucap Rora menatap lurus ke dapan.

"Memangnya kanapa kalau kau disini. Ini rumahmu," balas Devan tegas.

"Kau bilang ini rumahku. Kau sendiri yang membuatku pergi." Mendengar itu membuat rasa bersalah semakin besar. Ia sangat menyesali itu.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now