Setelah ditinggalkan di gerbang taman Teratai Ungu, Lan Xichen berjalan masuk untuk mencoba mencari dimana paviliun kemarin. Dari kejauhan, terlihat tempat tersebut dan membuatnya bersiap untuk berjalan. Namun langkahnya otomatis berhenti saat pecah tawa samar yang dikenalinya.

Suara Nie Huaisang dan Jiang Cheng yang terlihat bercengkerama di Paviliun Teratai Ungu terdengar dari kejauhan. Lan Xichen mengeryitkan dahinya, terheran akan perubahan yang tiba-tiba.

Perasaan kemarin mereka berdua dimusuhi, kenapa sekarang sudah berbaikan?

Namun bukan Lan Xichen namanya kalau tak berpikir positif.

Bisa saja Nie Huaisang datang dahulu dan berbaikan dengan caranya sendiri makanya bisa tertawa seperti itu lagi.

Ya, itulah yang dipikirkannya saat itu.

Sebelum matanya melihat Nie Huaisang memegang dan menepuk pundak Jiang Cheng, mendekat dengan sangat akrab, dan... cukup intim.

"Hahaha... Hentikan lelucon itu, A-Sang! Aku tak sanggup membayangkannya."

"Jiang-Xiong, jangan mengelak. Kau juga tertawa, bukan? Tapi itu memang benar!"

Tawa mereka sungguh alami, seperti aura pertengkaran malam kala itu hilang begitu saja.

Jurus apa yang membuat Jiang Cheng memaafkannya dengan secepat itu? Dia ingin tahu.

Dada Lan Xichen sedikit merasakan bingung akan rasa jengkel yang tiba-tiba datang.

Ada apa ini?

Kenapa rasanya mengesalkan sekali?

Di saat yang sama, Nie Huaisang yang meredakan tawanya pun bertemu pandang dengan Lan Xichen yang memperhatikan mereka dari kejauhan, sebelum duduk sopan sambil menyahut, "Ah, ada Zewu-jun rupanya!"

Tanpa sadar, Jiang Cheng menghentikan tawanya saat mendengar nama gelar tersebut. Ia tak ingin menoleh dan kebetulan memunggungi arah dimana datangnya Lan Xichen sekarang.

Kenapa harus datang sekarang?!

Lan Xichen yang ketahuan pun hanya memasang senyum teduh andalannya dan mengangguk, sekedar sebagai tanda sapa.

"Sepertinya saya mengganggu waktu senggang anda berdua. Saya bisa kembali lagi lain kali nanti."

"Tak apa, Zewu-jun! Kebetulan urusan saya juga sudah selesai." Matanya melirik pada Jiang Cheng yang melihat balik sambil melayangkan tatapan ancaman padanya.

Jangan pergi, sialan!

Nie Huaisang hanya tersenyum dari mata hingga mulut, membuka kipasnya dengan puas.

"Jiang-Xiong, sepertinya saya harus pamit dulu."

Kata-kata umpatan terlihat jelas di tatapan tajam Jiang Cheng saat lelaki Qinghe tersebut berdiri dari duduknya.

"Y-Ya... Hati-hati di jalan."

Akan dia buat perhitungan dengannya nanti setelah masalah ini selesai.

Lelaki berambut sebahu tersebut berjalan ke arah dimana Lan Xichen berasa, sekilas mencuri lirik bersamaan dengannya.

Keduanya mengangguk sesaat dan berlawanan arah setelah itu.

Lan Xichen bersiap diri dalam hati, meminta Dewa untuk melancarkan urusan hari ini sebelum melangkahkan kakinya menuju Paviliun Teratai Ungu.

"Jiang-Zhongzhu."

"Zewu-jun. Silakan."

Jiang Cheng mencoba membuat dirinya bersikap biasa saja dan mempersilakan Lan Xichen duduk bersama setelah membungkuk hormat.

Purple Lotus DiaryNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ