03 - Kereta Ke Busan

143 33 2
                                    

Weekend ini Mark mengajak aku, Juhoon dan Yura untuk pergi ke Busan. Sebenarnya kami akan mengunjungi ibu dari Mark sekalian jalan-jalan juga. Kasihan anak-anak sudah diajak pergi jauh tapi tidak diajak jalan.

Kalau kalian bertanya apa aku sudah terbiasa atau belum? Tentu saja jawabannya belum. Terkadang timbul perasaan yang sulit diartikan, seperti homesick, tapi entahlah.

Terhitung sudah seminggu aku dengan kondisi seperti ini. Aku selalu berdoa agar aku nyaman dengan sebuah takdir mengejutkan yang terjadi.

Kalian tau tahun berapa sekarang? Ini adalah tahun 2030. Padahal kejadian waktu itu terjadi di tahun 2016. Berapa tahun sudah aku lewati? 14 tahun?

Ini aneh, bahkan momen yang terjadi selama 14 tahun tidak ada satu pun yang aku ingat, termasuk upacara pernikahan aku dan Mark, hari disaat aku mengenalnya, hari dimana aku mengandung Juhoon dan Yura hingga mereka lahir. Aku tidak ingat dan aku merasa aku tidak pernah melewatinya.

Sesedih itu nasibku.

"Bunda, bisa tolong aku lepasin baju ini? Kayaknya udah mulai susah dibuka." Aku tersadar dari lamunanku saat Juhoon datang dengan baju yang baru terlepas satu tangan dari badannya.

"Juhoon, kalau udah gak muat jangan dipakai lagi ya."

Juhoon mengangguk, "iya bun." Aku membantunya melepaskan baju, sepertinya Juhoon adalah tipe anak yang jika suka dengan sesuatu akan dipakai sampai sudah tidak pas untuk dipakai lagi. Seperti sekarang.

"Yura sama ayah dimana?" Tanya aku ke Juhoon.

"Lagi dikamar kayaknya bun," jawab Juhoon, baru saja aku ingin menyusul Mark ke dalam kamar. Tiba-tiba Mark datang dengan Yura digendongannya.

Wajah Mark tampak berbeda dari biasanya, seperti sedih.

"Sayang maaf, aku tiba-tiba ada kerjaan mendadak, gak banyak sih tapi kayaknya kamu sama anak-anak harus pergi duluan ke Busan. Nanti aku nyusul," jelas Mark, aku hanya dapat menghela nafas pelan, Yura tampak kecewa begitu juga Juhoon.

"Yahh, gak asik aaa, Yula mau sama ayah." Yura terlihat sedih, terus memeluk leher Mark.

"Maaf yaa. Eum, tapi ayah janji bakalan nyusul hari ini juga kok." Mark membalas pelukan Yura dan setelahnya mengelus pelan rambut Juhoon. Mark menatapku, seolah berkata maaf. Ya, karena dia sudah berjanji ke anak-anak dan aku tentunya.

"Yaudah gakpapa, aku bakalan pergi bareng anak-anak naik kereta aja." Ujarku dengan senyuman, agar Mark tidak merasa bersalah lagi niatnya.

"Janji ya buat jaga diri baik-baik nanti." Aku mengangguk lalu Mark mencium dahiku, "gak tega rasanya kalau harus biarin kamu jagain Yura sama Juhoon sendirian."

"Gakpapa Mark," Mark terlihat tersenyum tipis dan akhirnya dia mencium dahiku lagi. "Eumm, tapi aku gak tau rumah ibu kamu dimana." Aku menunduk canggung, bahkan tau wajahnya saja tidak.

"Oh, kamu lupa ya." Gumam Mark. "Di Haeundae-gu, kamu gak lupa kan Daewoo trump world no 407?" Tanya Mark.

Aku sebenarnya agak kurang mengerti, lagipula 2016 ke 2030 bukan lah jarak yang dekat. Daerah-daerah sudah banyak berubah, lumayan banyak yang tidak aku pahami.

"I-iya, gak lupa." Jawabku seadanya, yahh aku rasa tidak ada salahnya untuk mencoba bukan.

"Syukurlah," Mark tersenyum, lalu menurunkan Yura dari gendongannya. "Adek mandi ya sama bunda. Abang juga mandi."

Juhoon mengangguk, sedangkan Yura memasang muka cemberut. "Iya, tapi ayah gak lama kan keljanya?" Tanya Yura.

"Gak lama, ayah janji. Kamu yang baik-baik ya sama bunda, sama abang."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 27, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Second LifeWhere stories live. Discover now