02 - Aku Adalah Rumahmu

146 39 9
                                    

Sekarang sudah pukul tujuh malam, Juhoon sedang menonton televisi bersama Yura. Sedangkan aku hanya terduduk di kursi dekat jendela. Mark ini tinggal di apartmen lantai tigabelas, jadi pemandangan lampu-lampu malam terlihat indah dari sini.

Aku sedang menunggu Mark pulang dan aku pun sudah memasak makan malam untuk keluarga baruku ini

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Aku sedang menunggu Mark pulang dan aku pun sudah memasak makan malam untuk keluarga baruku ini. Kata Juhoon Mark biasanya pulang pukul tujuh malam, tapi nyatanya Mark belum pulang kini.

Cklek!

"Ayah pulang,"

Mark pulang dengan keadaan lusuh, kemeja dan dasinya pun tak serapi tadi. Dia membawa satu box yang sepertinya bungeoppang pesanan si kecil Yura.

Saat melihat Mark yang terlihat lelah akupun membantunya membawa tas kerja dan box bungeoppang itu, lalu meletakkannya diatas meja depan televisi.

"Yey! Bungeoppang Yula udah ayah beli! Telima kasih Spidey kesayangan Yulaa~" Yura berjalan kearah Mark lalu mengulurkan kedua tangannya. Karena Mark peka, Mark berjongkok lalu Yura memeluk leher Mark dan menciumnya.

"Sama-sama sayang," tidak tau kenapa, aku tiba-tiba tersenyum melihat tingkah manis mereka berdua.

"Kamu mau mandi dulu atau kita langsung makan?" Tanyaku, sebenarnya agak tidak enak rasanya menyesuaikan diri begini. Kalau waktu itu dengan papa dan Haechan, aku bisa saja seenaknya tanpa perlu jaga image bergini.

"Aku mandi dulu ya, gak enak banget." Ujar Mark sambil melepas dasinya. "Ajak aja anak-anak makan duluan ya Hee, kasihan pasti mereka udah laper." Mark senyum, lalu mengusap pelan pucuk kepalaku. Sepertinya itu kebiasaan Mark.

Aku mengiyakan, mengajak Juhoon dan Yura untuk duduk dikursi meja makan. Ah iya, sebenarnya sih Juhoon tidak sedingin dan sedatar tadi pagi aslinya, walau ya agak dingin sedikit. Mungkin tadi karena dia terlalu kesal denganku maka dari itu dia dingin seperti pagi tadi.

Menyiapkan piring dan lauk untuk Yura dan Juhoon, mereka makan terlebih dahulu, karena kalau menunggu Mark terlalu kasihan anak-anak akan tambah lapar.

"Wah pinter banget anak ayah makannya," Mark duduk dikursi meja makan, dengan keadaan rambut yang masih lumayan basah, aku sampai risih melihatnya. Mark pun hanya menggunakan kaos putih polos dan celana training hitam.

Segera, aku langsung mengambil piring dan nasi untuk Mark. Entahlah, ini reflek, seperti aku sudah terbiasa melakukannya.

"Makasih sayang."

"Iya." Aku mengangguk lalu ikut mengambil piring dan nasi, makan malam ini tidak canggung lagi karena Yura sibuk menceritakan kegiatan apa saja yang sudah dia lewatkan. Mulai dari bertemu ibu guru yang baik, teman yang banyak, mainan yang seru dan sebagainya. Sepertinya memang seseru itu.

"Hoaaammm," Yura terlihat menguap dengan mata sayu. "Buna, Yula ngantuk mau bobo." Ujar Yura sambil memeluk pinggangku.

Ternyata setelah bercerita seru, si kecil ini menjadi ngantuk. Aku mengangguk sambil mencubit pipi tembam anak ini lalu menggendongnya ke kamar. Ah, disini ada tiga kamar, Juhoon tidur dikamarnya sendiri begitu pun Yura. Si kecil ini sudah berani untuk tidur sendiri kok.

Selesai aku menidurkan Yura, aku kembali lagi ke dapur, membersihkan meja makan dan mencuci piring-piring kotor tadi. Juhoon juga tampaknya sudah pergi ke kamar. Eum, sepertinya aku harus banyak bicara dengan anak laki-laki itu, aku merasa kurang dekat dengan Juhoon.

Aku berjalan ke ruang tengah yang masih terdengar suara televisi disana. Pasti Mark belum tidur, padahal besok kan dia harus bekerja.

"Mark? Kenapa belum tidur?" Tanyaku.

"Nungguin kamu lah," ujar Mark, "ayo! Aku udah ngantuk ini."

"Ah, i-iya."

Aku mengekori Mark berjalan ke kamar, saat dikamar Mark langsung membaringkan diri di ranjang. Karena masih merasa agak tidak enak jadi aku pergi ke kamar mandi dulu. Bohong kalau aku buang air kecil, padahal aku hanya bingung memikirkan untuk tidur dimana.

Saat kembali ke kamar, Mark belum tidur juga. Dengan canggung aku menarik bantal, berniat untuk tidur disofa depan televisi.

"Loh? Mau kemana?" Tanya Mark.

"Aku tidur disofa aja ya," Mark terlihat mengerutkan dahi.

"Kamu aneh tau gak Hee," ujar Mark. "Kamu kalau ada masalah, ayo cerita sama aku. Aku kan suami kamu, seharusnya kamu bisa lebih terbuka."

Aku hanya terdiam ditempat, "sini tidur sama aku," lanjut Mark sambil menepuk pelan tangannya, seperti meminta aku untuk tidur disana.

Aku mengangguk dan tidur ditangan Mark lalu dengan cepat Mark merengkuh aku sambil mengelus rambutku pelan. Rasanya nyaman. Ah tidak, ini malah sangat nyaman.

"Sekarang kamu bisa cerita sama aku Hee, kamu kenapa?"

"A-aku cuma, aku gak ngerti Mark. Aku ngerasa kalau ini bukan kehidupan aku, ngerasa kalau ini bukan rumahku."

"Ini rumah kamu Hee, aku adalah rumah kamu, tempat kamu mengadu setiap hari, jam bahkan detik." Ujar Mark, sesekali Mark akan mencium pucuk kepalaku.

"Mark, aku ragu sama kehidupan aku. Ini nyata gak sih?" Tanyaku ke Mark. Aku menatapnya, dengan jarak sedekat ini rasanya jantung berdetak lebih cepat.

"Ini nyata Hee, kayak cinta aku ke kamu. Semuanya nyata, kamu sumber kebahagiaan aku beserta dua buah hati kita Hee."





To Be Continued...


To Be Continued

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Cringe beb 하하하

Second LifeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant