Chapter II

17 3 5
                                    

Pagi ini aku disambut dengan telpon dari Jungkook. Aku mematikan pengering rambut yang sedang kugunakan, kemudian menggeser ikon hijau pada layar.

"Kenapa, Kook?"

"Jira-ya, maaf kan aku, aku tidak bisa menjemputmu hari ini. Motor Nara mogok. Aku harus bersamanya," ucapnya dari seberang sana.

Dari kebisingan yang ada, aku dapat menyimpulkan bahwa Jungkook sedang berada di pinggir jalan.

"Baiklah, aku akan naik bus." Ucapku.

Apakah kalian mencium bau sesuatu yang terbakar?

Iya, hatiku yang terbakar.

"Jangan, Ra-ya. Pesanlah taksi, aku tidak mau kau telat. Nanti akan kuganti uangnya di sekolah."

"Tidak, Kook-ah. Masih ada 35 menit sebelum gerbang ditutup. Aku yakin akan sampai sekolah tepat waktu."

"Jangan membantah, Ra. Aku tidak ingin terjadi apapun padamu," Oke, suaranya terdengar frustrasi.

Aku masih diam. Terlalu malas untuk menjawab Jungkook.

Tak lama aku mendengar suara wanita memanggil namanya.

"Ingat, naik taksi saja ya! Aku tutup dulu."

Lagi-lagi aku menghela nafas karena Jungkook. Jujur, aku tidak nyaman dengan hubungan ini. Jungkook selalu berkata bahwa aku harus selalu bergantung padanya. Dia menyombongkan dirinya bahwa dia selalu bisa diandalkan.

Kenyataannya? Aku bukan prioritasnya. Untuk apa aku bergantung padanya jika dia tidak menjadikanku prioritas.

Aku segera mengambil tas dan memakai sepatu. Aku keluar dari kamarku dan menuju lantai bawah.

"Ma, apakah Papa sudah berangkat?" ucapku saat menemukan Mama sedang menyiapkan segelas susu di dapur.

"Sudah. Kenapa, hm? Jungkook tidak menjemput?"

Aku menggeleng sebagai jawaban. Lekas meminum susu yang Mama buatkan kemudian izin untuk pergi sekolah.

"Jira pergi dulu ya, Ma."

"Hati-hati, sayang!"

--

Jungkook menghampiriku yang sedang menyapu halaman belakang sekolah.

Jarinya tanpa dosa menoyor kepalaku. Sialan sekali memang.

"Lihat, kau tidak pernah mendengarkanku," ucapnya dengan pongah sembari melipat kedua lengan di depan dada.

"Berisik, pergilah."

Aku mengabaikannya sembari terus menyapu halaman. Gila, pekerjaan ini seperti tidak ada habisnya. Aku harus memberikan hormat kepada seluruh petugas kebersihan yang ada di dunia. Betapa hebatnya mereka dapat dengan sabar membersihkan dedaunan yang berada di sela-sela rumput seperti ini.

Aku mengelap keringatku menggunakan punggung lengan. Menegakkan badanku sebentar.

Kulihat Jungkook sedang duduk di bangku panjang sambil menyedot susu pisang.

Aku mau juga!

"Kau hanya membeli satu?" ucapku sambil memelas.

"Iya. Kau mau?"

"Mau, tolong belikan satu untukku!"

Jungkook berjalan mendekat, menyerahkan susu pisang yang tadi dia minum kepadaku.

Aku menatap dengan bingung ke arahnya.

"Untukku?" ucapku sambil menunjuk diriku dan susu pisangnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 26, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

His BestfriendWhere stories live. Discover now