10

994 49 18
                                    

Writer POV

Setelah menunggu Hera berhenti menangis akhirnya Abbhien kembali berani bersuara.

"Ibumu agak tersentak saat aku memberitahu keadaanmu.." jelas Abbhien dengan lembut

"Tentu saja.. ibu mana yang tidak kaget jika seorang pria tiba tiba mengabari bahwa  putri satu satunya telah mengandung anaknya."


"Maafkan aku.." Sesal Abbhien

"Aku memaafkanmu. Jangan meminta maaf lagi. Aku bosan."

"Hera.. Aku boleh bertanya?"

"apa?"

"Kenapa kamu sangat mudah memaafkan orang lain?. Bahkan tanpa aku meminta maaf pun kau sering bilang 'aku memaafkanmu' " Tanya Abbhien polos


Hera menertawakan pertanyaan Abbhien, kemudian terdiam sejenak untuk berfikir, 

"Memaafkan itu.. bisa memberikan sedikit ruang pada rasa benci dihatimu"

Abbhien mengangguk serius, menatap Hera yang sedang menatap kosong ke lantai.  "Memaafkan dengan tulus itu tidak mudah Hera.. aku belum yakin jika kau tulus.." ujar Abbhien dalam hati

"Dengan kata lain, aku mencoba untuk tidak membencimu." Tambah Hera

"Ha? Kamu membenciku??"

"Tentu saja. Sejak pertama kali kita bertemu, rasanya aku benar benar ingin mematahkan lehermu."

"Eh??"

"Kau tidak ingat??, Di resort, kamu membentak adikku untuk ikut denganmu, padahal aku sudah lama tidak bertemu dengannya." Cerocos Hera

"Itu.. aku menyelamatkan Haru. Kau tidak lihat wajah adikmu yang semerah kepiting rebus saat kau mengunci lehernya?"

"Auh.. aku jadi teringat dia lagi.." ucap Hera sembari mengipas ngipas matanya agar tidak menangis lagi

Abbhien memijat pelipisnya pelan, berkata dalam hati, "Astaga.. aku salah lagi.."

Hera mencoba menenangkan dirinya lagi dengan menarik dan menghembuskan nafasnya berkali kali.

"Oke.. ayo mulai merundingkan kekacauan yang kita buat ini.." ajak Hera

.

.

.

.

.

Dine melangkahkan kaki menuju ruang kerja Hera dengan terburu buru. Ia khawatir juga penasaran pada kondisi Hera, merasa bersalah karena buru buru memberitahu Abbhien tanpa mengabari Hera terlebih dahulu.

"Hai Dine, sudah sarapan?" Sapa Hera ketika Dine masuk perlahan kedalam ruangannya.

"S-sudah, suamiku membuatkan sarapan tadi pagi. Kamu?"

"Aku tidak punya suami, jadi aku belum sarapan" canda Hera

"Ahaha.." tawa Dine canggung

"Sebentar.., sepertinya aku melihatmu di suatu tempat kemarin.."

"Ha? D-dimana?.. a-aku tidak pergi kemana mana.." ucap Dine panik


"DISINI!!" Tunjuk Hera pada sebuah majalah.

"Aku sangat bangga padamu, akhirnya.." tatap Hera pada majalah

" tatap Hera pada majalah

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.
MISS INDEPENDENTOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz