Page 4

434 69 0
                                    

"WHAT? CAN YOU GUYS EXPLAIN THIS?"

Sowon membuka matanya dan terduduk kaget. Ia menetralkan napas yang tidak teratur dan setelah dirasa tenang, ia menilik jam weker yang berada di atas nakas tempat tidurnya.

"Aku kebangun," ujar Sowon kepada dirinya sendiri saat jam menunjukkan pukul satu dini hari.

Ia sempat menimbang-nimbang sebelum akhirnya memutuskan untuk tidur lagi daripada bangun dan menonton televisi. Karena ia tahu acara televisi pada pukul segini hanya berisi film dewasa yang err dan Sowon enggan menontonnya.

Gadis itu kembali terlelap dalam mimpinya.

DREAM PAGE

Semua orang menatap jalanan di depannya dengan bingung. Mereka masih diam di tempat sembari berkutat dengan pikirannya masing-masing. Terutama Yuju, ia keheranan setengah mati karena tepat setelah ia memilih jalan tengah, semak-semak di depannya terbuka lebar seolah mempersilakan mereka semua untuk lewat situ.

Sowon berdeham, "Jadi? Lewat jalan ini?" katanya sambil menunjuk jalanan kosong di depan mereka.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Sowon tetapi Eunbi mendahului mereka dan lewat jalan tersebut. Mau tak mau, mereka mengikuti Eunbi dengan harap-harap cemas.

Kecemasan mereka tak begitu berarti tapi tetap saja terasa karena daritadi mereka seperti berjalan berkilo-kilo jauhnya. Yang ditemukan hanya pohon dan jalan itu-itu saja padahal mereka sudah berjalan lama. Mereka bahkan tidak berbelok yang membuat kemungkinan tersesat menjadi kecil.

Matahari pun mulai menghilang perlahan-lahan tetapi mereka masih menelusuri jalanan yang seolah tak ada ujungnya ini. Yuju menyalahkan dirinya sendiri kenapa bisa-bisanya ia mengusulkan jalur untuk lewat padahal dirinya pun masih sering tersesat.

"Kita sebenarnya mau kemana...," keluh Yerin yang sudah mulai merasa kelelahan.

Umji menggeleng, "Aku merasa kita hanya jalan di tempat."

Eunbi diam. Dia sama lelahnya dengan mereka, tapi dia masih berusaha menemukan jalan lain. Apalagi dia yang pertama melangkahkan kaki mengikuti jalur ini sehingga yang lain pun mengikutinya.

"Sebentar lagi," sahut Eunbi sambil memandangi teman-temannya satu persatu.

"Tapi hari mulai gelap, tidak ada penerangan apapun disini," timpal Sowon.

Eunbi menoleh pada Yuju, "Kamu ada ide? Tadi saat kamu memilih jalan tengah, semak itu terbuka sendirinya. Mungkin sekarang akan terjadi lagi supaya kita dapat menemukan jalan keluar."

Yuju gelagapan, "A-aku hanya asal bicara itu, aku bahkan tidak tahu akan terjadi yang seperti itu."

Mendengar penjelasan Yuju, keempat gadis yang lain merasa putus asa. Umji yang termasuk cerdas bahkan sudah lelah untuk berpikir bagaimana caranya keluar dari hutan--atau lebih tepatnya dunia mimpi ini.

Mereka memutuskan untuk duduk sebentar di atas batang pohon yang tergeletak di pinggir jalan sembari melepas lelah. Mengobrol ringan tentang kehidupan mereka di dunia asli dan sejenak melupakan bahwa hari telah petang sedangkan mereka masih terjebak di jalan yang berada di tengah hutan.

"ASTAGA! Apalagi ini?" mereka semua menoleh kaget ketika mendengar suara Yerin.

Mereka semua menutup mulutnya kaget setelah menyadari bahwa tanah yang mereka pijak bukan lagi jalan setapak, melainkan berubah menjadi rel kereta. Umji sontak berdiri dan memastikan bahwa dia tidak sedang berhalusinasi.

Umji memundurkan langkahnya, "Aku takut."

Yuju mengelus-elus pundak Umji, "Jangan takut. Aku yakin tidak ada yang berbahaya disini. Buktinya aku masih selamat setelah tersesat di hutan, 'kan?"

Mereka berjalan menyusuri rel kereta itu dengan muka lesu sebelum Sowon menyadari bahwa jalan di depan mereka adalah jembatan rel kereta api. Sowon memicingkan matanya ketika melihat seseorang di ujung jembatan yang satunya.

Awalnya Sowon berusaha tenang, tapi tidak bisa karena orang yang dilihatnya berdiri di pinggir jembatan sambil merentangkan tangannya.

Bunuh diri.

Sowon berlari sekencang-kencangnya. Ia menyeimbangkan langkahnya agar tidak terjatuh karena tersandung-sandung rel kereta. Sedangkan, empat gadis di belakangnya bingung dan kaget melihat Sowon tiba-tiba lari secepat itu.

Sowon berhasil meraih tangan orang itu ketika ia hampir terjun.

"Hey!" seru Sowon sambil menarik orang itu mundur.

Orang itu langsung menoleh dan terlihat kaget melihat Sowon sebelum akhirnya Sowon mengatakan sesuatu tanpa pikir panjang.

"Jika ingin berubah, jadilah dewasa. Hilangkan pemikiran anak kecilmu itu. Beberapa hal mungkin tidak dapat diubah, tapi dengan usaha dan kekuatan hati, kita dapat menerima perubahan itu."

"Jangan biarkan waktu mengelabuimu. Kedewasaan seseorang tidak bergantung kepada umur, kedewasaan itu tentang pemikiranmu yang mulai memahami apa arti hidup yang sebenarnya."

"Percaya pada mimpimu dan jangan jadi pengecut."

Mereka berdua bertukar pandang. Sowon bahkan tidak tahu kenapa ia berbicara seperti itu.

Ia merasa dikontrol.

DREAM PAGE

Di sisi lain, semua orang panik karena alat pengukur detak jantung itu, hampir mendekati garis lurus.

•••

HPKU RUSAK HIKS, batrenya abis cepet banget jadi waktuku buat nulis sedikit soalnya aku juga buka apk lain... jadi maaf kalo slow up mulu :(

Dream Page | GFRIEND✔Where stories live. Discover now