**
Raya berlari keluar rumah dengan terburu-buru. Gadis itu tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya dari mereka (keluarganya dan keluarga Aryan).
Raya menggerak-gerakkan kakinya panik. Ia menggigiti jarinya gelisah ketika ia baru sadar meninggalkan hapenya di kamar. Ia jadi tak bisa memesan ojek online untuk kabur menghindari Aryan.
Raya menggeram kesal. Ia bergerak-gerak panik melihati pintu rumahnya. Ia kembali terkejut setengah mati ketika pintu itu terbuka menampilkan sosok tinggi Aryan. Raya bahkan terdengar memekik histeris membuat Aryan kaget dan berhenti sejenak di ambang pintu.
"Kak Aryan diam di situ," Raya menjulurkan tangannya, menyuruh Aryan tetap menjaga jarak darinya.
Aryan justru tak menanggapinya, ia tetap menutup pintu dan berjalan mendekat ke arah Raya.
"Kakak diam di situ dan jelasin pelan-pelan," ujar Raya mencoba menghentikan langkah Aryan yang perlahan mendekat ke arahnya.
Aryan memandang Raya kalem. "Jelasin yang bagian mana lagi? Masih kurang penjelasan Kakak tadi?"
Raya kembali mencicit tak jelas. Ia meremas kedua tangannya gelisah.
Aryan mendekat, membuat Raya terkejut dan hampir menghindar lagi kalau saja tangan Aryan tak cepat mencekal pergelangan tangan Raya.
"Ih, nggak boleh pegang-pegang," Raya berseru heboh. Sok alim.
Aryan justru terkekeh geli melihat reaksi panik Raya. Aryan mengartikan itu bukan sebuah penolakan, tetapi syok, karena lamaran Aryan yang tiba-tiba. Tebakan Aryan tentang Raya yang menganggap Aryan bakal menikahi gadis lain juga benar.
"Dengerin dulu," ujar Aryan sembari melepaskan tangan Raya pelan. Raya terdiam. Tak berani menatap mata Aryan dan memilih merunduk memainkan ujung jillbabnya.
"Apa."
Aryan memandang Raya kalem. "Mau denger kisah Kakak?"
Raya manyun, "Kisah apa?" sewotnya.
"Denger dulu," jawabnya kalem. Aryan menggiring Raya untuk duduk di salah satu bangku di taman depan rumah Raya.
Raya duduk dengan Aryan berdiri menghadapnya dengan tatapan dalam. Raya merunduk, menghindari tatapan Aryan dan sibuk menolehkan kepala, membatin untuk tak bergetar diperlakukan seperti itu oleh Aryan.
"Ray, Kakak tuh sayang sama kamu. Sebagai adik juga sebagai perempuan. Nggak salah kan, kalau kakak lakuin tindakan ini di saat Kakak juga sudah mampu mengurusmu dalam segala hal?" Aryan mulai berujar.
Raya mendongak cepat, "Tapi, aku masih belum lulus kuliah, Kak! Aku juga belum kerja," balas Raya. Selanjutnya gadis itu kembali merunduk memainkan ujung jilbabnya. Tak berani menatap mata Aryan lebih lama.
"Kenapa sih Kakak ngotot nikahin Raya? Kenapa nggak nunggu Raya lulus?"
"Kakak tuh tau banget Raya itu childish, tapi kayak menutup mata dan seakan Kakak tuh siap sama apapun tingkah Raya nantinya."
"Emang Kakak siap kok. Kakak juga udah khatam. Kakak seakan bisa baca isi kepala kamu," jawabnya santai.
Raya mendongak, ia ternganga tak percaya.
"Ada satu alasan lagi yang bikin Kakak pengen cepet banget nikahin kamu."
Raya melebarkan mata mendengar kalimat itu. Ia mengerjap sesaat menunggu Aryan melanjutkan kalimatnya.
"Yaitu perihal demam kamu sama boygrup asal Korea Selatan yang namanya Wanna One apa siapa itu," Raya ternganga lebar. Aryan mendecih tak suka. Ia melengos berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Plot Twist for Elfraya [END]
SpiritualElfraya itu cantik dan humoris orangnya. Tapi kalau udah fangirligan jadi senewen dan bikin sang mamah geleng-geleng kepala. Papah mah nggak mau ikut campur. Katanya yang penting Raya tuh bahagia. Merdeka dah kalau Raya ngadu ke papah. Tapi, kalau...
8 - Plot Twist
Mulai dari awal
![A Plot Twist for Elfraya [END]](https://img.wattpad.com/cover/185903626-64-k677059.jpg)