"LAH, RAY MAU KEMANA?"
Raya berhenti, menoleh sesaat pada Raihan yang sedang berdiri menggulung lengan kemejanya di depan pintu kamar.
"Balik ke pesantren lah. Emang kenapa?" tanya Raya heran.
"Nanti dulu. Ada hal yang lebih penting," kata Raihan. Raya mengeryit tak paham.
"Apa?"
"Nanti juga bakal tau," kekeh Raihan begitu saja.
Raya makin mengernyit bingung. Kepalanya sampai menoleh pada pergerakan Raihan yang kini telah berjalan menuju dapur dengan santai. Mengambil air minum di sana dengan tenang.
Raya mengembuskan napasnya dengan lelah. "Emang apaan sih?"
Raihan mengalihkan sejenak wajahnya dari gelas, ia memandang Raya sambil tersenyum misterius menunjukkan deretan gigi putihnya.
Raya memutar bola mata lelah. Ingin segera kabur, tapi Raihan pasti akan menghadangnya. Lebih baik Raya menurut saja jika tak ingin ribet.Sambil mendumel sebal, ia melangkah kembali memasuki kamarnya, melempar kunci motornya ke atas meja depan televisi begitu saja.
Raihan yang melihat Raya komat-kamit sebal begitu hanya bisa terkekeh tak banyak menanggapi.
Raya menutup pintu kamarnya dengan loyo. Gadis itu segera berjalan menuju ranjang dan langsung menghempaskan tubuhnya ke sana. Tiba-tiba saja bayangan tentang pernikahan Aryan berseliweran di pikirannya.
Raya menghela napasnya kasar. Ia meraup wajahnya untuk sadar tak berlarut memikirkan hal tersebut. Terlalu lelah dan sakit hati.
"Kira-kira siapa ya yang jadi calonnya? Hmm," gumam Raya sambil meraih bantal dan meletakannya di bawah kepalanya. Ia mulai memandang langit-langit kamar sambil mulai menerka-nerka.
"Cantik pasti," gumamnya lagi. Kali ini ia mulai tengkurap dan meletakkan dagu pada bantal, memandang pada jendela kamarnya yang terbuka.
Raya menguap lebar, tiba-tiba mengantuk.
Raya meletakkan kepalanya di bantal, bersiap memejamkan matanya. Namun, baru beberap menit gadis itu mencoba fokus untuk terlelap, ia mendengar suara langkah seseorang memasuki kamarnya. Raya tak mau ribet, memilih menarik bantal dan menaruhnya untuk menutupi kepalanya. Ia perlahan terlelap.
"Raya, kamu tidur?" sayup-sayup Raya mendengar suara mamahnya. Raya menggumam pelan tanda ia mulai memasuki alam mimpi dan setengah sadar.
Mamah berkacak pinggang sambil geleng-geleng kepala dengan ekspresi lelah.
"Bangun gih!" ujar mamah menggoyangkan tubuh Raya. Raya tak menyahut, masih tenang mendengkur pelan. Mamahnya melengos, sudah hafal jika Raya pasti susah dibangunkan.
"Kamu harus dandan, Raya!"
Raya terdengar bergumam tak jelas tanda ia masih mendengar ucapan mamahnya.
Sang mamah lelah, ia tak bisa membiarkan Raya terus-terusan seperti itu di waktu seperti ini.
"Bentar lagi keluarga Aryan ke sini. Aryan mau ngelamar kamu."
HAH?
Raya mengerjap linglung. Masih dalam posisi tengkurap, gadis itu mencoba mencerna kalimat sang mamah.
"Bangun, Ray, bangun."
Raya terbangun, memandang mamah dengan heran.
"Mamah tadi ngomong apa?" ulangnya seakan ia salah mendengar.
Mamah terlihat melengos gemas.
"Keluarga Aryan mau ke sini. Lamaran. Ngelamar kamu."
"HAH?"
YOU ARE READING
A Plot Twist for Elfraya [END]
SpiritualElfraya itu cantik dan humoris orangnya. Tapi kalau udah fangirligan jadi senewen dan bikin sang mamah geleng-geleng kepala. Papah mah nggak mau ikut campur. Katanya yang penting Raya tuh bahagia. Merdeka dah kalau Raya ngadu ke papah. Tapi, kalau...
![A Plot Twist for Elfraya [END]](https://img.wattpad.com/cover/185903626-64-k677059.jpg)