"Wow, adikku nakal juga ya," ujar Lord Pettersham.

"Tapi aku tidak sendiri kok kak. Ada Thomas dan juga Mizuki," ujar Lady Anneth cepat-cepat.

"Hmm apa? Thomas juga? Dia yang mengajakmu ya? Hmm... Sudah kukatakan padamu kan, jangan berteman dengannya. Buruk sekali," ujar Lord Pettersham.

"Tidak. Bukan dia yang mengajak, melainkan aku. Meskipun tidak sepenuhnya sih," ujar Lady Anneth.

"Kalau begitu, kau harus ikut denganku, Anneth," ujar Lord Pettersham.

"A-apa? Tidak. Aku akan ke perpustakaan. Aku ingin meminjam beberapa buku dari sana," ujar Lady Anneth.

"Tidak ada penolakan. Kau bisa ke perpustakaan setelah ikut denganku," ujar Lord Pettersham kekeuh.

"Baiklah," ujar Lady Anneth pasrah.

Di tengah perjalanan, Lady Anneth berbicara dengan kakaknya.

"Kak, apakah kau pernah menjadi asisten profesor di sini?" Tanya Lady Anneth.

"Hmm, entah kenapa aku tidak tertarik dengan itu. Jadi tidak. Kenapa?" Tanya Lord Pettersham.

"Tidak apa-apa," jawab Lady Anneth.

"Tidak. Jawab dengan jujur, ada apa?" Tanya Lord Pettersham sekali lagi.

"Jadi tadi aku mengajukan diri sebagai asisten dari Profesor Auguste, tetapi harus diuji dulu. Nah mungkin saja kakak pernah mengajukan diri juga, kan kakak bisa sharing tentang materi apa yang diujikan," ujar Lady Anneth.

"Tunggu, siapa tadi profesornya?" Tanya Lord Pettersham.

"Profesor Auguste. Kenapa kak?" Tanya Lady Anneth.

"Apa? Kau yakin, Anneth?" Tanya Lord Pettersham. Lady Anneth mengangguk.

Lord Pettersham mendekatkan bibirnya ke telinga Lady Anneth lalu berbisik pelan, "Profesor itu sangat pelit."

"Apa? Pelit?" Tanya Lady Anneth sedikit keras.

"Hssstttt... Jangan keras-keras. Apa gunanya aku berbisik?" Ujar Lord Pettersham kesal.

Lady Anneth mendekat lalu berbisik, "Pelit? Apa yang kakak maksud dengan pelit?"

"Banyak sekali yang mendaftar menjadi asisten profesor itu. Namun tidak ada yang pernah jadi. Bahkan anak terpandai di sekolah ini gagal jadi asistennya," ujar Lord Pettersham.

Lady Anneth tampak kaget, "Benarkah?" Tanyanya. Lord Pettersham mengangguk.

Di samping Lord Pettersham berdiri Lord Devonshire yang sedari tadi menatap kakak-beradik di sebelahnya. Rencana awal sih mereka, Lord Devonshire dan Lord Pettersham akan ke School Room mereka, tetapi berhubung bertemu dengan Lady Anneth jadinya ia mengikuti sahabatnya, Lord Pettersham.

Sebenarnya cukup terkejut melihat Lady Anneth yang ternyata merupakan adik sahabatnya. Rasa penasaran Lord Devonshire pun terjawab sudah tentang segala hal yang berkaitan dengan adik Lord Pettersham yang selalu sahabatnya bicarakan dimana pun dan kapan pun.

"Baiklah," kata Lady Anneth semangat yang berhasil membuat Lord Devonshire tersentak dari lamunannya.

"Apa?" Tanya Lord Pettersham.

"Aku akan semangat dan memahami semua materi dengan baik. Intinya aku tidak akan menyerah," ujar Lady Anneth.

"Apa?" Tanya Lord Pettersham memastikan.

"Aku akan menaklukan Profesor Auguste," ujar Lady Anneth semangat.

"Huh. Kau benar-benar bertekad kuat ya, Anneth. Baiklah, kalau misal butuh bantuan, hubungi aku," ujar Lord Pettersham.

"Omong-omong kita akan ke mana? Tadi perasaan sudah lewat sini. Kok muter-muter aja sih?" Tanya Lady Anneth.

"Aku sengaja mengulur waktu supaya waktu berjalan cepat. Toh, sebentar lagi akan bel," ujar Lord Pettersham.

"Hah, dan akhirnya pun kita membolos," sahut Lord Devonshire.

"Wow, aku terkejut kau berbicara. Kukira di sebelahku ini patung berjalan," ujar Lord Pettersham lalu menyengir. Lord Devonshire menatap tak percaya pada sahabatnya itu.

Benar-benar. Baik kakak maupun Adik, sama saja., batin Lord Devonshire.

"Oh omong-omong, kak," ujar Lady Anneth sedikit berbisik lalu mendekatkan diri ke Lord Pettersham. "Apakah Duke Devonshire itu teman kakak?"

Lord Pettersham mengangguk, "Ya. Ada apa?"

"Bukan apa-apa," jawab Lady Anneth.

Seperti ucapan Lord Pettersham, bel pun berbunyi. Lalu setelah itu, mereka bertiga pun beranjak menuju ke Profesor Albert, profesor yang mengajar kelas Lady Anneth, untuk meminta maaf.

"Anda baru masuk beberapa hari yang lalu dan sudah berani membolos?" Profesor Albert menghela nafas. "Baiklah, saya akan memaafkan perilaku Anda kali ini saja. Mohon untuk tidak diulangi," ujar Profesor Albert sekali lagi.

"Terima kasih, Profesor," ujar Lady Anneth. Setelah itu, ia beranjak dari ruangan tersebut.

Lady Anneth keluar dengan perasaan dag dig dug. Saat telah di luar ruangan, ia tidak melihat kakaknya sama sekali.

"Dimana kakak?" Tanyanya pada Lord Devonshire.

"Dia ada urusan mendadak," jawab Lord Devonshire.

Lady Anneth mengangguk lalu menatap lekat Lord Devonshire, "Maaf tapi mengapa Anda tetap berada di sini, My Lord?" Tanya Lady Anneth.

"Saya akan mengantar Anda," jawab Lord Devonshire.

"Ah ti-tidak. Itu tidak perlu. Saya bisa sendiri," ujar Lady Anneth.

"Tidak apa-apa. Lagipula tidak baik bagi seorang gadis bangsawan untuk sendirian, bukan begitu?" Tanya Lord Devonshire.

"Ini kan di sekolah," ujar Lady Anneth.

"Tidak ada penolakan, My Lady," ujar Lord Devonshire.

"Baiklah," ujar Lady Anneth singkat.

Mereka pun menuju ke College Hall untuk jam minum teh.

TBC

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 15, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[ON HOLD] Dear, My DukeWhere stories live. Discover now