iii

1.7K 271 11
                                    

Jin tersentak dari tidurnya saat mendengar ketukan pintu. Matanya mengerjap malas, diliriknya jam di atas meja nakas di samping tempat tidur. Masih pukul 3 dini hari. Dirasakannya hangat hembusan nafas Namjoon pada tengkuknya. Lelaki itu terlihat lelap dalam tidurnya dengan tangan yang melingkari tubuh Jin erat.

"Namjoon," panggil sesorang di balik pintu disertai ketukan lagi.

Kening Jin berkerut. "Hoseok?" gumamnya. Jin beranjak dari tidurnya perlahan. Diraihnya pakaian yang berserakan di lantai kamar dan dipakainya seadanya.

"Jin hyung, apa Namjoon sudah bangun?" tanya Hoseok begitu pintu kamar terbuka.

"Belum. Ada apa? Aku akan membangunkannya jika ada sesuatu yang penting," jawab Jin.

Hoseok menatap Jin, menghela nafas. Dialihkannya pandangannya dari tatapan Jin saat menyadari ada kekhawatiran di sana.

Jin terdiam. Dia menyadari kecemasan yang Hoseok coba sembunyikan lewat matanya itu. Dia yakin sesuatu terjadi. Di sini? Atau mungkin di Nordvéstur?

*

"Aku dan Hoseok akan pulang ke Nordvéstur sekarang. Jin, ku mohon, jangan memikirkan apa pun. Tinggalah di sini. Tunggu sampai Hoseok mengabarimu lagi. Yoongi dan Jimin yang akan mengantarmu pulang nanti. Kau tidak perlu takut, semua akan baik-baik saja."

Namjoon mengecup bibirnya lama setelah mengucapkan itu tadi pagi-pagi sekali. Jin cemas setengah mati. Dia mendengar Hoseok mengatakan beberapa hal tentang Kéisar, sebutan raja di Nordvéstur, yang memintanya membawa Namjoon pulang sesegera mungkin. Juga tentang Jungkook yang sudah tiba di istana. Juga tentang sesuatu yang mendesak. Tentang Jin.

Jimin memandang Yoongi, sama cemasnya. Kekasihnya itu mengelus bahunya berusaha menenangkan. "Ada apa sebenarnya?" cicit Jimin. Yoongi hanya menggeleng, sama tidak tahunya.

Jimin beranjak dari duduknya. Dihampirinya Jin yang sejak tadi tak bersuara. "Jin hyung, semua akan baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir," katanya berusaha menenangkan.

"Jimin, bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Namjoon karenaku? Bagaimana jika kerajaan tahu tentang kami? Ak-aku harus bagaimana, Jimin?" tanya Jin, suaranya bergetar takut.

Jimin menggenggam jemari Jin yang bergetar. "Yang Mulia Kéisar mencintai Namjoon, hyung. Beliau tidak akan melakukan sesuatu yang buruk padanya. Lagi pula, tidak ada hal yang akan membuat kerajaan tahu tentang kalian. Aku dan Yoongi sudah memastikan segalanya aman sejak kau tiba di sini."

"Tapi bagaimana jika itu benar, Jimin? Tidak, itu pasti benar. Aku tadi mendengar Hoseok menyebut namaku beberapa kali. Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Apa Namjoon akan baik-baik saja? Jimin, Yoongi, aku tidak ingin hal buruk terjadi pada Namjoon."

**

Namjoon mengelus pelipisnya, pening. Sejak dia tiba di Grand Palace, semua mata sudah menatapnya takut-takut. Seisi istana sepertinya sudah mendengar berita ini.

"Katakan padaku bagaimana bisa mereka tahu tentang ini, Hoseok. Bertahun-tahun aku menyembunyikannya dan semua baik-baik saja," desis Namjoon.

"Aku juga tidak tahu, Prìns," jawab Hoseok, cemas.

Namjoon kembali diam. Dia sudah memastikan tidak ada yang mengetahui tentang dirinya dan Jin selama ini. Semenjak dia mendekati Jin dulu, hingga lelaki itu kini menjadi kekasihnya.

Pagi-pagi buta, Hoseok diperintah langsung oleh Kéisar untuk membawa Namjoon pulang ke Nordvéstur. Ayahanda sang pangeran itu bahkan mengatakan jika Namjoon tidak tiba dalam waktu yang seharusnya, dia yang akan menyeret Namjoon dengan tangannya sendiri. Beliau juga mengatakan Jungkook sudah pulang, mereka akan mengadakan pertemuan keluarga setelah sarapan pagi ini.

NordvésturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang