ii

2.1K 276 7
                                    

Jin sedang memandangi senja dari balkon kamar ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya. Jin berbalik bersamaan dengan pintu yang terbuka. Namjoon berdiri di sana, di ambang pintu sambil tersenyum.

"Hey," sapa Namjoon.

Senyum Jin terkembang. "Kau sudah tiba? Aku menunggu sejak tadi," katanya.

Namjoon berjalan menghampiri Jin. "Maaf aku terlambat," bisiknya sembari merengkuh tubuh Jin ke dalam dekapnya. "Ada urusan di istana yang menahanku pergi."

"Apa sesuatu yang buruk?" tanya Jin, cemas.

Namjoon menggeleng. "Ayo turun, makan malam sudah siap."

Jin menatap Namjoon. Dielusnya setiap inci wajah Namjoon. Menghafal, mengingat setiap garis wajah kekasihnya itu. "Aku merindukanmu."

Namjoon tersenyum, dikecupnya kening Jin lembut. "Aku juga, Jin. Selalu."

Jin menatap Namjoon tepat di mata. Ada rindu penuh cinta yang bisa dia lihat di sana. Juga dirinya sendiri. "Hey, Prìns, tidakkah kau ingin berdua saja dengan kekasihmu ini barang sebentar?" kata Jin, wajahnya tertunduk menyembunyikan semburat merah dipipinya. "Aku benar-benar merindukanmu."

Namjoon tersenyum. Lalu didekapnya Jin sekali lagi. "Kau ingin berdua saja denganku?"

Jin mengangguk. Dihirupnya dalam-dalam wangi yang menguar dari tubuh kekasihnya itu. "Bukankah kita harus memanfaatkan waktu ini sebaik-baiknya?"

Namjoon tertawa pelan, dilepasnya dekapan mereka. "Tentu saja. Tapi sebaiknya makan dulu, aku lapar sekali. Kau tidak lapar?"

"Tentu saja aku lapar. Kapan aku pernah tidak lapar?"

Namjoon tertawa lagi. Ditatapnya wajah Jin yang cemberut. "Hey," panggilnya.

Jin balas menatap Namjoon, "Apa?" tanyanya.

Dikecupnya bibir Jin cepat. "Ayo makan dulu," bujuknya lagi.

Jin mendengus. Tiba-tiba ditariknya tengkuk Namjoon dan kemudian diciumnya panjang bibir kekasihnya itu.

"Sepertinya kita akan sedikit terlambat untuk makan malam," bisik Jin di atas bibir Namjoon.

*

Namjoon dan Jin menuruni tangga dengan tangan yang terkait erat. Jin merapikan sekali lagi rambutnya yang tadi sempat berantakan. Wajahnya pasti sudah semerah tomat sekarang. Dia sedang berada di atas pangkuan Namjoon, sedang mengecup bibir kekasihnya itu habis-habisan, ketika Jimin membuka pintu kamarnya tiba-tiba.

"Maafkan Jimin, Jin hyung. Anak ini memang suka sembarangan," kata Yoongi. Lelaki berkulit pucat itu menyeringai penuh arti pada Namjoon.

"Tidak, Prìns. Tidak apa-apa. A-aku.—" Jin tergagap. Diliriknya Namjoon dengan ujung matanya, meminta pertolongan.

"Hentikan itu, Yoongi. Kau membuatnya panik," kata Namjoon.

"TIdak, aku tidak," jawab Yoongi. Prìns of Sud-ést itu masih saja menyeringai menatap Namjoon. "Hoseok beruntung kalian tidak berkencan di istana."

Hoseok tertawa. "Kalian bisa bayangkan nasibku jika mereka berkencan di istana. Hormon Namjoon sedang tinggi-tingginya," sahutnya.

Namjoon dan Jin menghela nafas saja mendengar dua lainnya tertawa.

"Oh, kalian sudah kembali?" Jimin keluar dari arah dapur membawa senampan besar ayam panggang utuh. "Jin hyung, makanlah yang banyak. Ku rasa kau perlu banyak tenaga malam ini."

"Jimin-ah," rengek Jin, mengundang tawa yang lainnya sekali lagi.

*

"Hanya ingin berkumpul dengan kalian, itu saja," kata Yoongi, disesapnya segelas wine di dalam genggamannya.

NordvésturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang