; Tengkar dan ayah gagal

4.9K 580 22
                                    

⚠️mentioning of suicide, blood,
selfharm, lil fight, etc⚠️
.

Kedua netranya perlahan terbuka, hening menyambutnya, badannya seolah mati rasa, kaku semua dari bawah bahkan sampai kepala, pening adalah hal yang sepertinya Joan rasakan saat ini, menyiksa.

Matanya mengedar pelan, ia kini terbaring dikasur? Seingatnya terakhir kali ia mau mandi pagi setelah kegerahan, ia lirik jam dinding, jarum pendeknya berhenti di angka sepuluh sedang jarum panjang merangkak ke arah angka lima.

Ia alihkan pandang kearah jendela, tertutup rapat, sudahkah hari berganti lagi menjadi malam? Yang benar saja.

Perlahan ia mencoba untuk mengambil alih badannya agar terasa ketika digerakkan, berhasil, telapak tangannya dingin, ia bahkan hampir tidak bisa menggenggamkan jemarinya, lalu ia sedikit meremang ketika telapak kakinya bersentuhan dengan ubin dingin, sandal, ia butuh sandal.

Ketemu, didekat nakas, sandal tipis yang setidaknya mampu menghalau dingin yang dialirkan ubin dipijakannya walau tidak seberapa pengaruhnya.

Dituruninya undakan tangga dengan sedikit kepayahannya, pusing sekali kepalanya, seolah kakinya tidak bertumpu pada ubin melainkan sesuatu yang lembek, semua yang Joan rasakan pada sekitarnya hanyalah berputar.

Disana akhirnya ia berdiri, disisi pantry dapur, membuka kulkas dalam rak obat, siapa tau ada pereda pusing yang bisa ia temukan disana, namun nihil, yang ada hanyalah obat sakit gigi dan beberapa obat yang tidak ia ketahui secara pasti, tapi intinya bukan obat-obat itu yang Joan inginkan.

"Joan?"

Sedikit tersentak mendengar sapaan tersebut membuat Joan mengelus dadanya pelan dengan sedikit ringisan sebab kepalanya turut merasakan denyutan ringan yang tetap saja merepotkan.

"Cari apa? Kenapa nggak panggil aja coba, nekat banget turun sendiri, udah enakan emang?"

"Abang bawel" rutuknya pelan membuat Melvin mendecak sembari mendekat, dituntunnya Joan untuk duduk dikursi meja makan

"Mau apa bilang, Abang ambilin, badan kamu masih dingin banget astaga, Joan, jangan bandel coba sekali aja bisa nggak?"

Dirasanya Joan sang kakak itu sepertinya sudah sangat lelah, dan sekarang harus kerepotan dengannya yang menambah kerjaan.

"Nggak ada, udahlah sana balik kamar aja" usirnya pada Melvin mendapat geraman pelan dari sang kakak tersebut, kurang ajar sekali, batinnya.

"Terserah lah, Abang tau kamu nggak bodoh, pikirin konsekuensi atas apa yang kamu lakuin, Joan, termasuk akibat kamu nenggelemin diri di bak mandi"

Setelahnya hanya terdengar derap langkah Melvin menjauh menaiki tangga, terdengar semakin samar hingga seutuhnya hilang setelah derit pintu tertutup terdengar.

"Termasuk akibat kamu nenggelemin diri di bak mandi"

Benarkah?

Pantas saja sang kakak nampak kesal melihatnya sampai dapur seorang diri, jujur dengan adanya Melvin seorang saja, Joan sudah merasa sangat diperhatikan, bahkan jika ayah tidak sudi memberikan kasihnya, dari Melvin sudah lebih dari cukup.

Maka dengan begitu Joan mohon dengan sangat, perhatiannya Melvin, jangan diambil alih, ya? Biarkan itu mengalir hanya untuknya, untuk Joan yang sedang ingin egois.

"Ngapain kamu disini?"

Suara ayah tiba-tiba menyambangi telinga, ia menoleh perlahan lantas menggeleng pelan dengan sedikit rasa gugup.

"Mau ambil minum, Yah"

Adhitya -- sang ayah -- melanjutkan tujuannya, mengambil cangkir putih dalam rak lantas membuka toples kecil yang isinya bubuk hitam, kopi, tentu saja.

Equanimity✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang