Takdir yang keras

3 1 1
                                    

Hari yang biasa di sebuah Padang Savana hijau.
Sesaat sebelum Gilang bangun dan sadar dia tidak tau dimana dia

"Dimana ini? kenapa aku bisa ada disini?" Tanya Gilang.

"Wahai ksatria yang pemberani, terima kasih sudah menjawab panggilan kami..." Kata sesosok orang tua yang ntah darimana munculnya.

"Siapa kau? Dari mana kau muncul?"

"Sudah lebih dari seratus tahun sejak ramalan kemunculan sang raja Iblis.."

"Tu, tunggu raja iblis? Apa maksudmu?"

"Dan sebagaimana yang tertulis dalam ramalan hanya seorang ksatria pemberani lah yang dapat mengalahkan sang raja iblis..."

"Tunggu dulu orang tua apa yang sebenarnya terjadi disini, cepat jelaskan semuanya!" Teriak Gilang sambil mencengkram kerah si kakek tua.

"Buak" "seperti apa yang ku jelaskan hanya seorang ksatria pemberani yang bisa mengalahkan dan menggagalkan krisis akibat bangkitnya sang  iblis" lanjut sang kakek tua.

"Kenapa bukan kau saja kakek tua sialan" gumam Gilang yang kesakitan setelah menerima pukulan si kakek.
Kakek tua itu menghela nafasnya, suasana seakan berubah.

"Sebenarnya Aku adalah seorang ksatria sihir tingkat atas spesialisasi sihir pemanggilan..."

"Aku tidak tanya itu bangsat!"
Pukulan kedua berhasil membuat kepala Gilang terpendam ketanah.

"Sudah banyak ksatria sepertiku yang mencoba menghentikan krisis dari sang raja iblis. Namun kami gagal dalam misi kami"

"Apa yang terjadi?"

"Malam itu adalah hari ke 100 ekspedisi menuju membasmi raja iblis. Kami baru saja melawan seluruh pasukan iblis"

"Apa itu yang membuat mu gagal?"
Sang kakek menggeleng "tidak kamu berhasil menghadapi mereka dengan korban sedikit"

"Lalu?"

"Kami berpesta merayakan kemenangan kami, hingga kami mabuk, saat itulah pasukan raja iblis memporak porandakan kami"

"Itukan hanya karena kebodohan kalian saja!"

"Tidak aku yakin, itu karena kutukan, karena bukan kami yang terpilih"

"Tidak, tidak sudah jelas kalau itu karena kebodohan kalian" bentak Gilang. "Dan aku tidak mau jadi korban selanjutnya hanya karena cerita bodoh mu itu, selamat tinggal" Gilang berjalan menjauh, meninggalkan si kakek tua.

Namun tiba-tiba sebuah tangan kekar melingkari leher Gilang. "Kau terlalu rendah hati untuk seorang calon ksatria yang akan membunuh raja iblis".

"Lepaskan leherku kakek tua sialan" kata Gilang sambil meronta.

"Aku suka itu, kita akan mulai latihan khusus mu sekarang juga" si kakek pun menyeret pergi Gilang. Membuatnya berlatih 12 jam sehari, mengajarinya ilmu pedang dan juga sihir.

Ditengah latihannya mereka bertemu dengan seorang penyihir putih yang memiliki sihir yang bisa mengunci pergerakan raja iblis. Seorang paladin yang memiliki armor yang sangat keras, dan seorang sniper yang memiliki julukan "mata elang".

1 tahun berlalu, selang beberapa bulan sebelum raja iblis bangkit. Keempat orang itu pun pergi menuju kastil dimana raja iblis di segel untuk membinasakannya.

Hari yang diramalkan pun datang, patung yang menyegel raja iblis bergetar dan hancur mengeluarkan sang raja iblis.

Dengan cekatan, dan koordinasi yang baik mereka bertarung dan melemahkan raja iblis.

"Maju lah Gilang, tuntaskan takdirmu" kata si sniper.

"Benar Gilang hanya kau yang bisa melakukannya" sambut si penyihir.

"Ya, aku benci mengakuinya tapi inilah akhirnya, aku percaya padamu. Gilang"

Gilang diam dengan wajah datar, dengan perlahan ia mendekati raja iblis sambil kuat memegang pedangnya.

"Hahaha, ramalan itu, aku kira tersegel selama 100 tahun ini tidak sia-sia. Aku bisa merasakan pertarungan yang menakjubkan, dari kalian" puji raja iblis. Gilang terus melangkah mendekat dan menaiki tubuh raja iblis yang terkapar.

"Terutama kau ksatria, aku harus tau siapa nama, dan apa yang membuat mu bisa sangat kuat"

Gilang mengangkat tinggi pedangnya siap untuk menikam jantung sang raja iblis.

"Tidak mau membocorkan rahasiamu? Ya setiap ksatria pasti punya motivasinya masing-masing"

"Namaku Gilang, aku melakukan ini? Aku sendiri tidak tau kenapa"

Kerajaan merayakan dengan meriah pencapaian yang dilakukan Gilang dan teman-temannya. Sebuah pesta digelar dan keempat nya dibuatkan patung untuk menghormati jasa-jasa mereka pada dunia.

"Disinilah kita rakyatku" kata yang mulia raja  "untuk pahlawan kita Gilang dan kawan-kawannya ksatria yang pemberani, aku bersulang untuk keberhasilan mereka" semua orang bersulang.

"Dimana Gilang?" Tanya paladin.
"Ya kau tau kan dia sedikit pemalu" jawab sniper.
"Kau benar, saat ini dia pasti sedang berada di suatu tempat" sambung penyihir.
"Cih!, dasar orang itu dia selalu menikmati momennya sendiri" ucap paladin kesal.

Di lain tempat, di atas tower pengawas istana. Tempat dimana kau bisa melihat ke seluruh penjuru kerajaan. Gilang diam menatap kosong kearah kerumunan.

"Sebenarnya kapan aku bangun!?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 06, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

pahlawan terpaksa (cersupen)Where stories live. Discover now