• Mad •

38 11 2
                                    

"Yuya, jangan lupa datang jam dua nanti." Aku mengangguk padahal jelas-jelas itu tidak akan dilihat oleh Yamada, karena kami berbicara hanya melalui sambungan telepon. "Ini latihan terakhir kita minggu ini." Lanjutnya lagi.

"Tentu saja. Aku tidak akan lupa dengan sisa uang terakhir bulan ini, yang telah aku pakai demi menyewa studio latihan hari ini." Ucapku dengan sarkas.

"Yuya!" Samar-samar aku mendengar ayah memanggil namaku.

"Nanti aku telepon lagi." Ucapku lalu memutuskan sambungan telepon dan langsung pergi menghampiri ayah.

"Kenapa, yah?"

"Tolong kirim surat ini ke pamanmu yang tinggal di Surabaya."

Aku mengangguk. "Oke, nanti aku kirim lewat kantor pos."

"Tadi ayah dengar kamu lagi bicara di telepon. Kamu teleponan sama siapa?"

"Sama Yamada. Oh ya, ayah, nanti jam dua Yuya minta izin ya, mau keluar."

"Mau kemana?"

"Mau latihan ngeband bareng teman-teman."

"Ngeband?? Kenapa kamu masih ngeband? Ayah kan sudah bilang berhenti ngeband!" Dapat aku dengar suara ayah meninggi. "Daripada ngeband lebih baik kamu cari kerja yang benar!" Ucap ayah dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal sembari memegang dadanya.

Alisku mengerut. "Ayah?" Perasaanku tidak enak. "Ayah? Ayah gapapa kan?" Tanyaku lagi. Aku memegang kedua lengan ayah dengan khawatir.

Aku bisa mendengar deruan nafas ayah yang semakin tidak teratur. Raut wajahnya pun menunjukan bahwa ia kesakitan. "Oh, tidak, tidak! Ibu!! Ayah kambuh lagi!! Ayah kena serangan jantung!!" Teriakku sekencang mungkin.

Nouveau VoisinWhere stories live. Discover now