Love 13: Skinny Love

6.7K 278 6
                                    

What is love? 'tis not hereafter;
Present mirth hath present laughter;
What's to come is still unsure:
In delay there lies no plenty,--
Then come kiss me, Sweet and twenty,
Youth's a stuff will not endure.

—Carpe Diem, William Shakespare

“Alyssa.. Alyssa.. Berapa kali ayah harus bilang kepadamu agar tidak mudah jatuh cinta kepada seseorang yang belum kau ketahui sepenuhnya. Berapa kali aku harus berkata padamu agar jangan terlalu termakan oleh nafsu dan pesona. Ini akibatnya, kau akan jatuh kedalam lubang yang sama.”

Aku menyipitkan mataku. Bayangan ayah yang mengomel masih terus berada disana. Mengomel dengan kata-kata yang persis sekali dengan kata-kata ceramahnya setelah mantan kekasihku pergi meninggalkanku. Aku tidak tahu persis dimana diriku ini.

Lalu bayangan ayah mengabur membentuk pusaran. Kata-katanya masih menggema dikepalaku. Bayangan ayah menghilang dan berganti oleh bayangan baru.

Aku membeku

Dia mantan kekasihku.

“Alyssa,” katanya. Persis seperti dua tahun lalu. Aku berada di danau yang sama. Mengenakan pakaian yang sama. Begitu pula dengannya.

“Morgan?” kataku lirih.

Walaupun wajahnya terlihat samar-samar. Tapi entah mengapa, aku begitu yakin dia tersenyum. Itu membuat hatiku terasa sakit. Aku.. aku merindukannya. Tidak, aku tidak boleh jatuh kedalam pesonanya lagi. Saat ini aku sudah jatuh untuk seseorang. Dan aku tidak ingin menghianatinya.

“Alyssa, maukah kau berjanji kepadaku agar terus bersamaku untuk selama-lamanya? Apakah kau mau berjanji agar terus mencintaiku apapun yang terjadi?”

Mataku mulai terasa panas. “Tidak, kumohon hentikanlah.”

“Aku mencintaimu.” Katanya lagi. Tangannya menggenggam tanganku— tetapi dengan cepat aku menepisnya.

“Pergi!” Jeritku. Setengah terisak, “Jangan pernah menyentuhku lagi!”

Wajah Morgan berubah marah. Dia menggeram. Iris mata coklatnya berubah menjadi merah terang. Rambutnya memanjang berubah menjadi coklat ikal keemasan. Struktur wajahnya berubah, dagunya lurus tajam, wajahnya berbentuk hati dengan rambutnya yang membelah dua. Dan tidak sampai sepuluh detik kemudian, dia telah berubah menjadi seorang vampire wanita yang menyeringai mengerikan. Aku membeku.

Dia adalah vampire yang sama yang ada di dalam mimpiku yang sebelumnya.

Vampire itu meloncat dan menyerangku. Aku meronta-ronta agar terlepas dari cengkramannya yang erat. Kuku-kuku hitamnya yang panjang terasa sangat menusuk permukaan kulitku. Tetapi bukanlah itu yang kutakutkan. Yaitu aku takut akan dia akan menggigitku dan membunuhku.

“Aku tidak akan membunuhmu,” katanya mendesah mengerikan. Air liurnya menetes— mengalir melewati taringnya yang seputih salju. “Bukan aku, tetapi dia. Sang pangeran. The half blood Prince.”

Kutarik tangannya yang mencengkramku. Tidak peduli akan kata-katanya lagi. Aku mendorongnya bersamaan dia mendorongku. Kututup mataku dan menjerit takut karena tubuhku akan terhempas jatuh ke danau. Dia terkekeh didepan sana.

Mimpi itu mengabur.

Aku terbangun sembari berteriak. Karena ketika aku membuka mata, aku mendapati diriku telah terjun bebas ke udara.

**

“Alyssa! Tetap tenang!”

Justin berteriak dari atas sana. Menyuruhku untuk tetap tenang. Tetapi pada nyatanya aku tetap tidak bisa tenang— membayangkan diriku akan jatuh remuk ke tanah dibawah sana dengan kepala yang jatuh terlebih dahulu

The Half AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang